KABUL - Sedikitnya lima warga Afghanistan tewas tertembak dan puluhan lainnya terluka akibat dalam bentrokan antara polisi dan demonstran, Rabu (22/2). Aksi demonstrasi dipicu pembakaran Al Quran di sebuah pangkalan militer AS.
Di ibu kota Afghanistan, Kabul dan di provinsi-provinsi di bagian timur, utara dan selatan ibukota, warga Afghanistan yang marah turun ke jalan sambil meneriakkan "Matilah Amerika". Warga melempar batu serta membakar toko-toko dan kendaraan, sementara suara tembakan membahana di segala penjuru.
Aksi itu memaksa kedutaan AS di Kabul menghentikan segala aktivitas sampai kekerasan mereda. Seperti dilaporkan AFP, ratusan orang turun ke jalan Jalalabad di Kabul, melempari batu ke pangkalan militer AS Camp Phoenix.Aksi itu sebagai perlawanan terhadap para penjaga fasilitas militer yang menembakkan senjata ke udara.
Sementara di Provinsi Parwan, polisi menewaskan empat orang dan melukai 10 orang lainnya. Sedangkan di Provinsi Nangarhar, satu orang dikabarkan tewas dan 10 lainnya luka-luka.
Afghanistan dikenal sebagai negara dengan akar Islam yang kuat. Di negeri bekas jajahan Uni Soviet ini segala bentuk penghinaan terhadap Islam seringkali memicu protes yang berujung kekerasan.
Komandan tentara AS di Afghanistan, Jenderal John Allen, telah meminta maaf dan memerintahkan penyelidikan atas insiden ini. Dia juga memerintahkan pelatihan penanganan materi keagamaan untuk semua tentara AS di Afghanistan yang dilaksanakan paling lambat tanggal 3 Maret nanti.
Allen menyatakan, Al Quran yang dibakar oleh beberapa tentara AS yang sampai saat ini identitasnya masih dirahasiakan, merupakan bagian dari buku-buku dan dokumen-dokumen yang disita dari sebuah rumah tahanan di pangkalan udara Bagram.
Menurut seorang pejabat militer AS identitasnya dirahasiakan, Al Quran dan dokumen-dokumen tersebut diambil dari perpustakaan di dalam rumah tahanan. Diduga, buku dan dokumen tersebut telah digunakan oleh para ekstrimis Islam yang ditahan di sana untuk menulis pesan-pesan antara satu sama lain.
Permintaaan maaf juga disampaikan Gedung Putih dan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta. Leon yang merupakan mantan direktur CIA berjanji insiden pembakaran tersebut tidak akan terulang lagi. (ara/AFP/CNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilih Presiden Baru, Yaman Rusuh
Redaktur : Tim Redaksi