DILI - Pertarungan Francisco "Lu-Olo" Guterres dengan Taur Matan Ruak pada putaran kedua Pemilihan Presiden (pilpres) Timor Leste menjadi pertarungan dua tokoh sipil dan militer. Lu-Olo seorang politikus kawakan dan Ruak mantan panglima militer Timor Leste.
Buntutnya, visi kedua kandidat pun berbeda. Lu-Olo menawarkan program-program populis dan kerakyatan, Taur mengandalkan stabilitas keamanan dan ketenangan. Salah satu program Taur yang menjadi perhatian, adalah rencananya untuk memberlakukan wajib militer kepada warga Timor Leste.
Beberapa kali Ruak menyebut isu wajib militer (wamil) selama masa kampanyenya. Sontak, gagasan pria yang juga bernama Jos Maria Vasconcelos itu memantik pro dan kontrak di masyarakat Timor Leste.
"Saya pikir, sekarang bukan saatnya untuk negara kita, memberlakukan wajib militer. Negara ini bukan lagi dalam situasi perang, yang harus kami lakukan adalah membangun dan membangun," kata Jose Luis, mahasiswa Universidade Dili, kepada Jawa Pos, kemarin.
Fretilin yang menyokong Lu-Olo, dengan tegas menolak wamil. "Saya tidak setuju. Ketika era perjuangan kemerdekaan mungkin diperlukan, sekarang negara ini sudah merdeka. Banyak hal lain yang lebih penting," jelas Mari Alkatiri, sekjen Fretilin.
Tapi, ada juga yang menilai, wamil dibutuhkan. "Dengan kebijakan itu, mungkin akan membuat para pemuda lebih disiplin," bilang Tibertio Santos, seorang pemuda yang mengaku mendukung CNRT, partai yang ikut menyokong Taur, ketika ditemui di Taibesi.
Para pendukung Ruak, menilai, kebijakan itu sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas negara. Apalagi, pada Desember nanti, keamanan di Timor Leste akan diambil alih secara penuh oleh mereka. Sebab, pasukan keamanan PBB akan ditarik keluar.
"Isu tentang wajib militer itu benar, tetapi banyak diartikan secara keliru Tujuannya bukan persiapan perang, melainkan untuk memberikan kesempatan kepada para pemuda berkontribusi buat negaranya. Itu bukan program yang berdiri sendiri," kata Fidelis Magalhaes, juru bicara tim sukses Ruak, di markas tim sukses Ruak, di Taibesi.
Lagi pula, lanjut dia, itu bukan satu-satunya program yang ditonjolkan Ruak. Masih ada subsidi kepada para veteran perang serta membangun hubungan yang harmonis dengan dua negara tetangganya, Indonesia dan Australia.
Dia melanjutkan, meski berlatar belakang militer, Ruak tak antidemokrasi. "Apakah ada jaminan tokoh sipil pasti demokratis. Calon presiden kami telah membuktikan memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis selama bertahun-tahun memimpin militer," kata Magalhaes.
Sementara itu, bila Lu-Olo telah mendapat dukungan dari Blok Proklmator dan juga disebut-sebut kemungkinan mendapat dukungan Jose Ramos Horta dan Fernando La Sama, dukungan kepada Ruak kurang terdengar.
Paling santer hanya dari sebagian petinggi PSD. Beberapa petinggi PSD sudah datang ke markas tim sukses Ruak untuk memberikan dukungan. "Kami terbuka kepada setiap dukungan," kata Magalaes. (ham/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Pelaut Pilipina Diculik di Yaman
Redaktur : Tim Redaksi