“Jumlah pemilih pemula cukup signifikan, lebih dari 20 persen pemilih di Indonesia. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula, sekitar 27 juta dari 147 juta pemiliih,” ujar Sumarno. “Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih,” imbuhnya.
Pada tahun ini diperkirakan jumlah pemilih pemula meningkat. Menurut Sumarno, berdasarkan data BPS 2010, penduduk usia 15-19 tahun berjumlah 20.871.086 jiwa. Usia 20-24 tahun berjumlah 19.878.417 orang. Jumlah total pemilih pemula 40.749.503 orang. “Adapun karakteristik pemilih pemula itu di antaranya, kritis, idealis, lebih rasional dan sebagainya,” terangnya.
Sumarno menambahkan, besarnya potensi pemilih pemula, akan meningkatkan kadar legitimasi pemilu dan pilgub. Bahkan kata dia, pemilih pemula lebih obyektif menentukan pilihan. “Kalau satu suara saja menentukan, bagaimana suara 20 sampai 30 persen pemilih pemula,” ujar Sumarno.
Adapun Ketua KIPP DKI Jakarta Wahyudinata, membenarkan jika pemilih pemula sangat kritis. “Saat saya sampaikan materi, pertanyaan mereka sangat kritis,” terangnya.
Sementara itu, Susi Rahmawati, salah seorang siswi SMK 17 di Jakarta Barat, menanyakan tentang golput. Apakah ada sanksi atau tidak, jika tidak memilih.
Menurut anggota KPU DKI Sumarno, golput adalah hak, tidak ada sanksi. Kalau di Australia yang tidak menggunakan hak pilih didenda 20 dolar. “Kalau zaman orde baru, golput itu kan sebagai bentuk protes. Kalau sekarang masih ada yang golput itu sayang. Apalagi hanya lima tahun sekali, menentukan siapa calon pemimpin DKI nantinya,” pungkas Sumarno. (dai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cecar KPK, Politisi Hanura Nyaris Pingsan
Redaktur : Tim Redaksi