TERLALU! Pengusaha Katering Super-Perhitungan, Keluarga pun Harus Bayar Kalau Makan

Jumat, 06 November 2015 – 16:47 WIB
Ilustrasi: radar surabaya

jpnn.com - SETIAP pengusaha yang sukses pasti menerapkan prinsip kehati-hatian dan perhitungan yang ketat. Namun, jangan seperti pengusaha katering asal Kertajaya, Surabaya yang satu ini. Sebagai pengusaha, Sephia, 48, bisa dikatakan keterlaluan juga menghitung setiap menu yang dikonsumsi oleh keluarganya. Bahkan, keluarganya sendiri harus membayar jika menyantap masakan kateringnya.

 Sephia memulai bisnis kateringnya sejak delapan tahun lalu. Kini usaha dirintisnya sudah menuai kesuksesan. 

BACA JUGA: Astaga... Batik Air Itu Tergelincir 40 Meter dari Landasan

Sudah banyak orang dan tetangganya sendiri yang jadi pelanggan. Bukan hanya untuk acara kecil-kecilan seperti arisan keluarga atau sekadar kumpul-kumpul, bisnisnya mulai merambah ke acara jamuan yang lebih luas. Misalnya resepsi pernikahan, gathering instansi swasta hingga pemerintahan. 

Pelanggannya pun tidak lagi hanya dari seputar Surabaya, tapi merambah ke Gresik, Sidoarjo bahkan Mojokerto.

BACA JUGA: BREAKING NEWS: Batik Air Tergelincir di Jogjakarta

Maklum, bakat Sephia dalam masak-memasak sudah turun-temurun. Bahkan setiap ada lomba memasak, Sephia selalu meraih juara. Cuma, dia tidak mau ikut kontes masak-memasak seperti The Master atau lainnya. 

“Enakan masak di rumah (tidak ikut The Master, Red). Untungnya lebih besar,” ungkap Sephia ketika ditemui di sela-sela sidang talak cerainya di Pengadilan Agama Surabaya Jalan Ketintang Madya, kemarin (5/11). 

BACA JUGA: Halo Warga Magelang! Ada Acara Seru Nih, Datang Ya...

Meski demikian, Sephia terus mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya di dapur. Dia sudah mahir membuat menu masakan ala nusantara, western, Asia dan lainnya. Tak hanya itu, bisnis kateringnya juga kian moncer karena menu masakannya tak pernah mengecewakan pelanggan.

Namun di balik itu, kesuksesan bisnis katering Sephia yang telah mendatangkan pundi-pundi uang ke sakunya juga karena dirinya benar-benar melakukan perhitungan porsi menu yang ketat. Dia tak pernah masak dengan porsi berlebihan yang menurutnya justru akan memboroskan pengeluaran. 

“Untuk makan pegawai saja, saya hitung. Kalau memang tidak pas, saya mending kasih uang ke pegawai untuk beli makanan di luar. Saya memang melarang pegawai makan menu yang kita buat,” jelasnya.

Namun celakanya, ternyata perhitungan itu tidak berlaku bagi para pegawainya. Sephia juga memberlakukan kepada suaminya sebut Donwori, 50, dan kedua anaknya sebut Mira, 20 dan Dimas, 12. Ketika ada pesanan, Sephia melarang Donwori, Mira dan Dimas untuk mencicipi menu masakannya. 

Bahkan, Sephia juga memberlakukan sistem katering untuk suami dan anak-anaknya. Dimana setiap hari, suami harus membayar makanan yang dia makan dan kedua anaknya. Padahal meski Sephia sudah punya penghasilan, Donwori yang bekerja sebagai PNS tetap memberikan jatah belanja bulanan kepadanya. 

“Kalau saya makan menu sama dengan pesanan orang, saya harus ngasih dia Rp 50 ribu sehari untuk makan bertiga (Donwori, Mira dan Dimas, Red),” jelasnya.

Karena aturan ini, Donwori mengaku kesal dengan sikap Sephia yang terlalu perhitungan dengan dia dan anak-anaknya. “Jika saya tidak mau bayar, saya harus masak sendiri. Padahal mana sempat saya masak sendiri karena sudah kerja dari pagi sampai sore. Apalagi makanan istri bikin kita ketagihan,” jelasnya. 

Karena sudah tidak sanggup lagi, Donwori sampai mengajak kedua anaknya untuk pindah ke rumah kos. Sayangnya, sikap Sephia makin merajalela. 

“Saya tetap dikirimi makan, tapi kalau menunya milih, istri minta Rp 2 juta sebulan,” pungkas Donwori yang akhirnya tidak kuat dan memilih menalak cerai Sephia setelah kedua anaknya memberikan persetujuan. (*/jay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Sedih, Calon Mempelai Wanita Lemas di Kamar, Akhirnya Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler