Tangis Mama

Oleh: Dahlan Iskan

Jumat, 03 Juni 2022 – 07:08 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dia menyanyikan lagu Listen-nya Beyonce. Empat juri sampai berdiri. Dia mendapat ''Empat OK'' untuk masuk babak semifinal Britain Got Talent yang top itu.

Dan, dia dari Indonesia: Bambang Trytia Atmaja. Ayah Magelang, ibu Cilacap. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara.

BACA JUGA: Munaslub Kendaraan

Bambang sekolah di SMAN 8 Jakarta yang terkenal itu. Yang lulusannya hebat-hebat. Yang kalau banjir airnya sampai masuk ke dalam kelas. Dulu. Entah sekarang.

Bambang menamatkan SD-nya di SD Islam bilingual PB Sudirman, Cijantung. Dia memang lahir di Jakarta.

BACA JUGA: Jembatan Kuning Memerah

Meski sudah 14 tahun tinggal di Inggris, Bambang masih tetap ''Jawa'': bicaranya halus, lirih, dengan intonasi yang sangat sopan.

Dia begitu rendah hati. Banyak WA yang ia kirim ke saya didahului kata ''nuwun sewu'' –artinya: ?????

BACA JUGA: Senjata Yubo

Saya bicara panjang dengan Bambang kemarin petang. Masih pagi waktu London. Tidak ada kesan dia sudah jadi orang Barat. Dia masih menyelipkan beberapa kata Jawa dalam kalimatnya.

"Papa Mama yang membentuk kepribadian saya seperti ini," katanya.

Anda pun sudah tahu: video penampilan Bambang di BGT itu beredar luas di Indonesia.

"Ribuan respons masuk ke saya. Termasuk dari teman SD yang sudah tidak pernah bertemu," ujar Bambang. "Banyak juga dari pasien saya," tambahnya.

Bambang memang seorang dokter. Dia sekolah dokter di London. Di Barts and The London School of Medicine and Dentistry. Itu bagian dari Queen Mary University yang terkenal itu.

Lalu, dia mendalami penyakit dalam di Guildford. Lulus. Jadi internist. Sekarang Bambang masuk ke super-spesialis kanker. Yakni di Medical Oncology di The Royal Marsden, tidak jauh juga dari London.

Di Inggris, untuk sekolah menjadi super spesialis sudah sama dengan bekerja. Dia sudah mendapat gaji penuh sebagai dokter. Toh sehari-sehari dia memang sudah menangani pasien. Hanya saja sambil terus belajar. Punya mentor.

Waktu menangani pasien itulah Bambang punya kebiasaan khusus: sambil menyanyi. Pasiennya senang. Kadang terpancing ikut menyanyi.

Saya jadi ingat ketika ditangani dokter Terawan Agus Putranto yang Anda sudah tahu itu. Sambil mengiris pangkal paha saya, dia terus menyanyikan Di Doa Ibu Tersebut Namaku. Lalu memasukkan kateter ke arah otak. Selesai. Tidak terasa ada yang sakit.

Bambang memang sangat suka menyanyi. Sejak usia 8 tahun. Itu berkat papa dan mamanya –yang juga punya hobi menyanyi.

"Hanya kalau ditanya, papa saya selalu bilang tidak bisa menyanyi," ujar Bambang. Sang Mama juga memasukkan Bambang ke kursus musik. Olah vokal.

Papanya lulusan ITB dan UGM. Mamanya lulusan UGM. Mereka bertemu di IBM ketika sama-sama bekerja di perusahaan komputer Amerika itu. Lalu, sama-sama berhenti dari IBM: berbisnis di dekat-dekat bidangnya itu. Sampai sekarang.

Di SMAN 8 Jakarta, Bambang tidak sampai lulus. Hampir lulus. Kurang satu bulan. Dia harus buru-buru berangkat ke London. Dia mendapat beasiswa di sana. Dari Bellerbys College. Dari situlah Bambang lantas masuk kedokteran.

Mengapa di penampilan pertama pilih lagu Listen-nya Beyonce?

