Tampilkan 200 Motor Unik, Dapat Pujian Builder Asing

Jumat, 11 Oktober 2013 – 06:01 WIB
Shige Suganuma (dua dari kanan), tokoh kustom dari Jepang, mengunjungi Kustomfest 2013. F-Dimas Alif/Deteksi Jawa Pos/JPNN

Masyarakat kustom Indonesia berpesta pora. Mereka merayakan pergelaran kustom motor terbesar di Indonesia dalam Kustomfest 2013. Pengunjung begitu antusias menyambut pesta otomotif yang digelar di Jogjakarta, 5"6 Oktober lalu, itu.
 
FAISAL ASH, Jogjakarta
 

Suasana semarak mewarnai penyelenggaraan festival kustom motor terbesar di Indonesia yang digelar di Jogja Expo Center (JEC) akhir pekan lalu. Pengunjung begitu antusias ikut merasakan gairah Kustomfest 2013 yang digagas builder (orang yang mengustom kendaraan) kenamaan Indonesia, Lulut Wahyudi. Hingga jarum jam menunjuk angka sembilan malam, pengunjung bukannya habis. Venue justru bertambah padat!
 
Tiga hall penuh oleh sedikitnya 200 motor kustom yang dipajang apik. Mulai gaya Caf" Racer, Street Cub, Chopper, Bobber Caf", Tracker, Bagger, hingga Matic Hot Rod. Jumlah itu belum termasuk 20 mobil yang dikustom Rat Rod maupun Hot Rod serta sejumlah vendor yang menjual barang maupun jasa yang lekat dengan custom culture.
 
Hidayat Priyo, 33, salah seorang komisioner Kustomfest 2013, mengungkapkan, festival kustom tersebut diadakan untuk merayakan kebangkitan dunia kustom Indonesia yang sudah lama tertidur pulas. Berdasar pengalamannya mengikuti berbagai festival kustom di luar negeri, karya para builder Indonesia terbilang lebih baik daripada karya kustom luar negeri.
 
Sayangnya, kata Hidayat yang berkiprah di Retro Classic Cycles, cukup jarang builder Indonesia yang berani menampilkan karya mereka sendiri di luar negeri. Karena itu, untuk merangsang para builder mau unjuk gigi, mereka bersepakat membuat Kustomfest tersebut.
 
"Saya tidak ingin kami hanya jago kandang. Kita bisa, kok!" tegas Yaya, panggilan akrab Hidayat.
 
Kustomfest 2013 diikuti builder dari berbagai wilayah di Indonesia. Misalnya, Bandung, Jakarta, Kalimantan, hingga Sumatera. Dari kendaraan yang dipajang di hall, terlihat kasatmata betapa berkualitasnya para partisipan. Belum lagi, ribuan kendaraan kostum lain yang ditata di pelataran JEC, yang hampir seluruhnya juga dikustom dengan scene yang beragam, menunjukkan geliat custom culture di Indonesia yang demikian besar.
 
Dalam laman Facebook Kustomfest 2013, sejumlah komunitas motor kustom ramai memajang foto motor kustom mereka sebelum acara dimulai. "Ya karena ini memang pestanya anak-anak kustom," ungkap adik Lulut Wahyudi itu.
 
Memang, tak ada yang salah jika para pelaku kustom berpikiran demikian. Sebab, hanya itulah satu-satunya ajang kustom skala nasional yang pernah digelar di Indonesia. Karena itu, bukanlah hal aneh jika para penggiat motor kustom menganggap ajang yang baru berumur dua tahun tersebut sebagai pesta akbar mereka.
 
Perlu diketahui, komunitas otomotif memang tak bisa dilepaskan dari brotherhood (ikatan persaudaraan) antara sesama pencinta kustom. Hal itu terlihat jelas dalam Kustomfest 2013. Seorang custom painter asal Bandung, Syamsul Arifin, 40, misalnya. Dia mengaku gembira karena bisa bertemu kembali dengan para penggiat custom culture yang pernah dikenalnya.
 
"Saya seperti reuni di sini. Bahkan, saya seperti punya saudara baru dengan bertemu anak-anak kustom dari daerah lain," tuturnya.
 
Hal yang sama diungkapkan tokoh kustom kelas dunia dari Jepang, Shige Suganuma, bos besar Mooneyes USA, yang turut hadir dalam ajang tersebut. Selama lebih dari 30 tahun menekuni custom culture, Shige mengaku banyak menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang yang berhobi sama dari seluruh dunia.
 
"Sebab, di custom culture terdapat persahabatan yang erat," ungkapnya ketika ditemui Jawa Pos saat menyaksikan event besar kustom motor itu.
 
Tidak heran, banyak pihak yang menginginkan ajang seperti Kustomfest terus diadakan di Indonesia secara rutin. Shige bahkan optimistis para builder Indonesia tak lama lagi memberikan warna lain dalam dunia kustom internasional.
 
"Lihatlah, Kustomfest ini seperti surga bagi mereka. Keep do this. Just do it. Dan kamu akan melihat masa depan kustom Indonesia yang sangat bagus!" ujar Shige yang datang bersama rekannya, maestro pinstrip Mooneyes Japan, Hiro "Wildman" Ishii.
 
Memang, seluruh motor dan mobil yang dipajang dalam Kustomfest 2013 merupakan hasil kerajinan tangan para builder Indonesia. Banyak di antara mereka yang mengustom kendaraannya tanpa mengandalkan mesin-mesin canggih layaknya yang digunakan builder luar negeri. Meski begitu, karya yang mereka hasilkan justru "antik". Misalnya, potongan frame yang dibuat nyeleneh atau tambahan ukiran batik di sekujur bodi motor.
 
Yaya mengakui, dari pengalamannya mengikuti berbagai festival kustom motor di luar negeri, kualitas kustom buatan anak-anak Indonesia sangat mengagumkan.
 
"Saya sempat merasa senang sekaligus malu saat mengikuti ajang kustom motor di Jepang. Senang karena akhirnya ada wakil dari Indonesia yang berpartisipasi. Namun, saya juga malu karena tak banyak builder Indonesia yang ambil bagian sehingga kita diremehkan di sana," bebernya.
 
Karena itu, Yaya dan kawan-kawan penggagas acara Kustomfest terpacu untuk mengubah image itu. Mereka ingin Indonesia dilihat dunia. Mereka ingin semua orang tahu bahwa masyarakat Indonesia bukan hanya masyarakat pengguna motor/mobil, namun juga kreator yang layak diperhitungkan.
 
Harapan pria 33 tahun itu terbukti. Seluruh karya yang terdaftar dalam Kustomfest 2013 mengundang banyak perhatian. Pada awal tahun pelaksanaan, tercatat 12 ribu orang memadati venue dalam dua hari penyelenggaraan. Tahun ini hampir 20 ribu pengunjung memadati bangunan 14 hektare tersebut.
 
Bahkan, sejak jauh hari sebelum Kustomfest 2013 digelar, berdasar data di panitia, tercatat ratusan turis mancanegara memesan tempat untuk melihat pergelaran tersebut melalui situs resmi mereka.
 
"Itu menunjukkan bahwa ajang Kustomfest dilirik banyak pihak dan pelaku kustom Indonesia semakin memiliki kesempatan untuk berkembang," ujarnya.
 
Seakan mengamini ucapan Yaya, Richard Parker, 64, salah seorang penggila motor kustom asal Australia, mengaku selalu menghitung mundur hari pelaksanaan Kustomfest 2013. Dia penasaran dengan ajang kustom di Kota Gudeg itu.
 
"Amazing! Begitu banyak karya mengagumkan di sini. Skill mereka (builder Indonesia, Red) sangat mumpuni. Dunia internasional harus melihat ini," ujar Richard.
 
Pria tambun itu setuju motor maupun sepeda di Kustomfest 2013 sangat berbeda dengan yang biasa dia lihat dalam acara serupa di negara lain seperti Amerika, Australia, maupun Jepang.
 
"Di Indonesia, semua dibuat dengan menggunakan tangan. It"s a very good hand craft! Saya betul-betul terpesona," ungkapnya.
 
Meski Kustomfest 2013 sudah berakhir, gelora kustom para builder Indonesia diyakini banyak pihak akan terus membahana. "Ayo, ikuti semangat kami. Lanjutkan gelaran ini," tegas Yaya mengakhiri. (*/c5/ari)

BACA JUGA: Sutarman, Si Anak Petani Menuju Kursi Kapolri

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bungkam saat Ditanya Wartawan, Hanya Lambaikan Tangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler