Tanpa Emas Pertama sejak 1992

Jumat, 03 Agustus 2012 – 06:05 WIB
LONDON - Terhenti sudah tradisi emas bulu tangkis Indonesia di Olimpiade. Kemarin (2/8) semua pebulu tangkis Indonesia gagal untuk merebut tiket ke final Olimpiade London 2012. Karena bulu tangkislah andalan utama kontingen Merah Putih untuk merebut emas, di atas kertas terhenti pula tradisi manis Indonesia yang selalu meraih emas sejak Barcelona 1992.

Sejatinya masih ada atlet Indonesia yang belum berlaga. Yaitu, Fernando Lumain dan Triyaningsih yang bertarung di lintasan atletik dalam nomor lari 100 meter putra dan maraton. Namun, jangankan untuk merebut emas, meraih medali saja sangat sulit bagi mereka.

Asa Indonesia untuk merebut emas ada pada ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Sayang, mereka terhenti di semifinal setelah kalah oleh duet Tiongkok Xu Chen/Ma Jin 23-21, 18-21, 13-21 di Wembley Arena tadi malam.

Pada laga lainnya, ganda putra Muhammad Ahsan/Bona Septano juga menyerah kepada pasangan Korea Selatan Jung Jae-sung/Lee Yong-dae dengan skor 21-12, 21-16.

"Kami meminta maaf kepada semua pencinta bulu tangkis di Indonesia. Kami menerima kegagalan ini dengan besar hati dan melakukan evaluasi ke dalam untuk meraih hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang," kata Djoko Santoso, ketua umum PB PBSI (Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia), setelah pertandingan.

London 2012, tampaknya, bakal menjadi Olimpiade terburuk bagi Indonesia sejak 1992. Chef de Mission Indonesia Erick Thohir langsung menyatakan mundur setelah kekalahan Tontowi/Liliyana. Namun, hal itu ditolak oleh Ketua Umum KOI (Komite Olimpiade Indonesia) Rita Subowo.

Dari tahun ke tahun, setelah merebut dua medali emas Olimpiade Barcelona 1992, kekuatan bulu tangkis Indonesia memang terus menurun. Empat tahun lalu di Beijing, Indonesia diperkuat dua pasangan nomor satu dunia, yaitu Nova Widianto/Liliyana Natsir (ganda campuran) dan Markis Kido/Hendra Setiawan (ganda putra). Pada Olimpiade sebelumnya, Indonesia bahkan memiliki beberapa pebulu tangkis terhebat pada tiap nomor.

Di London 2012, Tontowi/Liliyana yang berada di urutan ketiga dunia merupakan pebulu tangkis dengan peringkat terbaik yang dimiliki Indonesia. Mereka pula harapan utama Indonesia untuk mempertahankan emas. Sayang, pada akhirnya Tontowi/Liliyana gagal.

Beban harus menang, tampaknya, membuat Tontowi/Liliyana banyak melakukan kesalahan. Terutama pada game kedua dan ketiga. "Kami sudah berusaha melupakan beban yang kami pikul, namun tetap saja tidak bisa. Apalagi, setelah mengetahui Ahsan/Bona tersingkir dan kamilah satu-satunya harapan," papar Liliyana.

Kegagalan tersebut menambah kisah negatif kontingen Indonesia. Rabu lalu ganda putri Greysia Polii/Meiliana Jauhari didiskualifikasi karena dianggap melanggar kode etik. Hal itu terjadi karena pasangan tersebut berusaha mengalah saat berhadapan dengan duet Korea Selatan Ha Jung-eun/Kim Min-jung.

Gagal memburu emas, Tontowi/Liliyan akan berjuang merebut medali perunggu. Mereka bersua pasangan Denmark Joachim Fisher/Christinna Pedersen. "Fisher/Pedersen lawan berat. Meski bukan emas, kami akan berjuang keras merebut perunggu," janji Liliyana.

Menpora Andi Mallarangeng segera melakukan evaluasi setiba di tanah air. "Yang jelas, kita tidak bisa lagi hanya menggantungkan harapan kepada bulu tangkis. Harus ada beberapa cabang andalan. Saat bulu tangkis sedang menurun seperti saat ini, kita harus bisa merebut emas dari cabang lain," jelasnya.

Beberapa cabang bisa diharapkan untuk Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Yaitu, panahan dan angkat besi. "Mereka harus mendapat perhatian yang tinggi," kata Andi. (ang/c4/ca)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Balotelli Sebut Barca Diisi Pemain Wanita

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler