jpnn.com, JAKARTA - Permintaan terhadap rumah bekas tetap tinggi karena bisa langsung ditempati dan harganya stabil.
Bendahara Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jatim Veronica Sutantio menyatakan, para pembeli end-user biasanya lebih menyukai rumah bekas pakai di kawasan perkotaan.
BACA JUGA: Bangun Apartemen Begawan, PP Properti Garap Segmen Mahasiswa
’’Harga properti secondary sekarang mendekati harga pasar,’’ ujarnya, Minggu (14/5).
Dua tahun lalu harga properti secondary cenderung melambung karena suplai terbatas.
BACA JUGA: Keppel Land Topping Off Apartemen Senilai Rp 2,6 Trilliun
Sejalan dengan banyaknya pemilik rumah yang melepas propertinya, suplai secondary pun terkerek sehingga harganya mendekati harga pasar.
Regional CEO Bank Mandiri Region VIII/Jawa 3 Agus Haryoto Widodo menambahkan, kinerja kredit pemilikan rumah pada triwulan pertama tahun ini masih didominasi primary.
BACA JUGA: Dave Apartment Sudah Terjual 75 Persen
Meski demikian, tingginya permintaan terhadap secondary turut memengaruhi laju kredit konsumer. ’’Peningkatannya lumayan,’’ katanya.
Pada triwulan pertama 2017, kinerja penyaluran KPR mencapai Rp 5,6 triliun. Adapun pada triwulan pertama 2016 hanya Rp 4,6 triliun. Artinya, terjadi pertumbuhan 21 persen.
Bank Mandiri juga terus menyesuaikan suku bunga kredit menjadi single-digit.
’’Kami memang agak terlambat untuk menyesuaikan suku bunga itu sehingga sekarang belum terlalu terasa dampaknya,’’ katanya.
Sekretaris AREBI Jatim Tritan Saputra menilai pembelian rumah secara KPR masih menjadi favorit para end-user.
Meski demikian, tidak sedikit end-user yang memiliki dana berlebih menggunakan pembelian tunai bertahap (in-house financing).
’’Dari sisi investor, sejak ada tax amnesty masih mungkin pembelian tunai dan in-house,’’ katanya. (res/c15/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Mandiri Ambil Bagian di Konferensi Pelabuhan, Mau Tahu Alasannya?
Redaktur & Reporter : Ragil