TEHERAN - Situasi di Iran pasca pemilihan presiden (pilpres) pada 12 Juni lalu belum kunjung kondusifDemonstrasi dan kerusuhan pascapilpres, yang akhirnya dimenangkan tokoh ultrakonservatif dan presiden saat ini Mahmoud Ahmanidejad, itu belum reda
BACA JUGA: Pasien Buta Bisa Melihat Lagi berkat BrainPort
Bahkan, televisi pemerintah melaporkan bahwa sedikitnya 20 orang tewas dalam kerusuhan pascapilpres.Korban terbaru terjadi saat kerusuhan Sabtu siang (20/6) waktu setempat hingga malam kemarin (Minggu dini hari WIB)
BACA JUGA: Kemenangan Ahmadinejad Sudah Sah dan Final
Selain itu, lebih dari 100 orang luka-luka.Stasiun televisi itu memberitakan, perusuh membakar dua stasiun pengisian bahan bakar dan sebuah pos penjagaan tentara
BACA JUGA: Iran Minta AS Hentikan Provokasi
Massa memprotes hasil pilpres karena menuding kemenangan Ahmadinejad diwarnai kecuranganTeheran memang mulai tenang kembali kemarin (21/6)Tapi, situasi kota tersebut juga dilaporkan mencekamTak banyak orang keluar rumah tanpa keperluan pentingPolisi dan milisi bersenjata Basij berjaga-jaga di jalan-jalan protokol dan lapanganBeberapa lokasi yang sebelumnya menjadi tujuan unjuk rasa tak luput dari penjagaan.
Milisi Basij merupakan warga sipil bersenjata di bawah pembinaan pasukan Garda RevolusiMereka berpatroli di jalan-jalan sambil membawa senapan KalashnikovKarena ketatnya pengamanan, massa yang menolak hasil pilpres tidak bisa berunjuk rasa seperti sebelumnya"Ketakutan terus membayangi masyarakat dalam situasi saat ini," kata Kepala Peneliti Amnesty International Iran Drewery Dyke kepada kantor berita The Associated Press
"Selama 10 tahun memantau dan berada di negeri ini, saya belum pernah merasakan situasi seperti sekarangSemua dilarang dan diberangus," lanjutnya.
Pemerintah Iran memberlakukan pemberangusan dalam konflik dalam negeri paling serius di negara tersebut sejak Revolusi Islam pada 1979Tetapi, berbagai gambar baru tentang "kebrutalan" di Iran terus bermunculanSebab, sebagian warga Iran di dalam maupun luar negeri tidak pernah berhenti menentang Presiden Mahmoud Ahmadinejad maupun pemimpin tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.
Dalam pilpres lalu, Ahmadinejad yang menjadi tokoh incumbent dinyatakan meraih 62,63 persenMir Hossein Mousavi, tokoh reformis yang juga mantan perdana menteri Iran, mendapat 33,75 persenDua kandidat presiden lain meraih suara di bawah dua persenMantan Ketua Parlemen Mehdi Karoubi mendapat 0,9 persen, sedangkan Mohsen Rezai 1,7 persen
Mousavi mengklaim memenangi pilpres, tapi dinyatakan kalah oleh Ahmadinejad setelah dicurangiHal itu memicu protes para pendukung MousaviUnjuk rasa kaum oposisi berlangsung sejak sepekan laluDalam bentrok pengunjuk rasa dan polisi sebelumnya, televisi pemerintah mengumumkan sedikitnya tujuh orang tewas.
Media pemerintah juga melaporkan terjadinya insiden bom bunuh diri di makam pemimpin revolusi Islan Iran Ayatullah Ruhollah Khomeini Sabtu laluSedikitnya dua orang dilaporkan tewas dan delapan lain luka-lukaDalam insiden itu, televisi pemerintah juga sempat menayangkan gambar pecahan kacaTapi, tak ada gambar-gambar korban atau kerusakan lain.
Sejumlah saksi melaporkan hanya ada tiga korban lukaKendati begitu, belum ada verifikasi independen terkait aksi bom bunuh diri tersebutTelevisi pemerintah sempat mengutip keterangan seorang saksi bahwa seorang pria yang mengenakan bom ikat pinggang meledakkan diri di gerbang utama makam Khomeini.
Polisi Iran juga terus menangkap para tokoh yang diduga mendalangi kerusuhanFaeza Hashemi, putri pertama mantan Presiden Ayatullah Hashemi Rafsanjani, ditangkapMenurut Press TV, Faeza ditangkap bersama empat anggota keluarga Rafsanjani lainnya Sabtu malamTidak disebutkan identitas empat orang tersebutTapi, gambar putri Rafsanjani itu sempat ditayangkan ketika berorasi di depan ribuan pengunjuk rasa pendukung Mousavi.
Pemerintah Iran mencurigai tokoh berpengaruh di sana berada di belakang kerusuhanMedia setempat mencatat, Rafsanjani belum muncul sejak kerusuhan pascapilpresMantan presiden dan pejabat paling paling berpengaruh di Iran itu juga tak pernah muncul di depan publik sejak kerusuhanRafsanjani juga dikabarkan tidak menghadiri undangan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Khameini saat menyerukan persatuan di negara tersebut.
Saat ini Rafsanjani memimpin dua kelompok politik paling berpengaruhYang pertama Persatuan Ahli IranLembaga yang didirikan para pejabat senior itu berwenang memilih dan mencopot pemimpin tertinggiKedua, Dewan Kebijaksanaan atau sebuah badan seperti Mahkamah Konstitusi yang mengadili sengketa antara parlemen dan Dewan Penjaga (Guardians Council)Badan tersebut bisa membatalkan pemberlakuan sebuah UU
Wakil Kepala Polisi Iran Ahmad Reza Radan menuding kelompok oposisi di pengungsian, People's Mujahedeen of Iran (PMOI), berada di belakang demonstrasi dan kerusuhan Sabtu laluMenurut kantor berita pemerintah Iran, IRNA, sejumlah tokoh dan anggota PMOI telah ditangkap atas tuduhan mendalangi kerusuhan itu.
Kementerian Intelijen Iran juga menangkap sejumlah orang yang dituding melancarkan aksi "teroris"Tidak disebutkan jumlahnya, tapi mereka diidentifikasi pernah dilatih di kamp Ashraf, Iraq"Mereka masuk Iran untuk melancarkan aksi terorisme," kata IRNAAshraf, sebuah kamp di Iraq dekat perbatasan Iran, menjadi markas sekitar 3.500 anggota PMOI.
Dalam perkembangan lain, pemerintah Iran kemarin mengusir seorang koresponden stasiun televisi BBC dari InggrisJon Leyne, koresponden tetap BBC di Teheran, diminta meninggalkan Iran karena dituduh telah membantu mendukung kekerasan pasca-pilpresBahkan, pemerintah Iran mengingatkan media massa Inggris bahwa tindakan lanjutan akan diambil jika mereka tetap "campur tangan" dalam masalah Iran.
Sedangkan cekal terhadap stasiun televisi berbasis di Dubai, Al-Arabiya, tetap diberlakukanKantor biro stasiun televisi itu di Teheran diperintahkan tetap ditutup karena dinilai telah "memberitakan secara tidak tepat dan adil" pilpres di Iran.
Iran juga menuding keterlibatan sejumlah negara-negara di balik unjuk rasa dan kerusuhan di negaranyaMenlu Iran Manouchehr Mottaki ketika jumpa pers kemarin menyebut Inggris, Prancis, dan Jerman ikut memancing di air keruh dengan mempertanyakan laporan soal terpilihnya kembali Presiden Ahmadinejad
Mottaki juga menuding Prancis melakukan "pendekatan tidak adil"Sedangkan Inggris dikecam keras karena menyabotase pilpres dan "selalu menciptakan masalah" dalam hubungan dengan IranSedangkan Ahmadinejad menyebut Inggris dan AS terlibat dalam kerusuhan di Iran.
Tapi, tuduhan itu langsung diklarifikasiSenator Dianne Feinsten, yang memimpin Komite Intelijen di Senat AS, menyatakan bahwa intelijen AS tidak terlibat dalam protes masal di Iran"Saya bisa sampaikan, sejauh semua yang saya tahu, bahwa tidak ada campur tangan (AS) dalam pilpres di IranJuga, tidak ada manipulasi (oleh AS) atas warga di sana selama pelaksanaan pilpres," tegasnya dalam wawancara dengan CNN.
Inggris juga membantah tuduhan terlibat dalam pilpres IranMenurut Menteri Luar Negeri Inggris David Milliband, klaim soal intervensi negaranya dalam pilpres di Iran sama sekali tak berdasar"Kami menyerahkan pilihan sepenuhnya kepada rakyat Iran," katanya
Komentar juga dating dari IsraelPresiden Israel Shimon Peres kemarin menyatakan dukungan kepada demonstran proreformasi di IranDia menilai pemuda Iran seharusnya berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan(AP/AFP/Rtr/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand
Redaktur : Tim Redaksi