DAMASKUS - Aksi brutal rezim Presiden Bashar al-Assad berlanjut. Serangan militer ke Kota Homs memasuki hari ke-7 kemarin (10/2). Bersamaan dengan itu, ledakan dua bom mengguncang Kota Aleppo dan merenggut sedikitnya 25 nyawa. Sejauh ini, serangan beruntun pasukan pemerintah telah menewaskan sedikitnya 400 orang.
Mulai Kamis lalu (9/2), militer Syria menyiagakan sejumlah besar tank di Homs. Kendaraan tempur lapis baja itu mengepung permukiman yang diyakini sebagai tempat berkumpulnya kelompok bekas tentara pemerintah, Free Syrian Army (FSA). Lagi-lagi, desing peluru dan dentuman meriam kembali memaksa penduduk kota industri Syria tersebut bersembunyi di dalam rumah mereka masing-masing.
Jubir FSA yang berada di Turki, Mayor Maher al-Naimi, yakin bahwa pasukan Assad akan melancarkan serangan besar-besaran ke Homs. Itu terlihat dari banyaknya tank yang dikerahkan ke kota berpenduduk sekitar 1,2 juta jiwa tersebut selama dua hari terakhir. Sayangnya, dia tak bisa meramalkan, kapan Assad bakal memerintahkan serangan berskala besar tersebut.
"Sebenarnya, jumlah serdadu Assad kalah jauh dari oposisi. Karena itu, mereka terus-menerus melancarkan serangan ke kantong-kantong oposisi untuk melemahkan kami," tandas Naimi. Celakanya, serangan beruntun pasukan Assad itu tak hanya menewaskan personel FSA, tapi juga warga sipil. Bahkan, jumlahnya jauh lebih besar. Karena itu, FSA tidak berhenti melawan demi membalaskan kematian warga sipil.
"FSA akan mempertahankan kota tersebut sampai titik darah penghabisan," seru Naimi. Dia yakin, FSA mampu mengalahkan pasukan Assad. Apalagi, jumlah militer pemerintah semakin menyusut akhir-akhir ini. Represi tanpa henti itu, menurut dia, telah membuat sejumlah besar serdadu pemerintah berpaling. Mereka lantas bergabung dengan oposisi dan menjadi bagian dari FSA.
Serangan bertubi-tubi ke Homs itu membuat tim medis dan para dokter gelisah. Sebab, mereka tak lagi memiliki stok obat-obatan. Sampai-sampai, seorang dokter memanfaatkan YouTube untuk menggalang bantuan. "Kami mengharapkan bantuan dari masyarakat internasional untuk memindahkan para korban luka dari tempat ini. Jika mereka terus berada di sini, mereka akan mati," serunya.
Sementara itu, dua bom meledak di Aleppo. Assad langsung menyalahkan teroris di balik dua ledakan yang meluluhlantakkan kota terbesar Syria itu. Tak lama setelah ledakan itu, penduduk setempat mengaku mendengar baku tembak dan beberapa ledakan susulan. Konon, beberapa saat sebelum ledakan terjadi, pasukan Assad menyegel kompleks intelijen militer di Aleppo.
Stasiun televisi pemerintah menayangkan rekaman gambar yang diambil di lokasi ledakan, beberapa saat setelah insiden terjadi. Genangan darah dan serpihan tubuh manusia tampak menghiasi jalanan di Aleppo. Beberapa mayat dengan tubuh yang sudah tidak utuh lagi juga terserak di beberapa tempat. Militer Syria menyebut ledakan itu berasal dari bom mobil yang menarget pusat intelijen militer.
Rami Abdel Rahman, direktur Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), menyebut ledakan yang terjadi bukan hanya dua, melainkan tiga. Meski pemerintah yakin bahwa ledakan itu merupakan hasil perbuatan milisi bersenjata oposisi yang mereka sebut teroris, oposisi tak percaya begitu saja. Apalagi, tak ada individu atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"Jika ini perbuatan oposisi, tak mungkin kami sebodoh itu meledakkan bom di kompleks permukiman. Oposisi atau FSA tidak akan membunuh warga sipil," kata Mohammed Abu-Nasr, aktivis oposisi yang berasal dari Aleppo. Dia menambahkan bahwa oposisi dan FSA lebih suka melancarkan serangan ke pos-pos militer milik pasukan pemerintah. (AFP/AP/RTR/hep/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eropa Membeku, Uang Kertas Jadi Pemanas
Redaktur : Tim Redaksi