Teknologi robotika memiliki peluang besar untuk merevolusi pertanian, namun hingga kini penggunaannya dalam industri pertanian belum terlalu besar. Tantangannya bertambah besar karena perlu cara khusus untuk menarik minat generasi muda untuk menekuni industri pertanian. Universitas Teknologi Sydney mengundang puluhan insinyur robotika terkemuka di dunia membahas peluang ini.
BACA JUGA: Peninjauan Kembali Andrew Chan dan Myuran Sukumaran Ditolak
Enam puluh insinyur robotika terkemuka di dunia dan akademisi berkumpul untuk pertama kalinya dalam Program Sekolah Musim Panas Robotika Pertanian yang diadakan di Sydney University. "Ini adalah sektor lapangan kerja yang sama sekali baru," kata Dr Robert Fitch, penyelenggara program ini yang juga Manajer Sistem Perencanaan di Pusat Robotika (ACFR). Sebagai orang yang dibesarkan di sebuah peternakan kecil di Ohio, Amerika Serikat, Dr Fitch mengaku dirinya tidak pernah bermimpi akan gemar sekali berbicara mengenai pertanian. Tapi semua itu berubah ketika ia menekuni bidang robotika. Dr Fitch mengatakan saat ini pekerjaan di sektor robotika sangat besar namun masih sedikit yang menyentuh sektor pertanian. Padahal menurutnya robotika sangat diperlukan dalam pertanian. "Kita banyak membutuhkan orang untuk memproses, menganalisis, menafsirkan dan memahami data, sehingga data tersebut dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik," katanya. "Kita juga membutuhkan banyak orang untuk menciptakan robot dan menciptakan aplikasi untuk robot." Namun tantangannya menurut Dr. Fitch saat ini adalah bagaimana menarik orang muda untuk kembali ke pertanian. "Di Australia dan seluruh dunia kita menghadapi kekurangan petani. Kita telah kehilangan 40 persen petani sejak tahun 1980-an." Dr Fitch mengatakan Australia merupakan kawasan yang menantang untuk mendorong insinyur robotika terjun ke industri pertanian, karena petani Australia termasuk yang paling inovatif di dunia, dimana hampir semua petani di Australia menggunakan sistem pengendali otomatis yang dilengkapi GPS untuk proses penanaman. Hal tersebut dibuktikannya dengan berhasilnya diciptakan mesin robot penumpas gulma pertama bersama mitranya petani Australia. Karya robot pertanian pertama ini bermula enam tahun lalu, ketika institusinya bermitra dengan perusahaan pemula, SwarmFarm milik Andrew Bate, seorang petani muda dari Gindie dekat Emerald di Queensland. Bate mengaku dirinya frustasi dengan jatuh tingkat produktivitas di lahan pertanian miliknya. "Saya banyak menghabiskan waktu mengemudikan traktor dan baru menyadari kalau teknologi yang telah mendorong pertanian selama 30 tahun terakhir sudah jalan di tempat.," tutur Bate. "Kekebalan terhadap herbisida untuk menumpas gulma semakin memburuk, dan semakin luas dan mesin pertanian yang digunakan ukurannya semakin besar saja yang tidak lagi cocok untuk lahan pertaniannya," "Saya kemudian melirik robotika sebagai kesempatan baru untuk menumbuhkan benih dengan cara yang lebih baik, mesin yang berukuran lebih kecil dapat melakukan kerja dengan baik," Sejak tiga tahun yang lalu Dr Fitch bermitra dengan Universitas Teknologi Queensland untuk mewujudkan mesin robot penumpas gulmayang dapat menyemprot dapat gulma dengan tingkat ketepatan yang tinggi alias presisi tanpa merusak atau membuat padat lahan pertanian. "Robot ini bisa mencabut gulma, menyorotnya dengan sinar laser, membakar gulma atau menyemprotnya dengan pembunuh gulma. "Saya melihat robot ini dalam bingkai yang lebih besar di sektor pertanian, sebagai paradigma baru dimana kita tidak bisa berhenti menggunakan teknologi lama yang pernah mendorong pembangunan pertanian dan bertanya 'bagaimana jika kita menggunakan robot-robot ini untuk melakukan tugas-tugas tersebut dengan cara yang berbeda?'". Dr Fitch mengatakan robotika dapat merevolusi pertanian karena mesin robot pertanian bisa melakukan tugas yang sangat jauh berbeda dari alat-alat pertanian sekarang. Robot bisa melakukan tugas perawatan tanaman dengan rinci hingga ke setiap lembar daun, bukan hanya sekedar dalam skala besar blok per blok di lahan pertanian. Selain itu kehadiran mesin-mesin robot pertanian juga diklaimnya tidak akan menyingkirkan pekerja pertanian, tapi sebaliknya malah dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor teknologi. Selain itu mesin-mesin robot itu diyakini akan menghemat anggaran petani dalam hal biaya bahan bakar fosil, pupuk dan herbisida. Mesin robot penumpas gulma yang menyerupai serangga 'ladybird' ini pada tahun 2015 akan mulai diujicobakan oleh SwarmFarm. Namun sepertinya masih butuh waktu lama sebelum petani bisa membeli robot penumpas gulma tersebut.BACA ARTIKEL LAINNYA... 2,2 Juta Orang di China Meninggal Dunia Akibat Kanker Tiap Tahunnya