jpnn.com, JAKARTA - Australia tidak akan menerima tuntutan China untuk mengubah kebijakan guna memulai kembali pembicaraan bilateral, kata Menteri Luar Negeri Marise Payne.
"Kami telah diberitahu oleh China bahwa mereka hanya akan terlibat dalam dialog tingkat tinggi jika kami memenuhi persyaratan tertentu. Australia tidak memberikan persyaratan pada dialog. Kami tidak dapat memenuhi persyaratan (mereka) sekarang," kata Payne dalam pidatonya pada Kamis malam (5/8) di Canberra.
BACA JUGA: Dokter Australia Ini Pergi ke China Mewakili WHO, Apa yang Dia Temukan?
Hubungan dengan China, yang sudah goyah setelah Australia melarang Huawei dari jaringan pita lebar 5G yang baru lahir pada 2018, semakin mendingin setelah Canberra tahun lalu menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul pandemi virus corona, yang pertama kali dilaporkan di China tengah tahun lalu.
China merespons dengan mengenakan tarif pada komoditas Australia, termasuk anggur dan jelai, dan membatasi impor daging sapi, batu bara, dan anggur Australia.
BACA JUGA: Australia Tak Khawatirkan Adanya Kapal Mata-mata China Dekat Queensland
Kedutaan China di Canberra tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pidato Payne.
Terlepas dari ketegangan bilateral, China tetap menjadi mitra dagang terbesar Australia.
BACA JUGA: Imbangi Dominasi China, Australia Perlu Kembangkan Senjata Nuklir
Dalam 12 bulan hingga Maret, Australia mengekspor barang senilai 149 miliar dolar Australia (sekitar Rp 1.581 triliun) ke China atau turun 0,6 persen dari tahun sebelumnya.
Namun, ekspor telah didukung oleh harga yang kuat untuk bijih besi, komoditas tunggal terbesar dalam perdagangan dengan China. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil