Tanpa Sebut Rohingya, Jokowi Bicara Soal Krisis di Myanmar

Senin, 13 November 2017 – 16:23 WIB
Presiden Joko Widodo di rapat pleno KTT ASEAN ke-31. Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, MANILA - Presiden Joko Widodo berbicara secara khusus terkait krisis kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar pada Pleno KTT ASEAN ke-31 yang diselenggarakan di Philippines International Convention Center Manila, Filipina pada Senin (13/11).

Tanpa menyebut etnis Rohingya, dia menyampaikan rasa prihatinnya atas kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Agenda Padat Presiden Jokowi di KTT ASEAN

"Kita semua sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan di Rakhine State dan juga paham akan kompleksitas masalah di Rakhine State, namun kita juga tidak dapat berdiam diri,” ucap Presiden yang akrab disapa Jokowi.

“Krisis kemanusiaan ini tidak saja menjadi perhatian negara-negara anggota ASEAN namun juga dunia,” lanjutnya.

BACA JUGA: Jokowi Sampaikan Tiga Pesan Utama di Forum APEC Vietnam

Untuk mengatasi krisis kemanusiaan tersebut harus ada kepercayaan dan solidaritas di antara negara-negara anggota ASEAN. Semakin lama masalah ini dibiarkan maka akan berdampak pada keamanan dan stabilitas kawasan termasuk munculnya radikalisme dan trafficking in person.

Karena itu, katanya, negara-negara ASEAN harus bergerak bersama. Myanmar maupun ASEAN tidak boleh tinggal diam. Indonesia sendiri telah turut membantu mengatasi krisis kemanusiaan tersebut dengan memberikan bantuan.

“Indonesia telah menyampaikan usulan formula 4+1 untuk Rakhine, termasuk mendukung implementasi rekomendasi Koffi Annan,” tutur mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Indonesia juga mencatat pidato “Report to the People” yang disampaikan pensihat negara Myanmar, Aung San Suu Kyi beberapa waktu lalu. Presiden mengharapkan agar tiga butir dalam pidato tersebut yaitu repatriation and humanitarian assistance; resettlement and rehabilitation; dan development and durable peace dapat diimplementasikan.

“Indonesia mengharapkan pembicaraan antara Bangladesh dan Myanmar mengenai repatriasi dapat segera diselesaikan dan diimplementasikan.,” harapnya.

Presiden Jokowi juga berharap agar The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre) dapat diberikan akses secara penuh untuk dapat membantu.

Di akhir pidatonya, suami Iriana menegaskan sekali lagi bahwa krisis kemanusiaan di Rakhine State perlu segera diselesaikan.

“Dan akan baik jika ASEAN menjadi bagian penyelesaian masalah. Kita harus buktikan kepada masyarakat kita dan dunia bahwa kita mampu menangani masalah kita,” kata Jokowi.

BACA JUGA: Kahiyang Ayu: Ciee Halal

Sebelum berbicara masalah Rakhine State, di awal sambutannya Jokowi juga mengatakan bahwa ASEAN yang sudah berdiri selama 50 dan telah mampu menciptakan ekosistem stabilitas, perdamaian dan kesejahteraan di Asia Tenggara.

Namun, negara-negara ASEAN tidak boleh puas dengan capaian tersebut. Sebab, tantangan ke depan sangat berat. Karena itu, ASEAN juga harus kuat, bersatu dan mampu menjaga sentralitas kita.

“Kita harus mampu menjadikan ASEAN sebuah asosiasi yang tidak saja dihormati masyarakatnya namun juga dihormati dunia,” pungkasnya.(fat/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buruh Sebut Jokowi Bapak Upah Murah Indonesia


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler