Terminal 3 Ultimate Kebanjiran, Ada yang Bilang Sederhana

Senin, 15 Agustus 2016 – 05:54 WIB
Petugas melakukan bersih-bersih usai banjirnya Terminal 3 Ultimate, Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Minggu (14/08/2016). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA  – Sejak dibuka 9 Agustus 2016, Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Banten, beberapa kali muncul masalah.

Usai kejadian korsleting, sistem down, lalu kemarin (14/8) penumpang disuguhi banjir di bagian kedatangan terminal. Dugaan dipaksakan untuk beroperasi pun kembali menguat.

BACA JUGA: Banjir di Terminal 3 Bandara Soetta, Begini Penjelasan Wika

Dari informasi yang dihimpun Jawa Pos, banjir terjadi sekitar pukul 16.00 WIB pasca hujan deras yang mengguyur kawasan bandara dan sekitarnya. Drainase yang buruk diduga menjadi penyebab utama banjir setinggi kurang lebih 15 centimeter (cm) di area kedatangan, sisi Timur terminal 3 ultimate.

Salah seorang petugas terminal 3 ultimate membenarkan kejadian ini. Dia mengatakan, hujan yang awalnya berupa rintik-rintik berubah menjadi deras dan berangin. Tak lama kemudian, genangan mulai terjadi. Kondisi itu diperparah oleh saluran air di depan toilet yang tiba-tiba menyembur.

BACA JUGA: Archandra Tahar: Silakan Cek Passport Saya

’’Awalnya cuma dikit, tapi lama-lama semakin kenceng. Sudah kayak lautan tadi karena meleber ke mana-mana,’’ tutur perempuan yang enggan di sebut namanya itu. 

Kondisi itu, imbuhnya, bertahan hingga pukul 18.30 WIB sebelum akhirnya dibersihkan oleh para petugas.

BACA JUGA: Terminal 3 Bandara Soetta Banjir, AP II Lakukan Investigasi

Dari pantauan, sejumlah petugas kebersihan memang masih berlalu lalang mengepel sisi Timur area kedatangan hingga pukul 20.00 WIB. Ada sekitar empat orang, satu diantaranya menggunakan menggunakan floor scrubber dan lainnya menggunakan alat manual.

Dilihat dari genangan yang ada, bagian sisi Timur ini memang kurang pas penggarapan lantainya. Sebab, terlihat air menggenang cukup banyak di tengah sementara sisi dekat area tanaman justru agak kering.

Ditemui di area kedatangan terminal 3 ultimate, Ibnu Malkan (26) meluapkan sedikit keluh kesahnya saat tiba di terminal baru ini. Pria yang baru saja mendarat dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah mengatakan bila pelayanan masih carut marut. 

Mula dari landing, dia harus menempuh waktu 15-20 menit ke area kedatangan terminal 3 iltimate. Tak berhenti sampai di situ, kesabarannya harus kembali diuji saat bagasi baru dikeluarkan 30 menit pasca dia tiba di area kedatangan. ’’Di area ambil bagasi, banyak koper yang tercecer, gak jelas punya siapa. Ini sih terkesan buru-buru dan dipaksakan. Masa saya nyampe pukul 19.00 WIB lalu baru keluar pukul 21.00 WIB,’’ keluhnya.

Dikonfirmasi, PT Angkasa Pura (AP) II membenarkan adanya genangan di area kedatangan terminal baru tersebut. Head of Corporate Secretary & Legal PT AP II Agus Haryadi menyampaikan, genangan air ada di beberapa titik di area kedatangan pasca hujan lebat yang terjadi. 

Dia pun tak memungkiri, bila adanya genangan air ini turut menyebabkan pelayanan di Terminal 3 terganggu. Kendati begitu, situasi tersebut telah berhasil diatasi.

Dan lagi-lagi, permohonan maaf dikumandangkan kembali oleh pihak PT AP II. ’’Terkait dengan hal tersebut, PT Angkasa Pura II (Persero) memohon maaf kepada masyarakat khususnya penumpang pesawat dan pengunjung bandara atas ketidaknyamanan akibat dampak dari adanya genangan air,’’ tuturnya di Jakarta, kemarin (14/8).

Merespon kejadian ini, Agus mengatakan, pihaknya langsung melakukan evaluasi bersama dengan pihak kontraktor pembangunan Terminal 3. Evaluasi ini pun akan diikuti dengan pembenahan hingga dipastikan faktor penyebab timbulnya genangan air tidak terulang kembali.

’’Kami berharap masyarakat selalu memberikan perhatian dan masukan agar Terminal 3 dapat menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai kebanggaan kita bersama,’’ ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Dewa Made Sastrawan, Staf Khusus Menhub Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Internasional menuturkan masalah genangan ini merupakan masalah sederhana. 

Sebab, bila dikaitkan dengan urusan penerbangan tidak ada hubungannya. Sehingga, tidak perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti.

’’Saya kira sederhana, tidak ada hubungannya dengan keselamatan dan keamanan. Jadi kan, ada beberapa bagian di bandara itu, yakni airside, land side, dan terminal. Kejadian ini kan di land side, ini gak pengaruh. Ini seperti kejadian di jalan rayanya,’’ tuturnya.

Dewa bahkan mengatakan, bila sejatinya pihak AP II sudah siap secara keseluruhan untuk pengoperasian terminal. Meski ada beberapa insiden yang terjadi, mulai dari korsleting, sistem down hingga banjir yang terjadi. 

’’Dilihat dari berbagai aspek kami nilai siap. Kalau ini kan faktor alam, hujan deras lalu ada angin, kemudian saluran mampet sehingga ada genangan air. Masih batas kewajaran,’’ ungkapnya.

Disinggung soal komentar para penumpang yang mengatakan operasional cenderung dipaksakan, dia mengatakan, bahwa penikaian penumpang sah-sah saja demikian rupa. Menurutnya, Kemenhub menilai kesiapan ini dari penerbangan yang terjadi. Seperti yang terlihat dari on time performance Garuda Indonesia yang hampir mencapai 95 persen di hari kelima operasional terminal baru ini. 

’’Dari situ kita nilai kesiapan. Minggu depan diharapkan bisa sampai 95 persen sehingga kembali seperti saat berada di terminal 2,’’ ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyayangkan peristiwa masuknya genangan air ke dalam gedung Terminal 3 baru. Pasalnya, hal tersebut membuktikan jika APII maupun pemerintah terlalu memaksakan operasional proyek bandara baru tersebut. ’’Kalau terjadi banjir berarti ada kesalahan dalam struktur drainase di sana,’’ ujarnya.

Sebenarnya, dia memaklumi jika operasional masih mengalami gangguan. Mungkin dari sistem check in atau pelayanan. Pasalnya, baik pekerja maupun konsumen berada di lingkungan yang baru. Namun, permasalahan infrastruktur seharusnya sudah ditangani sejak awal pembangunan.

’’Masak bangun bandara tidak mengecek sistem penampungan air dan penyalurannya. Apakah sistem sesuai dengan curah hujan disana,’’ ujarnya.

Semua itu menjadi pertanyaan bagi AP II maupun pemerintah yang dalam hal Kementerian Perhubungan. Dia tidak mengerti kenapa masalah-masalah justru datang di akhir persiapan dan setelah beroperasi. 

Contohnya, Mantan Menteri Perhubungan Ignasis Jonan yang sempat tidak mengizinkan operasional karena Tower pengawas tak sesuai kriteria.

’’Seharusnya masalah-masalah infrastruktur seperti Tower atau drainase sudah dipikirkan selama pembangunan. Bahkan, saat perencanaan,’’ tegasnya. Karena itu, dia meminta kejelasan dari pemerinta terkait pengawasan proyek tersebut. 

Dia pun berharap agar semua permasalahan bisa diselesaikan tanpa terganggunya operasional terminal 3 yang sudah terlanjur ditempati. (mia/bil)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 40 Taruna AAL Terpilih Jadi Pasukan Upacara HUT Proklamasi RI di Istana Negara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler