Seorang istri dari penulis asal Australia yang telah ditahan di Beijing, China sejak bulan Januari lalu telah beberapa kali diinterogasi oleh pihak berwenang dan dilarang keluar dari China.
Minggu pagi (7/07), Yuan Xiaoling dibawa petugas dari Kementerian Keamanan Negara kemudian ditanyai selama dua jam. Ini terjadi setelah ia mencoba keluar dari China, meski upayanya gagal.
BACA JUGA: Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret: Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne
Yuan adalah penduduk tetapp Australia menikah dengan Yang Henjun, mantan pejabat China yang kini menjadi seorang penulis, yang dilaporkan kini ditahan di sebuah lokasi rahasia di Beijing tanpa akses ke pengacara selama enam bulan.
ABC dijadwalkan untuk berbicara dengan Yuan, yang telah bersembunyi di sebuah desa karena takut mendapat aksi pembalasan dari pemerintah, tetapi tepat sebelum wawancara, Yuan dibawa pergi.
BACA JUGA: Polisi Ungkap Dua Korban Tewas Kerusuhan 21-22 Mei 2019 Ditembak Orang Tidak Dikenal
"Polisi membuat sangat jelas bahwa dia akan dihukum jika ia berbicara kepada media internasional," kata Dr Feng Chongyi, seorang teman dekatnya.
Diketahui tiga telepon seluler Yuan telah disita, lengkap dengan pesan dan kontak yang tidak terhapus.
BACA JUGA: Penahanan Etnis Muslim Uyghur di China: Semua Berawal dari Pabrik Mainan
Ia dilaporkan sepertinya dalam keadaan "aman", meski diyakini "kesal" karena insiden tersebut. Photo: Dr Chongyi Feng mengatakan pendekatan pemerintah Australia telah gagal untuk mengatasi masalah penduduk tetapnya. (Foto: Koleksi pribadi)
Dr Feng, yang juga pernah ditahan di China pada tahun 2017 sebelum akhirnya dibebaskan, mengatakan ia "kecewa" dengan kegagalan Australia untuk menindaklanjuti kasus Yang, dengan mengatakan "pendekatan lunak" pemerintah telah gagal.
"Ketika seseorang diculik, dimasukkan ke tempat rahasia tanpa akses ke pengacara, dan tidak dapat dikunjungi oleh keluarga mana pun, termasuk istri [mereka], merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan," kata Dr Feng kepada ABC.
Jumat kemarin (5/07), Yuan mencoba terbang pulang ke Australia tetapi dihentikan oleh petugas keamanan perbatasan.
Dr Feng mengatakan bahwa tindakan tersebut mengirimkan sinyal yang mengkhawatirkan bahwa pihak berwenang China tidak dianggap salah.
"Apa yang saya takutkan adalah apakah mereka akan menggunakan Yuan untuk mengakui apa yang dilakukan suaminya atau menangkapnya sebagai sandera untuk mengungkap suaminya," kata Dr Feng.
Dr Feng mengatakan pendekatan Pemerintah Australia terhadap kasus ini sejauh ini gagal.
"Saya tidak yakin apa yang terjadi di balik ini, tetapi saya rasa karena hubungan [mereka] dengan China untuk mempertahankan hubungan dagang yang baik demi urusan bisnis," katanya.Pengacara menuntut tindakan segera dari Pemerintah Australia
Tim hukum yang bertindak atas nama Yang telah menyerukan intervensi mendesak dari Pemerintah Australia menyusul keputusan China untuk mencegah Yuan terbang pulang ke Australia.
"Keresahan kami asebagai penduduk tetap Australia, dan menikah dengan warga negara Australia, Yuan harus diberi hak yang sama, bantuan konsuler yang sama yang harus dimiliki oleh warga negara Australia mana pun," kata pengacara Rob Stary kepada ABC Photo: Penulis Yang Hengjun telah dilaporkan telah ditahan di sebuah lokasi rahasia hampir selama enam bulan. (Foto: Twitter)
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan Pemerintah Australia telah "mengangkat kasus Dr Yang secara rutin dengan pejabat senior di China".
"Kami telah meminta kasusnya diperlakukan secara adil, transparan, dan cepat," kata Menlu Payne.
"Australia terus memiliki akses konsuler dan telah meminta agar ia diberikan akses langsung ke pengacaranya."
Menteri Luar Negeri mengatakan Australia telah meminta klarifikasi mengenai alasan penahanannya dan "jika dia ditahan semata-mata karena pandangan politiknya, maka dia harus dibebaskan".
ABC telah mendapat informasi jika Australia telah meminta pemerintah China agar Yuan diizinkan meninggalkan China untuk bisa pergi ke Australia.
Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Paspor Amerika dan Inggris Menurun Kekuatannya, Indonesia Peringkat 75