jpnn.com - JAKARTA - Pada awal tahun, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri 7,14 persen. Lalu pada Mei dikoreksi menjadi 6,5 persen karena kondisi perekonomian global masih belum kondusif.
Kini dengan memburuknya kurs rupiah dan melambatnya perekonomian, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat pesimistis dapat mencapai target tersebut.
BACA JUGA: Dukung Konversi BBM ke BBG, TNI Pakai Pertamina Envogas
"Dalam kondisi seperti saat ini saya sudah tidak bisa optimistis. Target 6,5 persen itu sudah sulit, mungkin itu angka pertumbuhan maksimal jika semua investasi yang masuk di awal tahun bisa direalisasikan tahun ini," kata Hidayat di kantornya kemarin.
Apalagi, pemerintah secara resmi telah mengoreksi target pertumbuhan ekonomi dari 6,3 persen menjadi 5,9-6 persen. Dia memprediksi, pertumbuhan industri manufaktur bisa sedikit di atas itu.
BACA JUGA: Pengembang Dilarang Menahan Pasokan Rumah Murah
Merujuk data BPS, pertumbuhan industri turun dua persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dia berkata, ekspor nonmigas masih dikuasai sumber daya alam, bukan produk manufaktur. Saat ini, pihaknya sekuat tenaga berusaha meningkatkan ekspor produk manufaktur. Salah satu upayanya yakni memberikan insentif.
Dia mencontohkan sektor otomotif. Dia menantang produsen otomotif menggenjot ekspor tahun ini dan tahun depan. Dia menawarkan kebijakan yang sekiranya bisa membantu ekspor. Jika memang realistis, pihaknya bakal membawanya ke rapat menteri koordinator perekonomian dan kementerian keuangan.
BACA JUGA: Kedelai Kian Mahal, Petani Curhat Via SMS ke SBY
"Saya tadi ketemu dengan Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia). Untuk meningkatkan ekspor, mereka minta diberi tax allowance. Lalu saya tanyakan lagi kalau misalkan saya kasih lima persen, berapa ekspor yang bisa ditingkatkan tahun ini dan tahun depan," jelasnya.
Hidayat minta perhitungan peningkatan ekspor itu supaya bisa dibicarakan ke kementerian terkait. Kemudahan itu tidak hanya ditawarkan oleh industri otomotif saja, tapi juga industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Saat ini, pemerintah berkonsentrasi pada kondisi fiskal.
Pemerintah terus berpikir regulasi-regulasi baru apa yang harus dibuat atau direvisi agar ekspor dapat meningkat drastis. Selain itu, pemerintah berupaya menekan impor. Barang-barang yang dianggap tidak perlu bagi produktivitas industri akan dibatasi. (uma/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Stop Pasokan Avtur ke Merpati
Redaktur : Tim Redaksi