jpnn.com, JAKARTA - Pengobatan melalui terapi sel punca atau stem cell menjadi salah satu rujukan pasien yang ingin mencari alternatif penyembuhan. Terapi ini menjadi harapan baru dunia kedokteran untuk menjawab pengobatan berbagai penyakit yang selama ini kerap diklaim sulit disembuhkan dan mematikan. Juga untuk kecantikan. Namun, ada sejumlah kendala yang menjadi tantangan.
“Riset pengembangan di bidang sel punca semakin pesat di dunia dan juga di Indonesia. Peminatnya juga banyak baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ujar pakar stem cell, dr. M. Syaifuddin, MARS, dari klinik MMC Lamongan di Jakarta, Selasa (13/8).
BACA JUGA: Kenali 5 Jenis Difteri dan Penularannya
Di Indonesia perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cell) mengalami kemajuan yang amat pesat. Para peneliti menggunakan sel punca untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia serta patogenesis penyakit-penyakit yang diderita. Dari situ pula penyembuhan melalui terapi ini dapat dilakukan.
Penggunaan sel punca dalam perngobatan penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif maupun operatif khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya. Dalam bidang farmakologi para peneliti juga menggunakan sel punca untuk menguji obat-obat baru.
BACA JUGA: Waspada! Mendengkur Bisa Jadi Awal dari Penyakit Mematikan
"Sel punca (stem cell) mempunyai kemampuan untuk mengganti sel yang rusak atau sakit. Stemcel berfungsi untuk mengembalikan keremajaan sel. Regenerasi sel ini berfungsi untuk mengembalikan stamina dan peremajaan tubuh sehingga tampak awet muda, serta bisa untuk menyembuhkan penyakit," tambahnya.
Terapi sel punca atau stem cell merupakan terobosan kedokteran untuk mereparasi sel yang rusak dengan menanamkan sel baru dengan jenis dan fungsi yang sama. Terapi ini telah terbukti berhasil menolong banyak pasien di klinik MMC Lamongan dan juga di dua rumah sakit yang sudah mengembangkannya yakni RS Ciptomangunkusumo Jakarta dan RS Dr Soetomo Surabaya.
"Ada dua jenis metode terapi sel punca yakni autologus jika sel punca diambil dari tubuh pasien dan alogenik yakni sel punca yang diambil dari organ tubuh orang lain," ujar dokter yang ramah dan tampak awet muda ini meski usianya sudah kepala lima.
Syaifuddin menjelaskan, Autologus adalah sel punca yang diambil dari organ tubuh pasien sendiri, sedangkan Alogenik merupakan sel punca yang diambil dari organ tubuh orang lain.
"Jadi sel punca itu bagian tubuh kita yang diambil dan dicangkokkan. Asalnya bisa dari sel lemak, sumsum tulang belakang, atau sel tali pusat," ujarnya.
Berbagai kasus penyakit bisa disembuhkan melalui terapi stem cell. Mulai dari kasus patah tulang gagal sambung, defek tulang panjang, kelumpuhan anak, osteoarthitis, diabetes melitus, luka bakar, penyakit jantung koroner, stroke, autism, parkinson's, leukimia, talasemia dan penyakit lainnya.
Dijelaskannya, sel punca lebih banyak 'dipanen' ketika masa-masa remaja dan pertumbuhan. Ketika manusia memasuki umur di atas 30 tahun akan lebih sedikit. Sebagai gambaran, di usia 45 tahun setidaknya manusia akan mengalami penurunan massa otot satu kilogram setiap dua tahun. Faktor lingkungan serta gaya hidup juga menjadi faktor utamanya percepatan penuaan sel-sel dalam tubuh.
Untuk mengembalikan keremajaan sel tubuh, setidaknya ada delapan hal yang bisa dilakukan, diantaranya berolahraga, diet sehat, menghindari stress, endokrin (hormon), suplemen gen, estetika, imun, dan sel punca.
"Untuk olahraga yang baik itu jam 5.30 pagi dan terpapar sinar matahari pagi. Olahraga di luar jam tersebut hanya bermanfaat untuk pembentukan fisik (bodi) bukan untuk peremajaan sel," tuturnya.
Jika itu dilakukan maka tubuh akan memiliki mekanisme sendiri melakukan peremajaan sel. Namun jika hal itu tidak bisa dilakukan alternatif yang bisa dilakukan dengan melakukan terapi stem cell.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad