PERAWATAN paliatif yang telah dianjurkan pelaksanaannya meningkatkan angka kedatangan pasien ke poli paliatif RSUD dr Soetomo. Sebagian besar ada pada stadium lanjut.
Menurut dr Agus Ali Fauzi PGD Pall Med, kepala instalasi poli tersebut, hal itu seharusnya tidak terjadi. Sebab, paliatif sejatinya bisa diterapkan sejak pasien ada pada stadium awal penyakit kronis yang dideritanya. "Artinya, kurang pas ini. Hendaknya terapi paliatif ditegakkan sejak pasien masuk stadium awal, bukan saat stadium lanjut," jelasnya.
Berkaca pada pernyataan WHO pada 2005 disebutkan bahwa pelaksanaan terapi paliatif itu diberikan selama awal diagnosis hingga proses dukacita. Agus menegaskan, fungsi paliatif penting selain tindakan kuratif yang dilakukan dokter spesialis. "Kalau dokter spesialis melakukan tindakan medis seperti operasi, posisi paliatif ini adalah untuk menyembuhkan rasa nyeri akibat proses operasi tersebut," jelasnya.
Umumnya, yang mendapat terapi itu adalah mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti kanker, HIV/AIDS, dan diabetes. Selain metode pengobatan, paliatif memberikan cara lain seperti penggunaan tanaman herbal, terapi musik, atau teknik akupunktur. "Itu namanya complementary therapy," paparnya.
Agus menjelaskan, perawatan paliatif bisa membantu para penderita penyakit kronis lepas dari sakit dan diajak menikmati hidup. Dia juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki saudara pengidap penyakit kronis, agar tidak hanya disuruh tinggal di kamar.
Ia menganjurkan anggota keluarga pengidap penyakit kronis itu sering diajak keluar untuk melihat suasana lain dan melupakan penyakit yang diderita. Itu penting karena orang sakit sering stres. "Nah, kalau sudah tahu demikian, kita harus ajak mereka menikmati dunia luar biar tidak stres," ujarnya. (dha/c6/ay)
Menurut dr Agus Ali Fauzi PGD Pall Med, kepala instalasi poli tersebut, hal itu seharusnya tidak terjadi. Sebab, paliatif sejatinya bisa diterapkan sejak pasien ada pada stadium awal penyakit kronis yang dideritanya. "Artinya, kurang pas ini. Hendaknya terapi paliatif ditegakkan sejak pasien masuk stadium awal, bukan saat stadium lanjut," jelasnya.
Berkaca pada pernyataan WHO pada 2005 disebutkan bahwa pelaksanaan terapi paliatif itu diberikan selama awal diagnosis hingga proses dukacita. Agus menegaskan, fungsi paliatif penting selain tindakan kuratif yang dilakukan dokter spesialis. "Kalau dokter spesialis melakukan tindakan medis seperti operasi, posisi paliatif ini adalah untuk menyembuhkan rasa nyeri akibat proses operasi tersebut," jelasnya.
Umumnya, yang mendapat terapi itu adalah mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti kanker, HIV/AIDS, dan diabetes. Selain metode pengobatan, paliatif memberikan cara lain seperti penggunaan tanaman herbal, terapi musik, atau teknik akupunktur. "Itu namanya complementary therapy," paparnya.
Agus menjelaskan, perawatan paliatif bisa membantu para penderita penyakit kronis lepas dari sakit dan diajak menikmati hidup. Dia juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki saudara pengidap penyakit kronis, agar tidak hanya disuruh tinggal di kamar.
Ia menganjurkan anggota keluarga pengidap penyakit kronis itu sering diajak keluar untuk melihat suasana lain dan melupakan penyakit yang diderita. Itu penting karena orang sakit sering stres. "Nah, kalau sudah tahu demikian, kita harus ajak mereka menikmati dunia luar biar tidak stres," ujarnya. (dha/c6/ay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Remaja Kegemukan Rawan Kena Gangguan Pendengaran
Redaktur : Tim Redaksi