-----------
Aristono, Pontianak
----------
Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan tampak ingin cepat meninggalkan Audourium Universitas Tanjungpura (Untan). Sabtu (18/5) kemarin dia diundang dadakan di kampus itu dalam gelaran Kalbar Future Energy Expo 2013. Sebuah acara untuk mempromosikan penggunaan energi masa depan. Ada ratusan mahasiswa di gedung tersebut.
Sang menteri memang tidak memiliki jadwal untuk hadir di ibu kota Kalimantan Barat. “Saya datang di sini karena dipaksa Pak Rektor (Prof Dr Thamrin Usman DEA). Dari Ketapang saya habis off road melihat sawah, harus langsung ke Jambi. Ada acara penting di sana,” ujar Dahlan di awal ‘pidatonya’ yang hanya 5 menit.
Namun, saat hendak bergegas turun panggung, bekas direktur utama PT PLN ini dicegat oleh panitia. Mereka meminta Dahlan Iskan menunggu sebentar lagi, karena ada kejutan yang mau diberikan.
Seorang pria bernama Dwi Dwi Agus Prianto lalu muncul dan mengatakan bahwa dia telah menciptakan sebuah lagu yang terinspirasi dari sosok menteri nyentrik itu. Dahlan mau tak mau diam di tempat untuk mendengarkan lagu yang diberi judul; “Demi Indonesia”. Berikut bagian awal lagu itu.
Kau pribadi yang sungguh sederhana
Senyum dan tawa hiasi wajahmu
Kau bangun semua mimpi-mimpi indahmu
Kau harapan baru bagi negerimu
Dan kini tiba saatnya
Siapkan hati siapkan langkah
Hari ini suara negeri
Memanggil namamu
Demi Indonesia.
Lagu berketukan lambat yang hanya diiringi oleh suara dari aplikasi di komputer tablet milik Dwi itu ternyata menarik perhatian Dahlan. Dia tampak bergoyang sambil tepuk tangan selama lagu itu dinyanyikan.
“Apa ada di flashdisc lagunya?” kata Dahlan usai lagu itu. Dwi menyahut; “Wah tidak ada pak. Lagu ini belum direkam”. Tak ada perbincangan selanjutnya.
Setelah menerima lukisan karya mahasiswa Untan, Dahlan lantas bergegas ke mobil yang langsung menuju Bandara Supadio.
Tak lama setelah momen itu, Dwi lalu ditelepon oleh asisten Dahlan Iskan. “Saya diminta untuk hadir di acara Kementerian BUMN tanggal 9 Juni nanti. Beliau juga meminta profil saya. Artinya lagu saya mendapat apresiasi dari Pak Dahlan,” bangga pria yang karib disapa Dwi Bebeck ini kepada Pontianak Post (Grup JPNN).
Sebelum berangkat, dia berniat mengaransemen dan merekam lagu itu di studio musik.
Bagaimana lagu itu diciptakan? Lagu itu sebenarnya dikerjakan secara tergesa-gesa. Pria kelahiran Pontianak, 24 Agustus 1974 ini adalah pengisi acara pada ekspo yang digelar selama 5 hari itu. Sehari sebelumnya, dia mendapat kabar dari panitia bahwa Dahlan akan datang.
“Malam harinya saya langsung menyepi. Baru jam 12 malam saya mulai menulis lirik dan mencari nadanya. Beberapa jam langsung jadi,” tutur suami Gresanti Lucyla ini.
Bapak 3 anak ini mengaku sebagai penggemar Dahlan. “Saya suka kesederhanaan dan keberaniannya. Sosoknya sangat menginspirasi saya. Oleh sebab itu saya berniat untuk menciptakan lagu tentang beliau,” ucapnya.
Dahlan adalah tokoh ketiga yang dibikinkan lagu oleh Dwi. Tokoh lainnya adalah mantan presiden BJ Habibie dan sastrawan Habiburrahman El Shirazy.
Dwi Bebeck sendiri adalah salah satu musisi yang populer di Pontianak. Dia bahkan memiliki program televisi sendiri bernama; “Musik Motivasi”, yang tayang setiap Minggu di Kompas TV.
Dia mengklaim sebagai pencetus genre baru yang namanya sama dengan program televisi itu. “Musik yang liriknya menyebarkan rasa optimisme. Anti-keputusasaan dan tidak cengeng,” tukasnya.
Genre itu diciptakannya akibat kekalutannya selama ini atas perkembangan musik Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, musik kita mengalami kemunduran secara lirik. Isinya menyebarkan pesimisme dan cengeng. Saya mau kita punya musik yang total menyebarkan lirik-lirik motivasi,” ujar orang yang menyebut profesinya sebagai motivator musik motivasi ini.
Demi mewujudkan mimpinya itu, sarjana ekonomi Untan ini rela meninggalkan kemapanannya. Sebelumnya dia adalah dosen pada Institut Musik Indonesia, Jakarta. Dia juga kerap mendapatkan job mengajar di luar kampus dan manggung. “Saya sudah 10 tahun mengajar di Jakarta. Dua tahun lalu saya pulang kampung untuk mewujudkan cita-cita saya,” imbuhnya.
Menurutnya, sulit memulai di ibu kota, karena industri musik komersial sudah sangat menjamur. Pulang kampung menjadi pilihan paling realistis. “Di sini saya punya banyak kawan lama yang mengerti saya, dan mau diajak bergabung dengan proyek ini. Saya mau membuktikan bahwa daerah juga bisa menasional. Musik motivasi ini harus mulai dari Pontianak untuk Indonesia,” tegasnya.
Melakoni suasana baru, awalnya terasa berat buat dia. Betapa tidak, di Jakarta penghasilannya rata-rata mencapai Rp 15 juta per bulan. Sementara di Pontianak, mulanya dia hanya mengandalkan manggung sana-sini. “Bayarannya jauh dengan di Jakarta. Apalagi banyak yang hanya ngasih ucapan thank you (tanpa bayaran),” kata dia.
Namun, semakin hari penghidupannya semakin membaik. Namanya semakin top setelah kerap muncul di tayangan televisi. Konser-konser besar kerap melibatkan dirinya. “Sekarang sudah agak bisa bernafas lah, walau belum sebesar waktu saya di Jakarta dulu,” pungkasnya. (*)
Aristono, Pontianak
----------
Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan tampak ingin cepat meninggalkan Audourium Universitas Tanjungpura (Untan). Sabtu (18/5) kemarin dia diundang dadakan di kampus itu dalam gelaran Kalbar Future Energy Expo 2013. Sebuah acara untuk mempromosikan penggunaan energi masa depan. Ada ratusan mahasiswa di gedung tersebut.
Sang menteri memang tidak memiliki jadwal untuk hadir di ibu kota Kalimantan Barat. “Saya datang di sini karena dipaksa Pak Rektor (Prof Dr Thamrin Usman DEA). Dari Ketapang saya habis off road melihat sawah, harus langsung ke Jambi. Ada acara penting di sana,” ujar Dahlan di awal ‘pidatonya’ yang hanya 5 menit.
Namun, saat hendak bergegas turun panggung, bekas direktur utama PT PLN ini dicegat oleh panitia. Mereka meminta Dahlan Iskan menunggu sebentar lagi, karena ada kejutan yang mau diberikan.
Seorang pria bernama Dwi Dwi Agus Prianto lalu muncul dan mengatakan bahwa dia telah menciptakan sebuah lagu yang terinspirasi dari sosok menteri nyentrik itu. Dahlan mau tak mau diam di tempat untuk mendengarkan lagu yang diberi judul; “Demi Indonesia”. Berikut bagian awal lagu itu.
Kau pribadi yang sungguh sederhana
Senyum dan tawa hiasi wajahmu
Kau bangun semua mimpi-mimpi indahmu
Kau harapan baru bagi negerimu
Dan kini tiba saatnya
Siapkan hati siapkan langkah
Hari ini suara negeri
Memanggil namamu
Demi Indonesia.
Lagu berketukan lambat yang hanya diiringi oleh suara dari aplikasi di komputer tablet milik Dwi itu ternyata menarik perhatian Dahlan. Dia tampak bergoyang sambil tepuk tangan selama lagu itu dinyanyikan.
“Apa ada di flashdisc lagunya?” kata Dahlan usai lagu itu. Dwi menyahut; “Wah tidak ada pak. Lagu ini belum direkam”. Tak ada perbincangan selanjutnya.
Setelah menerima lukisan karya mahasiswa Untan, Dahlan lantas bergegas ke mobil yang langsung menuju Bandara Supadio.
Tak lama setelah momen itu, Dwi lalu ditelepon oleh asisten Dahlan Iskan. “Saya diminta untuk hadir di acara Kementerian BUMN tanggal 9 Juni nanti. Beliau juga meminta profil saya. Artinya lagu saya mendapat apresiasi dari Pak Dahlan,” bangga pria yang karib disapa Dwi Bebeck ini kepada Pontianak Post (Grup JPNN).
Sebelum berangkat, dia berniat mengaransemen dan merekam lagu itu di studio musik.
Bagaimana lagu itu diciptakan? Lagu itu sebenarnya dikerjakan secara tergesa-gesa. Pria kelahiran Pontianak, 24 Agustus 1974 ini adalah pengisi acara pada ekspo yang digelar selama 5 hari itu. Sehari sebelumnya, dia mendapat kabar dari panitia bahwa Dahlan akan datang.
“Malam harinya saya langsung menyepi. Baru jam 12 malam saya mulai menulis lirik dan mencari nadanya. Beberapa jam langsung jadi,” tutur suami Gresanti Lucyla ini.
Bapak 3 anak ini mengaku sebagai penggemar Dahlan. “Saya suka kesederhanaan dan keberaniannya. Sosoknya sangat menginspirasi saya. Oleh sebab itu saya berniat untuk menciptakan lagu tentang beliau,” ucapnya.
Dahlan adalah tokoh ketiga yang dibikinkan lagu oleh Dwi. Tokoh lainnya adalah mantan presiden BJ Habibie dan sastrawan Habiburrahman El Shirazy.
Dwi Bebeck sendiri adalah salah satu musisi yang populer di Pontianak. Dia bahkan memiliki program televisi sendiri bernama; “Musik Motivasi”, yang tayang setiap Minggu di Kompas TV.
Dia mengklaim sebagai pencetus genre baru yang namanya sama dengan program televisi itu. “Musik yang liriknya menyebarkan rasa optimisme. Anti-keputusasaan dan tidak cengeng,” tukasnya.
Genre itu diciptakannya akibat kekalutannya selama ini atas perkembangan musik Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, musik kita mengalami kemunduran secara lirik. Isinya menyebarkan pesimisme dan cengeng. Saya mau kita punya musik yang total menyebarkan lirik-lirik motivasi,” ujar orang yang menyebut profesinya sebagai motivator musik motivasi ini.
Demi mewujudkan mimpinya itu, sarjana ekonomi Untan ini rela meninggalkan kemapanannya. Sebelumnya dia adalah dosen pada Institut Musik Indonesia, Jakarta. Dia juga kerap mendapatkan job mengajar di luar kampus dan manggung. “Saya sudah 10 tahun mengajar di Jakarta. Dua tahun lalu saya pulang kampung untuk mewujudkan cita-cita saya,” imbuhnya.
Menurutnya, sulit memulai di ibu kota, karena industri musik komersial sudah sangat menjamur. Pulang kampung menjadi pilihan paling realistis. “Di sini saya punya banyak kawan lama yang mengerti saya, dan mau diajak bergabung dengan proyek ini. Saya mau membuktikan bahwa daerah juga bisa menasional. Musik motivasi ini harus mulai dari Pontianak untuk Indonesia,” tegasnya.
Melakoni suasana baru, awalnya terasa berat buat dia. Betapa tidak, di Jakarta penghasilannya rata-rata mencapai Rp 15 juta per bulan. Sementara di Pontianak, mulanya dia hanya mengandalkan manggung sana-sini. “Bayarannya jauh dengan di Jakarta. Apalagi banyak yang hanya ngasih ucapan thank you (tanpa bayaran),” kata dia.
Namun, semakin hari penghidupannya semakin membaik. Namanya semakin top setelah kerap muncul di tayangan televisi. Konser-konser besar kerap melibatkan dirinya. “Sekarang sudah agak bisa bernafas lah, walau belum sebesar waktu saya di Jakarta dulu,” pungkasnya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Vaksin Nusantara, Dahlan Iskan Siap jadi Sukarelawan Uji Klinis
Redaktur : Tim Redaksi