BERLIN - Perusahaan kereta api Jerman, Deutsche Bahn bakal mengoperasikan pesawat pengintai UAV (drone) untuk menangkap pelaku vandalisme di propertinya. Dengan pesawat tanpa awak, perusahaan ini berharap dapat mendeteksi dan merekam gambar dan menuntut pelaku pengrusakan ketika sedang melakukan aksi mereka.
Menurut BBC (27/5), UAV seharga 60 ribu Euro ini bakal dilengkapi dengan kamera inframerah. Jika mendeteksi gerakan, operator di darat akan segera mengirim peringatan ke pilot yang juga berada di darat untuk yang kemudian dapat memburu pelaku dengan menggunakan pengontrol jarak jauh dengan jangkauan sampai beberapa kilometer.
"Setiap drone akan terbang hampir tanpa suara, hingga ketinggian 150 meter di atas tanah," ujar juru bicara Deutsche Bahn.
Deutsche Bahn sendiri dilaporkan menghabiskan dana sekitar USD 10 juta atau sekitar Rp 97 miliar per tahun untuk menangani grafiti yang merusak penampilan stasiun dan propertinya.
Namun sejauh ini belum jelas bagaimana aplikasi rencana ini terkait dengan undang-undang privasi di Jerman yang ketat dan mempengaruhi penggunaan bukti-bukti yang diperoleh lewat pesawat nirawak. Pasalnya, penggunaan kamera untuk merekam orang secara sembunyi-sembunyi merupakan masalah peka di Jerman yang sangat menjunjung tinggi privasi.
Ketika Google mengirimkan mobil ber-kamera melalui negara itu tiga tahun lalu guna membangun "Street View" dari 20 kota, banyak orang keberatan karena rumah mereka muncul secara online. Hal ini kemudian memicu Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle memaksa Google menghapus rumah warga yang privasinya tidak mau ditampilkan.
"Drone akan digunakan dalam depot besar di mana pengacau masuk pada malam hari dan menyemprotkan cat ke gerbong. Ini memberikan bukti kunci untuk penuntutan," lanjutnya.
Masalah drone selama ini sensitif di Jerman karena awal bulan ini Kementerian Pertahanan menghentikan proyek mahal untuk pengembangan pesawat nirawak milik Jerman sendiri sebagai alat surveilans, yang disebut Euro Hawk.(esy/jpnn)
Menurut BBC (27/5), UAV seharga 60 ribu Euro ini bakal dilengkapi dengan kamera inframerah. Jika mendeteksi gerakan, operator di darat akan segera mengirim peringatan ke pilot yang juga berada di darat untuk yang kemudian dapat memburu pelaku dengan menggunakan pengontrol jarak jauh dengan jangkauan sampai beberapa kilometer.
"Setiap drone akan terbang hampir tanpa suara, hingga ketinggian 150 meter di atas tanah," ujar juru bicara Deutsche Bahn.
Deutsche Bahn sendiri dilaporkan menghabiskan dana sekitar USD 10 juta atau sekitar Rp 97 miliar per tahun untuk menangani grafiti yang merusak penampilan stasiun dan propertinya.
Namun sejauh ini belum jelas bagaimana aplikasi rencana ini terkait dengan undang-undang privasi di Jerman yang ketat dan mempengaruhi penggunaan bukti-bukti yang diperoleh lewat pesawat nirawak. Pasalnya, penggunaan kamera untuk merekam orang secara sembunyi-sembunyi merupakan masalah peka di Jerman yang sangat menjunjung tinggi privasi.
Ketika Google mengirimkan mobil ber-kamera melalui negara itu tiga tahun lalu guna membangun "Street View" dari 20 kota, banyak orang keberatan karena rumah mereka muncul secara online. Hal ini kemudian memicu Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle memaksa Google menghapus rumah warga yang privasinya tidak mau ditampilkan.
"Drone akan digunakan dalam depot besar di mana pengacau masuk pada malam hari dan menyemprotkan cat ke gerbong. Ini memberikan bukti kunci untuk penuntutan," lanjutnya.
Masalah drone selama ini sensitif di Jerman karena awal bulan ini Kementerian Pertahanan menghentikan proyek mahal untuk pengembangan pesawat nirawak milik Jerman sendiri sebagai alat surveilans, yang disebut Euro Hawk.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masak Ham, Pria 79 Tahun Tewas Diterkam Anjing Tetangga
Redaktur : Tim Redaksi