Teknologi Pertanian Presisi Dukung Produktivitas Pertanian Meningkat, Siap Swasembada Pangan

Jumat, 25 Oktober 2024 – 13:40 WIB
PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali berhasil meningkatkan produktivitas dalam budi daya padi melalui penerapan teknologi pertanian presisi. Foto: dok Pupuk Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali berhasil meningkatkan produktivitas dalam budi daya padi melalui penerapan teknologi pertanian presisi "PreciX".

Hasil positif ini dapat dilihat pada kegiatan "Panen Riset PreciX - Agrosolution" di Desa Sukamandi, Kec. Sagalaherang, Kab. Subang, Kamis (24/10).

BACA JUGA: Kejurnas Angkat Besi Junior Pupuk Indonesia 2024 Diikuti Atlet Aceh hingga Papua Pegunungan

Demplot di Sukamandi dilaksanakan di lahan seluas 11,68 hektare.

Panen dengan cara atau kebiasaan petani sebelumnya hanya memperoleh hasil 5,1 ton per hektare, sementara dengan teknologi pertanian presisi atau precision farming didapatkan panen sebesar 5,6 ton per hektare atau terjadi peningkatan produktivitas hampir 10 persen.

BACA JUGA: Berkomitmen Dukung Pendidikan Vokasi, Pupuk Kaltim Dapat Penghargaan dari Kemenperin

"Tujuan utama dari teknologi pertanian presisi ini adalah untuk mendukung program Pemerintah dalam mempercepat tercapainya swasembada pangan di Indonesia," ujar SVP Indonesia Fertilizer Research Institute (IFRI) Pupuk Indonesia, Gita Bina Nugraha saat menghadiri kegiatan "Panen Riset PreciX - Agrosolution" di Desa Sukamandi baru-baru ini.

Gita membebekan dengan penerapan pertanian presisi pada Program Agrosolution, Pupuk Indonesia bersama stakeholder berupaya meningkatkan hasil panen sekaligus menciptakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dan berkelanjutan. 

Gita menilai melalui langkah ini, Pupuk Indonesia memberikan nilai tambah maksimal tidak hanya melalui peningkatan hasil panen tetapi juga pendapatan bagi petani.

Program Agrosolution sendiri merupakan ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir, melibatkan perbankan, lembaga asuransi hingga offtaker. 

Dengan demikian dipastikan pendapatan petani juga meningkat. Dari demplot ini ada peningkatan penghasilan petani sekitar 11 persen.

"Dengan teknologi dan kolaborasi ini, petani tidak hanya mendapatkan hasil panen lebih tinggi, tetapi juga harus lebih menguntungkan. Oleh karena itu ada peran stakeholder yang berkontribusi," tegas Gita.

Adapun PreciX merupakan teknologi yang dikembangkan untuk mendeteksi kandungan atau status hara N, P, dan K pada tanaman padi. 

Teknologi yang memanfaatkan alat drone ini mampu memberikan rekomendasi pemupukan dengan cepat dan presisi. Implementasinya, teknologi ini mendukung layanan Mobil Uji Tanah (MUT) yang juga ada pada pendampingan budidaya Makmur/Agrosolution. 

Apabila PreciX mendeteksi kebutuhan hara pada tanaman, sementara MUT ini mendeteksi kandungan hara pada tanah.

Di Sukamandi ini, Pupuk Indonesia juga memanfaatkan teknologi pertanian presisi untuk melakukan mapping di lahan seluas 592 hektare.

Diperoleh rekomendasi pemupukan per hektarnya NPK sebanyak 373 kg, Urea 189,61 kg, dan KCl 64,53 kg. Sebagai perbandingan, petani sebelumnya mengaplikasikan pupuk NPK 300 kg, Urea 200kg, dan KCl 100 kg.

Pengembangan teknologi pertanian presisi dimulai dari arahan Kementerian BUMN Republik Indonesia, dimana unit-unit riset pada klaster pangan dan pupuk diharapkan dapat berkolaborasi, yang kemudian dituangkan dalam Indonesia Food and Fertilizer Research Institute (IFFRI). 

Anggotanya adalah IFRI Pupuk Indonesia, RNI Food Research Institute (RFRI), dan Bulog Food Research Institute (BFRI).

Adapun Pupuk Indonesia bersama anggota holding pada 2024 ini melakukan riset pertanian presisi di berbagai tempat di Indonesia, dengan beragam komoditas. Rinciannya di 46 titik demonstration plot (demplot) yang tersebar di 12 provinsi. Adapun komoditas yang menjadi riset tidak hanya padi, tapi juga kepala sawit, tebu, dan jagung.

Dari total riset tersebut, Pupuk Indonesia telah menggelar demplot pertanian presisi di luas lahan 8.265 hektare dan sudah melakukan mapping di lahan seluas 252.647 hektare. Hasil riset ini diperoleh peningkatan produktivitas kurang lebih 13,5 persen.

"Harapannya, pola budidaya ini digunakan berkelanjutan, selain untuk mencapai produktivitas pertanian, lahan tersebut juga harus dapat mendukung hasil pertanian yang berkelanjutan, tidak hanya untuk generasi saat ini, tapi juga untuk generasi setelah kita," kata Gita.(jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler