Tentang SID yang Sempat Dicap Antiorang Jawa, Pengkhianat Punk dan Miskin Moral

Jumat, 21 Agustus 2015 – 09:48 WIB
FOTO; Miftah Radar Bali

jpnn.com - JAUH sebelum terkenal seperti sekarang, Superman Is Dead (SID) dikenal sebagai band rasis dan amoral oleh para Outsider – fans SID. Cerita miring itulah yang kemudian diangkat sang manajer, Rudolf Dethu dalam sebuah buku yang dirilis tepat pada perayaan ke – 20 SID di kapal pesiar Quicksilver. 

Sudah 20 tahun Bobby Kool (vokal, gitar), Eka Rock (bas), JRX (drum), berkarya di belantika musik tanah air. 

BACA JUGA: Irrfan Khan akan Bintangi Miniseri Perang Dunia II

Memulai karir profesional dengan hanya ditonton  tiga orang, di antaranya sang manajer, hingga kini memiliki jutaan penggemar militan, jelas sebuah prestasi membanggakan. 

Berbeda dengan band lain, SID tidak hanya mengepakkan karir di industri musik, tapi juga gemar melakukan aksi sosial. Beragam aktivitas sosial mereka lakukan. 

BACA JUGA: Olga Lydia: Saya Rela...

Yang terbaru adalah aktif dalam pergerakan menolak reklamasi Teluk Benoa.

Beragam aktivitas mulai dari musik, hingga menjadi aktivis lingkungan itulah yang menggelitik mantan manajer SID, Rudolf Dethu. 

BACA JUGA: Risty Tagor Gugat Cerai, Bagaimana Hak Asuh Anak yang Masih di Rahim?

Rudolf Dethu-lah yang berinisiatif mengungkap cerita-cerita mengenai tiga pria asal Bali yang penuh dikabuti mitos itu. Dia  yang kemudian mengajak para mantan partner kerjanya itu untuk merilis kumpulan pengalaman mereka selama berkarir di musik. 

Menerbitkan biografi, tepatnya. Dan dari hasil berdiskusi panjang lebar antara Rudolf Dethu dengan SID muncul ide untuk mengupas lika-liku perjalanan tersebut dengan cara membaginya menjadi beberapa bagian. 

“Karena saya penulis, saya dihadapkan situasi harus menulis. Kebetulan dulu saya manajer SID dan apa yang tahu tentang mereka saya tulis. Akhirnya SID memutuskan untuk memproduseri buku ini, ” jelas Rudolf Dethu, saat bincang-bincang mengenai buku tersebut di dalam kapal. 

Memilih tiga isu yakni Rasis! Pengkhianat! Miskin Moral! karena tiga isu itu yang Rudolf Dethu paling ketahui. B

elakangan buku tersebut diberi judul Rasis! Pengkhianat!Miskin Moral! Tiga Kontroversi Besar, Melelahkan, & Nyaris Mematikan Karir Bermusik Superman Is Dead.

Rasis ini hubungan bahwa SID dulu sempat dicap band antiorang Jawa. Sementara dibilang pengkhianat karena SID bergabung dengan label (perusahaan rekaman raksasa) Sony Music dan juga dicap band sombong. 

Miskin moral, itu tentang kebiasaan SID bawa bir ke panggung dan dicap sebagai kurang baik atau miskin moral.  “Saya pikir tiga isu ini sangat penting untuk ditulis. Ini sebuah fenomena menarik, karena tidak banyak ada di band-band lain, sekaligus kami meluruskan. Karena sebenarnya tidak seperti itu, ” terangnya.

JRX, drummer SID mengakui, mulai awal tahun 2000-an sebelum masuk Sony Music mereka sudah menerima semacam ancaman. 

Seperti SID tidak usah manggung di Jawa, sok Inggris, tidak nasionalis dan isu miring lainnya.  Namun, mereka menghadapi segala isu tersebut. SID konser di luar Bali, pertama kali di Bantul, Jogjakarta. 

Sambutannya bagus. Berawal dari sana, isu miring tentang mereka, minggir dengan sendirinya. “Saya pikir, mengenai isu yang menimpa kami, itu karena Indonesia secara garis besar belum siap menerima band  dari luar Jakarta dan Bandung. Itu analisis saya,” tandasnya.

Buku tulisan Rudolf Dethu dengan editor Dani Satrio ini dicetak setebal  266 halaman diterbitkan CV Kuat Kita Bersinar. 

Peluncuran buku dicarikan momentum yang pas. Yaitu  ultah SID yang ke-20 di bulan Agustus ini. Selebrasinya sendiri dilaksanakan tiga kali, di tiga tempat berbeda serta tiga tema berlainan. 

Yang pertama pada 18 Agustus 2015 bertajuk Punk Rock Boat - Let's Sail ‘n Read! Yang kedua, Kobiku (Kongkow-kongkow Bicara Buku), pada 20 Agustus dan yang ketiga masih menyusul jadwalnya. 

Punk Rock Boat diadakan di atas kapal Quicksilver, di kawasan Teluk Benoa,  dengan mengundang pers lokal dan nasional, undangan khusus serta publik. Sambil menonton SID tampil akustik dan diajak keliling di sekitar Teluk Benoa, untuk mengingatkan rencana reklamasi yang mereka tentang keras.  (*/made dwija putra/rdr/mus)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasangan Selebritis Ini Menanti Hari Bahagia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler