PURBALINGGA- Masyarakat jangan kaget jika tempe yang dibeli dari tukang sayur atau dari pasar memiliki ukuran yang lebih kecil dari biasanya. Sejumlah produsen tempe di wilayah kecamatan Kalimanah terpaksa mengurangi takaran setiap bungkus tempe yang diproduksi. Ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga kedelai impor yang semakin mencekik perajin.
Ny Sutrisno, perajin tempe asal desa Klapasawit kecamatan Kalimanah mengaku, untuk menaikkan harga jelas tak mungkin. Justru bisa tak ada pembeli atau ditinggalkan oleh konsumen. Cara yang terbijak hanya mengurangi sedikit porsi per bungkus atau kemasan tempe.
“Saya tak main campur bahan dengan jagung. Semua murni kedele impor. Hanya saja, untuk tempe batangan, saya kurangi porsi yang tadinya satu gelas lebih, menjadi satu gelas rata. Jika harga dinaikkan, sudah pasti konsumen akan meninggalkan,” ujarnya, Rabu (25/7).
Ia mengaku, kenaikan harga kedele impor Juli ini, sangat mengkhawatirkan. Sebelumnya harga kedelai kurang dari Rp 7 ribu, saat ini sudah mencapai Rp 7.800 per kilogram. Padahal dirinya membutuhkan setidaknya 40 kilogram per hari. Untuk kemasan 350 lebih tempe seharga Rp 800 per kemasan.
Perajin yang sudah lebih dari 20 tahun menggeluti usaha tempe ini sungguh berharap harga kedelai impor segera normal kembali. Karena, meskipun stok di Purbalingga masih cukup, namun harga yang semakin mencekik perajin bisa membuat usahanya kedepan kurang baik.
“Setidaknya ada normalisasi harga dengan campur tangan pemerintah. Karena mau tidak mau, bahan baku kami harus dari kedelai impor itu. Kadang saat stok dan uang sedang banyak, saya menyimpan stok sampai 250 kilogram. Namun jelas harga sudah sangat beda dan harga jual tempe saya tetap,” tambahnya.
Perajin tempe lainnya, Lujeng mengaku mengalami kendala dalam menyiasati bahan baku itu. Meski produksinya tak sampai membutuhkan 25 kilogram kedelai per hari, namun kenaikan itu sudah sangat menyiksa.
“Upaya saya sudah maksimal dan itu sangat tipis untungnya. Yaitu mengurangi sedikit porsi per kemasan. Untuk menaikkan harga, saya belum berani. Takut tidak laku di pasaran,” ungkapnya.
Dirinya berharap pemerintah segera melakukan operasi pasar atau sejenisnya. Minimal, harga kedelai itu bisa dikendalikan dan tidak semakin naik. (amr/bdg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Pria Di Kwamki Narama Diamankan Polisi
Redaktur : Tim Redaksi