"Kebetulan grup kami baru tampil menyanyikan lagu itu. Sebelum tampil kami latihan terus. Jadi, ya sudah, itu saja," katanya.

Bambang memang bergabung dalam grup paduan suara: The Adam Street Singers. Sering tampil sebagai solo di situ. Itu bukan grup gereja tetapi sering tampil dan latihan di panggung gereja.

Pernah juga Bambang tergabung dalam grup nyanyi Acapella SOUND. Juga pernah di grup West End Kids. Pokoknya menyanyi sama penting dengan sekolah.

Meski lagu Listen itu jenis R&B, tidak selalu Bambang memilih jenis itu. "Saya juga biasa nyanyi lagu pop. Jazz. Musical," ujarnya.

Tentu Bambang juga sudah menonton film Dreamgirls. Lagu Listen adalah soundtrack dari Dreamgirls –film yang dibuat tahun 2006.

Semua teman Bambang di Inggris tahu kalau dia suka menyanyi. Dan bagus. Teman-temannya itulah yang mengajukan nama Bambang ke BGT.

Suatu saat Bambang diundang ke sebuah stasiun radio di London. Untuk wawancara. "Saya mengira akan diwawancarai soal bagaimana dokter menangani Covid," ujarnya.

Ia sempat menyangka salah kamar. "Di radio itu saya masuk ke kamar yang ada banyak orang. Lalu saya minta maaf karena telah salah masuk. Ternyata mereka bilang saya tidak salah," kenang Bambang.

Di situ Bambang diberi tahu: untuk masuk seleksi BGT. "Saya kaget. Saya sampai speechless lama. Sampai tiga menitan. Saya tidak tahu harus bersikap bagaimana," katanya.

Namun, dia seorang dokter. Bisa mengendalikan emosi. Lihatlah di video itu. Ketika empat juri berdiri untuknya. Bambang memang terlihat senang.

Namun, lihatlah sendiri gaya kegembiraannya. Cool. Humble.

Kini Bambang berumur 30 tahun. Masih bujang. Hanya sibuk sekolah dan sekolah. Dan menyanyi.

Di bidang kedokteran ia menyukai bidang klinis sekaligus riset. Banyak dokter yang hanya fokus di klinis. Sedikit dokter yang menekuni riset. Bambang suka dua-duanya, bahkan tiga.

Dia tidak hanya ingin jadi dokter. Dia juga ingin jadi penyanyi. Beneran. Profesional.

"Kalau saya diundang nyanyi untuk semisal konser atau bikin album, mungkin saya akan setuju," katanya. "Sepanjang tidak mengganggu keselamatan pasien," tambahnya.

Tidak maukah 100 persen pindah profesi jadi penyanyi? Berhenti jadi dokter?.

"Saya khawatir pasien saya pada kangen," jawabnya diplomatis.

Sambil terus menyanyikan pasiennya di bangsal-bangsal kanker, Bambang kini menunggu kapan masuk semifinal. Itu tidak mudah. Masih harus beberapa kali tampil. Juga harus menjalani wawancara dengan tema di balik layar.

Dari 35 yang sudah lolos tahap sekarang ini hanya akan dipilih 10 saja. Itulah finalnya. Bambang luar biasa. Doa kita.

"Di Inggris Anda juga dipanggil Bambang?" tanya saya.

"Awalnya dipanggil Trytia. Kini dipanggil Bambang," katanya.

Di SMA dia juga dipanggil Bambang. Di SMP Lab Rawamangun pun dipanggil Bambang.

Waktu selesai ''audisi 4 ok'' itu Bambang menghubungi mamanya. video call. "Rupanya papa dan mama habis salat subuh. Mereka terharu sekali," ujar Bambang.

Melihat ekspresi gembira papa-mamanya itu justru Bambang yang menangis. "Mungkin Mama dan Papa menangisnya setelah selesai telepon," ujar Bambang sambil, hehe...

Bambang berarti ksatria. Dia akan menjadi kesatria Indonesia - -mewakili emosi kita semua. (*)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aplikasi Migor


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler