Tak Ada Plus-Plus, Panti Pijat Terancam Bangkrut, Ayok Bang..Ke Kamar

Sabtu, 12 September 2015 – 06:15 WIB
Ilustrasi.

jpnn.com - MEDAN - Bisnis spa and massage, atau sebut saja panti pijat, bak buah si malakama.

Sejatinya, usaha tersebut positif dari segi kesehatan. Namun saat ini, banyak panti pijat yang sudah berani menawarkan layanan plus-plus (begituan). Katanya, layanan ekstra itu memang ada karena ada permintaan. Kalau tak ada plus-plus, ya bangkrut lah. Benarkah? 

BACA JUGA: Pagi Gelisah, Pegang Perut, Wajah Menguning, Siang Tak Bernyawa

Spa-spa dalam tanda kutip menyiapkan service plus-plus, bisa didapati di kawasan Jalan Biduk Petisah, Medan. Contohnya, sebuah tempat sederhana yang plangnya berinisial RS. Sebuah ruko, lantai dua berpintukan kaca yang tak tembus pandang. 

Suasana panas di luar langsung adem begitu memasuki ruang utamanya. Senyum menawan wanita setengah baya langsung menyapa. Sementara 8 terapis berbaju seksi tak berhenti menggoda. "Duduk dulu mas, mau kusuk, spa atau sauna. Atau yang plus-plus?" tanya wanita yang biasa dipanggil terapisnya dengan sebutan mami itu. 

BACA JUGA: PT KAI Belum Putuskan Nasib Mal Centre Point

Belum sempat menjawab, awak Pos Metro Medan (Grup JPNN) langsung dirayu beberapa wanita muda (terapis) yang mengenakan pakaian seksi. "Ayok bang, ke kamar," ajak salah satu terapis ngaku bernama Ayu. 

Di dalam kamar yang disekat triplek itu, Ayu mengaku tak ahli memijat. Karena itu, ia menawarkan jasa layanan esek-esek. “Biasanya tamu datang kemari tujuannya memang gituan. Short time tarifnya cuma nambah Rp 150 ribu,” beber Ayu.

BACA JUGA: Ekanata: Surat Penolakan Tak Wakili Masyarakat Bali

Karena memang tak berniat macam-macam, kru Pos Metro Medan hanya minta kusuk dengan tarif Rp 100 ribu.

Usai menyerahkan uang itu ke kasir, Pos Metro Medan sempat mewawancarai si pengawas spa. Mami mengaku punya 8 pekerja wanita (terapis) berusia 25 sampai 30 tahun. Para terapis itu rata-rata berdomisili di Medan dan Tanjung Morowa. “Rata-rata spa memang plus-plus. Kalau nggak gitu manalah laku. Bangkrutlah kita. Tau sama taulah,” ujarnya.

Dari pantauan di sekitar lokasi, memang banyak usaha spa, seperti spa B, N, YY, D'A, KS, F dan Cantika. Saat didatangi satu per satu, semua spa tersebut menyediakan layanan plus-plus dengan jumlah 8-15 terapis. “Kalau mau plus-plus Rp 300 ribu saja,” kata wanita paruh baya yang jadi pengawas di spa YY. “Kami juga siap dipanggil ke hotel,” imbuhnya.

Selain di Jalan Biduk, bisnis spa juga menjamur di kawasan Jalan Gatot Subroto seperti M spa, C dan Y spa. Di sana si pengelola mewajibkan para terapisnya memakai baju dan celana yang resletingnya digembok.  “Sebenarnya ini hanya akal-akalan saja bang. Kalau abang mau bayar Rp 300 ribu, gembok ini langsung bisa dibuka,” kata Ines (31), salah seorang terapis di M spa. 

Selain di dua lokasi itu, spa dan panti pijat plus-plus juga tersebar di 21 kecamatan di Kota Medan. Aw...aw..aw! (mri/deo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PERHATIAN! Mulai Besok Ruas Jalan Otista 3 Ditutup, Ini Jalur Alternatifnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler