SANGATTA – Para orang tua di Kutai Timur harus meningkatkan pengawasan pada anak-anaknya. Pasalnya hingga Juli ini, Kejaksaan Negeri (Kejari) Sangatta sudah menangani puluhan kasus yang menyeret anak-anak sebagai terdakwa. “Ada 24 anak yang terlibat kasus kejahatan. Tentu kita semua ikut prihatin dengan kondisi ini," kata Kepala Kejari Sangatta Didik Farkhan, seperti diberitakan Kaltim Post (JPNN grup), Sabtu (20/7).
Dia menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus pidana yang melibatkan anak-anak. Seperti kasus pencurian, kecendrungannya karena pengaruh gaya hidup. Karena ingin memiliki sesuatu, kemudian mengambil yang bukan haknya. “Melihat teman-temannya punya motor, dia ingin juga. Jadi muncul niatan untuk memiliki, namun caranya tak benar,” terangnya.
Sementara dalam kasus asusila, lanjut Didik, dikarenakan faktor pergaulan dan salah memanfaatkan teknologi. Sebab, dari beberapa perkara yang masuk, pelakumengaku melakukan tidak pidana tersebut setelah melihat tontonan video porno dari telepon selulernya “Setelah saya baca berkas, tersangka terangsang setelah melihat video. Sehingga terpancing melakukannya,” kata Didik.
Namun, kata dia, dari banyaknya kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur, penyalahgunaan narkoba yang sangat memprihatinkan. Kalau dalam kasus ini, sambung dia, besar kemungkinan ada pihak yang mengenalkan anak-anak untuk mengkonsumsi narkoba. Apalagi wilayah Kutim merupakan salah satu jalur peredaran narkotika di Kaltim. “Ini perlu diwaspadai. Karena anak-anak mulai jadi sasaran pengedaran narkotika,” paparnya.
Bahkan selain kasus narkotika, lanjut Didik, banyak juga anak yang menggunakan lem untuk mendapatkan sensasi serupa. Namun sayangnya, upaya penanganan hukumnya tidak dapat dilakukan. “Mungkin karena takut nyabu, akhirnya lari ke ngelem. Apalagi kasus anak yang mati karena ngelem beberapa waktu lalu, juga tidak bisa jadi perkara. Kerena mau menjerat pake apa, sebab bukan termasuk obat dan dijual secara umum juga,” jelas Didik.
Oleh karena itu, untuk meminimalisasi jumlah kasus pidana yang melibatkan anak di bawah umur, menurut Didik, pengawasan dari orang tua memegang peranan penting. Kemudian dari sekolah juga perlu meningkatkan razia terhadap telepon seluler anak. Sehingga dengan banyaknya pengawasan yang dilakukan, potensi pelanggaran bisa kecil. "Perlu perhatian semua pihak lah," katanya. (luc/ind/fuz/jpnn)
Dia menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus pidana yang melibatkan anak-anak. Seperti kasus pencurian, kecendrungannya karena pengaruh gaya hidup. Karena ingin memiliki sesuatu, kemudian mengambil yang bukan haknya. “Melihat teman-temannya punya motor, dia ingin juga. Jadi muncul niatan untuk memiliki, namun caranya tak benar,” terangnya.
Sementara dalam kasus asusila, lanjut Didik, dikarenakan faktor pergaulan dan salah memanfaatkan teknologi. Sebab, dari beberapa perkara yang masuk, pelakumengaku melakukan tidak pidana tersebut setelah melihat tontonan video porno dari telepon selulernya “Setelah saya baca berkas, tersangka terangsang setelah melihat video. Sehingga terpancing melakukannya,” kata Didik.
Namun, kata dia, dari banyaknya kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur, penyalahgunaan narkoba yang sangat memprihatinkan. Kalau dalam kasus ini, sambung dia, besar kemungkinan ada pihak yang mengenalkan anak-anak untuk mengkonsumsi narkoba. Apalagi wilayah Kutim merupakan salah satu jalur peredaran narkotika di Kaltim. “Ini perlu diwaspadai. Karena anak-anak mulai jadi sasaran pengedaran narkotika,” paparnya.
Bahkan selain kasus narkotika, lanjut Didik, banyak juga anak yang menggunakan lem untuk mendapatkan sensasi serupa. Namun sayangnya, upaya penanganan hukumnya tidak dapat dilakukan. “Mungkin karena takut nyabu, akhirnya lari ke ngelem. Apalagi kasus anak yang mati karena ngelem beberapa waktu lalu, juga tidak bisa jadi perkara. Kerena mau menjerat pake apa, sebab bukan termasuk obat dan dijual secara umum juga,” jelas Didik.
Oleh karena itu, untuk meminimalisasi jumlah kasus pidana yang melibatkan anak di bawah umur, menurut Didik, pengawasan dari orang tua memegang peranan penting. Kemudian dari sekolah juga perlu meningkatkan razia terhadap telepon seluler anak. Sehingga dengan banyaknya pengawasan yang dilakukan, potensi pelanggaran bisa kecil. "Perlu perhatian semua pihak lah," katanya. (luc/ind/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamil Tua, Nekad Pesta Narkoba
Redaktur : Tim Redaksi