Tawa Duka

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu, 01 Januari 2023 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - DUKA akhir tahun pun hilang di Cikeusik. Terutama setelah bertemu 21 'Perusuh' Disway di Banten Selatan itu. Kemarin. Khususnya setelah mengenal satu per satu siapa mereka.

Meski 21 orang itu hasil undian, ternyata cukup mencerminkan profil pembaca Disway secara keseluruhan. Wanitanya, 6 orang. Yang Tionghoa 5 orang.

BACA JUGA: Tahun Perusuh

Latar belakang pendidikan mereka pun mencerminkan profil pembaca Disway: ada sarjana fisika ITB, ada sarjana matematika murni, ada alumni UIN Pekanbaru dan Jakarta.

Ada sarjana ilmu komputer. Ada akuntansi. Ada seorang dokter. Yang lulusan SMA hanya satu orang –dua dengan saya. Ia asli wong kito Palembang. Pedagang. Sudah punya 4 toko. Tokonya tetap berkembang meski diserbu Indomaret dan Alfamart. Pertanda ia sudah siap memasuki persaingan kelas berat.

BACA JUGA: Tahun Gegap

Juga ada satu orang mantan TKW. Perusuh lulusan SMP ini dikawini perusuh laki-laki jauh sebelum ada rubrik komentar.

Hebatnya Sang TKW mempunyai data berharga di negara tempatnyi bekerja. Info itu disampaikan kepada sang suami. Lantas info itu pun jadi ladang bisnis suami-istri ini.

BACA JUGA: Tidak Kapok

Bisnis itu menghasilkan. Belakangan dia sering diajak suami mondar-mandir ke negara tempat dia jadi TKW dulu. Kali ini dalam status yang sudah sebagai juragan bisnis.

Hidupnya pun kelihatan bahagia. Wajahnya ceria. Banyak senyum. Tinggi. Langsing. Perusuh lain pun salah sangka berapa umurnya.

Rupanya ia sadar: tampangnya jauh lebih muda dari umurnya. Maka di depan para perusuh itu ia mengadakan sayembara: siapa yang bisa menebak berapa umurnya.

Tebakan itu berhadiah: yang bisa menebak dengan benar diberi hak memilih hadiah. Yang mana? Yang di dalam kantong kanan atau kantong kirinya.

Akhirnya ada satu yang benar: Si pedagang dari Palembang itu. Tebakannya tepat: umurnya 50 tahun. Maka ia memilih hadiah yang di kantong kanan.

Ternyata isinya uang dua lembar warna merah. Nilainya ternyata lebih besar dari isi kantong kiri: dua lembar juga tapi warna biru.

Ada juga yang membawa hadiah tanpa harus diundi. Ia perusuh dari Pekalongan. Ia membawa barang yang lagi top-hot di rubrik komentar: kopi tahlil.

Jadilah kopi tahlil rebutan. Banyak yang ingin mencoba seperti apa rasanya.

Sayang tidak ada yang membawa hadiah berupa kopi sachetan yang naik daun dua minggu terakhir.

Saya sendiri tidak begitu paham mengapa kopi sachetan bikin heboh. Saya sampai minta salah seorang perusuh untuk menceritakan asbabun nuzul isu sachetan itu.

Salah seorang perusuh Tionghoa berpendidikan marketing di Los Angeles. Ia dapat tawaran kerja di sana, tetapi pilih pulang ke Indonesia: untuk membuat program satu juta kacamata bagi anak orang miskin yang memerlukannya.

Latar belakangnya mengharukan. Ada anak kecil. Nilai rapornya buruk. Dimarahi terus oleh orang tuanya. Sampai si anak depresi.

Belakangan baru diketahui bahwa pandangan anak itu blaur. Ia tidak bisa membaca huruf-huruf yang ditulis guru di papan tulis.

Perusuh yang satu lagi lulusan Toronto. Ilmu komputer. Ia memilih terjun ke pertanian organik. Istrinya seorang dokter. Lima tahun lagi pensiun dari BRIN. Sang istri juga ikut terjun ke pertanian organik.

Yang sarjana matematika murni tadi, juga terjun ke pertanian: hortikultura. Di Blitar. Mula-mula sewa lahan orang lain. Sekarang sudah punya lahan pertanian sendiri.

Pak Thamrin Dahlan adalah salah seorang perusuh tertua. Usianya 70 tahun. Ia pensiunan polisi. Pangkat terakhirnya kolonel. Satu tingkat lebih tinggi dari pangkat Polwan istrinya.

Pak Thamrin sudah menulis lebih 70 buku. Juga ribuan puisi.

Sedang perusuh termuda berumur 23 tahun. Masih semester 5. Agak telat. Selama pandemi ia istirahat kuliah. Ia juga melakukan sayembara.

Sayembaranya disambut meriah: barang siapa punya kenalan wanita yang ingin nikah agar dihubungkan kepadanya.

Ada satu lagi yang juga masih bujangan. Tionghoa. Kerja di bidang real estate. Tetapi ia sudah punya calon S3. Ia tidak perlu adakan sayembara.

Mengapa pilih kerja di real estate? "Saya sudah bertanya ke tiga orang suhu. Tiga-tiganya sama: hoki saya di bisnis yang terkait dengan tanah," katanya.

Ia memang pernah bisnis pakaian. Gagal. Dagangan bajunya laris sekali, tetapi tidak bisa jadi uang.

"Ternyata pakaian itu masuk kategori kayu. Saya diramal tidak sukses di bisnis yang terkait dengan kayu," tambahnya.

Begitu total ia terjun ke bidang real estate, sampai-sampai harus belajar fengsui. Ia harus tahu rumah seperti apa, menghadap ke mana, tangganya berapa, dan di sebelah mana diletakkan pintunya.

Kini ia tidak hanya mengerti fengsui. Sudah mulai banyak yang bertanya kepadanya soal fengsui rumah konsumennya. Siapa tahu kelak ia lebih kaya karena ramalannya daripada real estatenya.

Ternyata ada satu orang "penyelundup" ke forum ini. Penyelundup tengah malam. Dia datang pukul 22.30, ketika semua perusuh sudah terlelap.

Dia adalah Jenny Wijaya, Si pejuang sagu. Dia bilang hanya untuk ikut senam-dansa. Tetapi rasanya dia juga ingin tahu sosok para perusuh yang lagi kumpul di Kampung Agrinex.

Dia merasa pernah jadi korban perusuh. Yakni ketika fotonyi bersama saya diramesi agak seronok sampai foto itu diganti. Padahal hanya foto rangkulan.

Tentu ada satu topik yang dibahas dengan gelak tawa sampai air mata berderai-derai: mengapa ada satu perusuh yang batal datang.

Saya pura-pura tidak mendengarnya tetapi ternyata tidak berhasil menyembunyikan tawa.

Pagi-pagi, sebelum senam, saya keliling villa-villa di Kampung Agrinex. Saya ingin tahu apakah banyak ular di sekitar villa. Saya memang sudah bangun pukul 02.45: sstttt Liverpool main lawan Leicester City.

Acara Perusuh pun ditutup dengan pesta durian. Teman-teman dari PLN Banten Selatan datang membawa durian Badui. Banyak sekali.

Maka lengkaplah kegembiraan akhir tahun. Bisa menghardik duka sepanjang 2022. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alat Puruhito


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler