Tentang Bonek, Gajah Ijo, Bledug Ijo, dan Akhirnya Greenforce

Jumat, 02 Oktober 2015 – 15:03 WIB
Bonek setiap kali Persebaya berlaga. Foto: Sugeng Deas/dok.Jawa Pos

jpnn.com - TIDAK mudah untuk menelisik kapan dan oleh siapa kata "Bondo Nekat"  pertama kali disebut. Sebutan yang mengarah pada suporter Surabaya itu katanya muncul sendiri di tengah publik. Ada pula yang mengatakan pencetusnya penyiar Radio Gelora Surabaya, Amin Istigfarin.

Namun kapan pertama kali Jawa Pos menulis kata "Bonek"?  Jawabnya ada di edisi 8 November 1988. Ada satu berita yang mengkritisi banyaknya penumpang gelap yang ikut saat tret-tet-tet menghadapi PSIS Semarang pada kualifikasi wilayah timur di Stadion Citarum, Semarang.

BACA JUGA: Van Gaal Hanya Ingin Pensiun dari Tim Ini

Suporter yang terdaftar mencapai 1000 orang. Namun yang datang mencapai 1500 orang. Istilah penumpang gelap itu disebut dengan Bondo nekat alias "Bonek".

Munculnya Bonek tak lepas dari gerakan tret-tet-tet yang dipopulerkan Jawa Pos. Keseruan mendukung Persebaya saat berlaga tandang begitu tak terbendung bagi mereka yang tak punya modal. Minimnya bekal membuat mereka jadi ngotot, termasuk berbuat onar. Bonek selalu dicap sebagai negatif.

BACA JUGA: Dedi Kembali, Persib Happy..

Euforia terhadap Persebaya yang semakin besar membuat tret-tet-tet menjadi suatu budaya pop yang digemari anak muda. Semakin banyaknya bondo-bondo nekat membuat Jawa Pos menyetop gerakan tret-tet-tet. Kesulitan mengontrol fans jadi sebab. Terakhir kali tret-tet-tet yang dikoordinir secara murni oleh Jawa Pos terjadi pada final Perserikatan 1990 menghadapi Persib Bandung.

Kalah 2-0 dari Persib memang menyakitkan. Kekalahan itu ditambah dengan lemparan batu dan ledekan orang di Cikampek yang meneriaki suporter Persebaya sebagai "Rombongan suporter kalah main". Sontak saja arek-arek Suroboyo mengamuk dan merusak 35 statsiun dari Cikampek hingga Jogjakarta.

BACA JUGA: Dortmund Makin Sering Imbang, Ada Apa?

"Jawa Pos kalau tidak salah meski menanggung biaya kerugian ke PJKA sekitar 55 juta rupiah. Waktu itu Pak Dahlan pun tampaknya ditekan dari pusat agar jangan terlalu depan dalam koordinir suporter," kata Slamet Oerip Prihadi, redaktur senior olahraga Jawa Pos.

Sampai Perserikatan 1993/1994 Jawa Pos tetap ikut andil memberitakan gerakan tret-tet-tet. Tapi hanya sebatas itu. Pengelolaan diserahkan kepada pihak lain.

Minimnya pengorganisasian keberangkat suporter, tak semasif seperti yang dilakukan Jawa Pos membuat hasrat dukungan itu tak sepenuhnya bisa tersalurkan. Gerakan suporter semakin tak terkendali, Alhasil publik selalu mengeneralisasi bonek sebagai hal yang negatif.

Meski mulai diperkenalkan pada tahun 1988, penyebutan suporter Persebaya dengan sebutan Bonek mulai sering dilakukan Jawa Pos pada saat Liga Indonesia I 1994/1995.  

"Saya putuskan ejekan itu saya jadikan sesuatu yang tidak terasa sebagai ejekan, bahkan sebagai perekat. Ini biasa di Surabaya. Bukankah kata jancuk itu awalnya kotor tapi lantas jadi lambang keakraban?" kata Dahlan Iskan.

Merubah citra negatif jadi positif biasa dilakukan Jawa Pos. Hal sama ketika berani menjuluki Persebaya dengan nama "Gajah Ijo" dan kemudian berevolus jadi "Bledug Ijo". Bledug berarti anak gajah dan tetap saja meruju pada hal negatif. Gajah di sini merujuk pada insiden sepak bola gajah ketika Persebaya mengalah 12-0 dari Persipura Jayapura.

"Jelas istilah gajah adalah ejekan. Agar kita tidak emosi atau Merasa terhina oleh ejekan itu saya menjadikannya kebanggaan. Maka ketika Persebaya dengan tim yang ekstrim sangat muda2 menunjukkan tanda-tanda melejit, saya beri nama tim itu bledug ijo. Alhamdulillah bledug ijo juara Piala Utama pada 1990," ucap Dahlan.

Sayangnya julukan ini hanya bertahan setahun. Pasca Piala Utama, Jawa Pos mengembalikan lagi penulisan julukan Bledug Ijo menjadi Greenforce. Pengubahan nama itu bahkan ditulis dalam berita khusus berjudul "Mereka bukan Bledug Ijo Lagi". (wam)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanya Menang Tipis, Lazio Bukan Kandidat Kuat Juara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler