Tanpa Paranormal, Jika Manusia Takut, Hantu Makin Kuat

Senin, 27 Februari 2017 – 00:07 WIB
Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - jpnn.com - Mayoritas anggota Ghost Photography Community (GPC) merupakan anak kuliah, karyawan swasta, dan dosen. Tidak ada yang berlatar belakang paranormal atau ahli agama.

Kondisi itu membuat aktivitas berburu hantu di tempat angker semakin menantang.

BACA JUGA: Berbekal Kemenyan dan Kamera, Mereka Berburu Hantu

”Sampai saat ini, belum ada anggota yang kemasukan (jin),” ujar pendiri GPC Mickey Oxcygentri.

Sebagian besar anggota GPC merupakan fotografer. Dengan demikian, teknik memotret mereka tidak perlu diragukan.

Namun, untuk mental, tidak semua anggota bernyali pemberani. Beberapa anggota juga tidak jarang kurang mendapat dukungan keluarga atau orang terdekat.

Mickey, misalnya, sempat dilarang keras menggeluti aktivitas berburu hantu oleh istrinya, Anty Cahyani.

Alasannya, kegiatan itu tidak mainstream. Bahkan, cenderung berbahaya karena berurusan dengan makhluk halus.

”Tapi, sekarang istri saya sering mendampingi kalau hunting (foto hantu, Red),” terangnya.

Selama ini Mickey memberikan doktrin bahwa semakin takut dengan hantu, makhluk halus akan lebih kuat daripada manusia.

Begitu pula sebaliknya, manusia akan lebih kuat bila berani melawan ketakutan.

”Alasan lain, karena hunting ini untuk kebutuhan jurnal saya, akhirnya (istri) mendukung,” ujarnya.

Bukan hanya istri, sepupu dan beberapa kerabat seprofesi juga tertarik hunting hantu.

Sementara itu, menyukai ufologi tak membuat anggota Komunitas UFOnesia gemar menonton film-film berbau luar angkasa atau alien.

Muhammad Irfan, pendiri Komunitas UFOnesia, mengakui, hanya beberapa film yang menjadi sumber rujukan.

Misalnya, Independence Day, Signs, dan Contact. ”Lebih ke film-film lawas sih,” ujarnya.

Menurut dia, film-film bertema luar angkasa dan UFO tak sepenuhnya mencerminkan fakta-fakta soal ufologi.

Bahkan, kadang terkesan lebay untuk manuver dan kecepatan pergerakan UFO.

Dari pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, Irfan menggambarkan pergerakan UFO itu tak langsung dengan kecepatan cahaya dalam melesat di angkasa.

”Perlahan stabil gitu. Gak yang menikuk, lalu hilang. Kemudian soal cahayanya. Bukan yang kerlap-kerlip berlebihan gitu meski terang dan berkedip-kedip,” paparnya.

Berbicara soal anggota, banyak fakta menarik soal latar belakang mereka. Irfan merupakan karyawan di salah satu stasiun televisi swasta.

Ada pula anggota yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Hingga waktu itu, saat gathering, dia harus ditemani orang tuanya. ”Dari berbagai kalangan sih ya. Gak yang dari apa gitu,” katanya.

UFOnesia berdiri pada 2008. Irfan yang dulu anggota Beta UFO meminta izin untuk keluar dan mendirikan UFOnesia.

Menyasar anak-anak muda, UFOnesia awalnya berangkat dari blog-blog biasa berisi pengalaman serta info-info soal UFO dan alien.

Lama-kelamaan, blog buatan Irfan tersebut semakin diminati dan berhasil merekrut banyak anggota.

BACA: Berbekal Kemenyan dan Kamera, Mereka Berburu Hantu

Di Facebook, sudah sekitar 3.000 orang yang bergabung. ”Yang aktif di grup WhatsApp sih sekitar 50 orang,” ujarnya. (tyo/mia/c7/agm)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler