TELU: Menemukan Kearifan, Memahami Kekayaan Budaya Bali

Minggu, 19 Mei 2024 – 12:01 WIB
Menelusuri Pasar Rempah pada jalur rempah-rempah kuno, TELU mengajak kita untuk menyingkap kenikmatan aromatik di Pasar Rempah. Temukan kekayaan cita rasa, wewangian, dan kuliner eksotis dalam perjalanan ini. Foto dok. Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - World Water Forum (WWF) ke-10 disemarakkan dengan forum diskusi mengenai Subak dan Jalur Rempah, Kearifan Lokal Pengelolaan Air. Acara ini digelar di Bali International Covention Center pada Sabtu, 21- 25 Mei 2024. 

Hadir sebagai pembicara, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, Wakil Direktur Jenderal UNESCO Xing Qu, Pengelola Pura Ulun Danau Batur dan dosen Universitas Udayana I Ketut Eriadi Ariana, dan moderator I Gusti Ngurah Gede Agung Pradipta, dari Universitas Pendidikan Nasional Bali.

BACA JUGA: WWF Ke-10 di Bali, 7 KRI Bersiaga Menjaga Perairan di 4 Sektor

"Dalam sesi ini, akan dieksplorasi sistem Subak di Bali atau sistem pengelolaan air tradisional yang berakar kuat pada filosofi dan budaya masyarakat adat, dan kaitannya erat dengan Jalur Rempah. Hal ini sejalan dengan tema utama forum, yaitu “Air untuk Kemakmuran Bersama”, " tutur Direktur Pemgembnagann dan Pemanfaatan Kebudayaan Irini Dewi Wanti dalam keterangannya, Minggu (19/5). 

Dia melanjutkan Subak dan Spice Route menunjukkan prinsip-prinsip kesejahteraan bersama dengan menunjukkan bagaimana praktik pengelolaan air berkelanjutan bisa memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, mendorong stabilitas ekonomi, kohesi sosial, dan pengayaan budaya. 

BACA JUGA: Setia Melestarikan Seni Budaya, Rina Ciputra Raih Penghargaan Nusantara Awards 2024

Forum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, peneliti, dan masyarakat lokal, tentang nilai pengetahuan tradisional Indonesia dalam mengatasi tantangan kontemporer terkait air, seperti mata pencaharian, pelestarian keanekaragaman hayati air, dan pemberdayaan masyarakat. 

Selain itu, sesi ini bertujuan mendorong kolaborasi dan kemitraan antara lembaga pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat lokal untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Subak ke dalam inisiatif pengelolaan air nasional. 

BACA JUGA: Ikut Lestarikan Budaya, PermataBank Dukung Perayaan Adeging Mangkunegaran-267

Selama 10 tahun terakhir, dialog antara pengelola air dan ahli warisan budaya telah diselenggarakan mengenai pentingnya warisan material, tata kelola dan spiritual terkait air untuk tantangan pengelolaan air saat ini.

"Tujuannya meningkatkan minat untuk 'belajar dari masa lalu' dan memberi nilai tambah pada intervensi pengelolaan air di masa depan," ujarnya. 

Kemudian, mendorong kegiatan nasional mengenai air dan warisan budaya antara lembaga pengelolaan air dan warisan budaya, mengembangkan agenda tematik untuk penelitian mengenai pentingnya warisan terkait air untuk tantangan pengelolaan air. 

Dari sesi ini, peserta akan memperoleh wawasan tentang bagaimana pengetahuan tradisional dapat menawarkan solusi efektif untuk mengatasi tantangan global kontemporer. 

Hasil dari sesi ini adalah untuk mengkatalisasi aksi serta kolaborasi dalam memanfaatkan sistem Subak dan warisan Jalur Rempah sebagai solusi terhadap tantangan air kontemporer, sekaligus memastikan pelestarian warisan budaya dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Dalam sesi ini tidak hanya memberikan tampilan informatif tetapi juga melibatkan audiens melalui beragam format.

Mula dari dari pemutaran film dokumenter, lokakarya mini, presentasi kuliner, pameran produk kerajinan, dan teknik pemetaan video untuk menyampaikan secara visual konsep filosofis Subak dan Jalur Rempah yang mendalam.

Lebih lanjut dikatakan Irini Dewi dalam kehidupan masyarakat Bali, dua kearifan lokal ini telah menjadi ciri khas yang tak tergantikan. Manajemen air melalui subak dan penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak zaman dahulu hingga kini, keduanya tetap lestari, menjadi tulang punggung budaya Bali yang kaya. Mengambil langkah pertama menuju penjelajahan yang mendalam terhadap kekayaan budaya Bali, TELU hadir sebagai titik temu harmoni dan warisan. 

TELU, yang bermakna "tiga" dalam bahasa Bali, tidak hanya mencerminkan filosofi Tri Hita Karana yang mendalam, melainkan juga menghidupkan kembali kearifan kuno melalui serangkaian pengalaman yang memikat.

Menelusuri Pasar Rempah pada jalur rempah-rempah kuno, TELU mengajak kita untuk menyingkap kenikmatan aromatik di Pasar Rempah. Temukan kekayaan cita rasa, wewangian, dan kuliner eksotis dalam perjalanan ini.

Melalui seni yang dinamis, TELU mengungkap jiwa Bali. Tentu keindahannya dapat dilihat dalam setiap sapuan kuas dan gerakan tarian, yang memperlihatkan kekayaan warisan dan kreativitas tak terbatas.

Di balik kemegahan Subak, sistem irigasi tradisional Bali, terletak harmoni alam dan masyarakat. TELU membawa Anda untuk menemukan kearifan mendalam dalam praktik kuno ini, yang menjadi warisan abadi untuk pertanian berkelanjutan.

Ini merupakan perjalanan yang tak terlupakan menuju jantung budaya Bali di TELU, di Museum Pasifika Nusa Dua Bali. 

"Momen ini sebagai langkah awal untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Bali yang tak ternilai harganya, " pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler