Temui KH Abdul Hayyie, Hasto Beber Rencana PDIP Tangkis Tudingan Anti-Islam

Jumat, 04 Oktober 2019 – 08:58 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan KH Abdul Hayyie Na'im di Cipete Utara, Jakarta Selatan, Kamis (3/10) malam. Foto: Humas DPP PDIP fof JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menemui ulama yang juga tokoh masyarakat Betawi KH Abdul Hayyie Na'im di Cipete Utara, Jakarta Selatan, Kamis (3/10) malam. Misinya adalah mengungkapkan rencana PDIP menerbitkan buku tentang kedekatan Proklamator RI Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri dengan Islam.

Hasto dalam pertemuan itu berdialog dengan Kiai Abdul Hayyie yang didampingi sejumlah ustaz di teras Masjid An-Nur, Cipete Utara. Politikus asal Yogyakarta itu mengatakan, PDIP yang memiliki rekam jejak panjang dalam hal kerja sama dengan umat Islam akan menangkis berbagai tudingan yang menyudutkan partai nasionalis tersebut.

BACA JUGA: Bung Karno di Balik Penemuan Makam Imam Bukhari

"Intinya, kami ingin meluruskan sejarah Bung Karno dan Islam. Termasuk sejarah Ibu Megawati dan Islam," ujarnya sebagaimana siaran pers DPP PDIP.

Dalam pertemuan selama dua jam itu ada politikus lain dari PDIP yang mendampingi Hasto. Di antaranya adalah Zuhairi Misrawi, KH Zainal Arifin Na'im Gembong Warsono dan Yuke Yurike.

BACA JUGA: Dua Buku soal Bung Karno & Bu Mega dari Mas Nanan buat Wartawan

Lebih lanjut Hasto mengatakan, PDIP akan menyiapkan tim khusus untuk menulis buku tentang sejarah kerja sama partai berlambang kepala banteng itu dengan kalangan Islam. Karena itu, buku tersebut akan ditulis dalam bahasa Arab dan Inggris.

“PDIP merencanakan membukukan pidato, pemikiran serta kebijakan Presiden Soekarno dan Presiden Megawati Soekarnopuri dalam bahasa Arab maupun Inggris," ujarnya.

BACA JUGA: Kunjungi Kader di Aceh, Hasto Singgung Isu PDIP Anti-Islam

Lebih lanjut Hasto menuturkan, PDIP selalu memegang komitmen untuk menjaga kerja sama dan hubungan baik dengan umat Islam. Salah satu buktinya adalah kedekatan PDIP dengan Nahdlatul Ulama (NU).

Menurutnya, NU dan PDIP merupakan dua kekuatan besar yang memiliki sejarah panjang. Bung Karno, kata Hasto, sebagai Presiden Pertama RI sangat dekat dengan para kiai NU.

PDIP pun berupaya melanjutkan kedekatan itu melalui berbagai kerja sama. Salah satu bukti nyata kedekatan PDIP dan NU adalah kerja sama untuk mengegolkan 1 Juni sebagai Hari Pancasila, serta 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional.

“Bukan bermaksud takabur, sejarah Hari Santri diperjuangkan saat kampanye Pilpres 2014. Saat itu Wasekjen PDIP Ahmad Basarah mengusulkan kepada Pak Jokowi sebagai kesadaran sejarah atas peran Resolusi Jihad yang menggetarkan tentara Sekutu," kata Hasto.

Adapun Megawati, kata Hasto, juga dekat dengan kiai-kiai NU. Sebagai contohnya adalah kedekatan Megawati dengan KH Maimun Zubair.

Mbah Moen -panggilan akrab Kiai Maimun- sebelum berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji beberapa waktu lalu mengunjungi Megawati di rumahnya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. “Beliau berdua membahas banyak hal,” papar Hasto.

Karena itu Hasto juga mengaku merasa terhormat karena bisa bertemu dan berdialog dengan Kiai Abdul Hayyie maupun nahdiyin di Jakarta. “Di desa-desa nahdiyin dan warga PDIP menyatu,” ucapnya.

Sementara Kiai Abdul Hayyie menyampaikan harapannya agar hubungan baik PDIP dengan umat Islam senantiasa terjaga demi kebaikan bangsa dan negara. Selain itu, Kiai Abdul Hayyie juga mendoakan duet Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

"Semoga Pak Jokowi dan Kiai Maruf Amin bisa memimpin dengan baik dan mari kita saling memperkuat silaturahmi," katanya.(ara/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler