KHARKIV - Status runner up Piala Dunia dua tahun lalu bukan menjadi jaminan Belanda bakal mulus di Euro. Berada di grupB, yang disebut grup neraka, bersama Jerman, Denmark, dan Portugal, De Oranje angkat koper di fase penyisihan grup. Kemarin (18/6) WIB, Belanda ditekuk Portugal dengan skor 2-1 di Metalist Stadium..
Dari 14 kali Euro digelar, Belanda sudah berpartisipasi sebanyak sembilan kali. Rinciannya sekali juara, tiga kali peringkat ketiga, sekali peringkat empat, dua kali perempat final, dan dua kali fase grup. Terakhir kali Belanda gagal lolos fase grup terjadi tahun 1980 atau 22 tahun yang lalu.
Jika dibandingkan Euro 1980, pencapaian Mark van Bommel dkk tahun ini boleh disebut lebih parah. Dari tiga kali bermain, Belanda tak sekalipun meraih kemenangan atas lawan-lawannya.
Sedang pada fase grup tahun 1980 Johnny Rep dkk masih bisa mengemas poin dari tiga kali bermain. Yakni hasil sekali menang (v Yunani), sekali seri (v Cekoslovakia), dan sekali kalah (v Jerman Barat).
Nah, beban untuk memenangi laga lawan pamungkas kemarin memang ada di pundak Belanda. Dituntut menang dua gol atas Portugal dan berharap Denmark kalah atas Jerman membuat Belanda dalam tekanan tinggi.
Pelatih Belanda Bert van Marwijk mengubah komposisi pemainnya lawan Portugal. Gelandang bertahan Van Bommel dan Nigel De Jong yang biasanya dimainkan bersama, diparkir salah satu. Sebagai ganti Van Bommel, Van Marwijk memainkan Rafael van Der Vaart dengan harapan timnya lebih ofensif.
Pilihan tersebut membuat formasi Belanda menjadi 4-2-3-1. Namun dalam prakteknya, De Jong dikonsentrasikan membantu pertahanan, sedang Van Der Vaart membantu empat pemain depan menggempur pertahanan Portugal.
Strategi tersebut terlihat efektif dan bakal mendatangkan kemenangan bagi Belanda pada 15 menit pertama. Satu gol Van Der Vaart pada menit ke-11 cukup membawa keyakinan Belanda bakal tersenyum di akhir laga.
Rupanya pilihan Van Marwijk untuk ofensif meninggalkan celah menganga di sektor gelandang. Van Der Vaart yang diharapkan memiliki kemampuan bertahan dan menyerang sama bagusnya ternyata gagal. Celah tersebut dibaca oleh trio gelandang Portugal Joao Motinho-Raul Mireles-Miguel Veloso.
Oleh pelatih Portugal, Paulo Bento ketiganya diberi tanggung jawab masing-masing. Veloso sebagai gelandang bertahan yang menjaga kedalaman, Motinho mematikan alur bola Van Der Vaart, dan Meireles menopang penyerangan.
Racikan Bento itu terbukti yahud. Gol penyama kedudukan Portugal diawali umpan through pass Joao Pereira yang dieksekusi dengan matang oleh Cristiano Ronaldo (28"). Gol tersebut menjadi bukti bahwa lubang di sisi gelandang brtahan Belanda memang nyata.
Skor imbang, Belanda panik. Pelatih Van Marwijk pun memasukkan Ibrahim Afellay dan menarik Jetro Willems di menit ke-51. Dengan tiga bek di belakang, pertahanan Belanda makin mudah disergap Portugal yang memiliki winger cepat dan lincah. Dan sebuah assist Nani kepada Ronaldo di menit ke-74 membuat Belanda pulang dengan kepala tertunduk.
Kepada ESPN, Bento menyatakan timnya memainkan sepak bola efektif menghadapi Belanda. "Memang Belanda mendominasi penguasaan bola hingga 58 persen. Namun distribusi bola kami lebih merata," sebut mantan pelatih Porto itu. Jumlah tembakan yang dilakuakn Portugal juga lebih banyak dibanding Belanda. Yakni 22 berbanding 13.
Sementara itu, Van Marwijk mengakui kalau asuhnya sudah menjalani laga sesuai instruksinya. "Hasil kekalahan ini sungguh satu hasil yang kejam untuk tim kami. Namun setidaknya kami sudah bermain maksimal dan habis-habisan," tutur Van Marwijk. (dra)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Persema Konsentrasi
Redaktur : Tim Redaksi