jpnn.com, JAKARTA - Tarif tiket pesawat sampai saat ini masih tinggi. Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Bambang Haryo menilai, masih tingginya harga tiket karena kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap maskapai.
Dia menjelaskan, saat ini di Indonesia didominasi maskapai berbiaya rendah (LCC) atau sekitar 80 persen dan maskapai ekonomi full service 20 persen.
BACA JUGA: Praktik Kartel Bikin Harga Tiket Pesawat Mahal
Sayangnya, semua fasilitas yang disediakan pemerintah misalnya di bandara lebih dikhususkan kepada maskapai ekonomi full service.
"Kebijakan pemerintah yang harus diubah kebijakan LCC 80 persen tidak difasilitasi, yang mana lebih fasilitasi ekonomi full service. Sehingga LCC harus membayar semua fasilitas mulai dari landing fee, garbaratanya, terminal semuanya harus biaya ekonomi full service, inilah yang menyebabkan ekonomi jadi tinggi," kata Bambang, Kamis (21/3).
BACA JUGA: Tarif Tiket Pesawat Mahal, YLKI Tunggu Pengungkapan Dugaan Kartel
Menurut Bambang, kondisi yang ada di Indonesia terbalik dengan di Malaysia. Di Malaysia, meski maskapai LCC-nya sedikit tapi mereka menyediakan fasilitas di bandara khusus untuk maskapai LCC.
"Di Malaysia disiapkan khusus LCC, jadi semuanya murah. Ini juga bukan karena BBM mahal, tapi karena runway nya sedikit jadi pesawat holding (antre) di atas menunggu antrean, sehingga penggunaan BBM nya boros," jelas Bambang.
BACA JUGA: Tiket AirAsia Hilang di Traveloka, ada Kongkalikong?
Terkait adanya dugaan permainan Kartel, Bambang menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Masalah kartel itu ada yang tanganin KPPU, yang jelas ini akibat kebijakan pemerintah yang membuat ekonomi jadi tinggi. Sebenarnya, kartel bisa dihentikan pemerintah dengan batas atas dan bawah, juga ditambah ketentuan dengan normal pricenya berapa," tandas Bambang.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khawatir Harga Tiket Pesawat Makin Mahal Mendekati Lebaran
Redaktur & Reporter : Yessy