Hewan yang hidup di penangkaran ternyata lebih memilih kawin dengan sesamanya ketimbang dengan hewan dari alam liar. Demikian terungkap dalam sebuah studi terbaru  di Australia yang dipublikasikan pada Jurnal Royal Society Biology Letters.  Jika temuan ini berlaku pada hewan yang terancam punah, maka program penangkaran hewan tampaknya tidak efektif untuk meningkatkan keanekaragaman genetika populasi satwa liar sealami mungkin. 

 Jutaan dollar setiap tahunnya dihabiskan untuk menangkarkan kembali satwa-satwa yang terancam punah di fasilitas penangkaran untuk dilepasliarkan kembali kea lam liar, kata anggota tim ilmuwan senior di Kebun Binatang Victoria. Dalam beberapa kasus menurutnya, tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman genetika dari populasi yang ada saat ini, namun kesuksesan program itu ternyata sangat beragam. Strategi program itu bergantung pada hewan penangkaran yang dikawinkan dengan binatang liar tapi ada banyak bukti bahwa penangkaran mempengaruhi perilaku hewan. Magrath dan rekan-rekannya bertanya-tanya apakah periode penangkaran dapat mempengaruhi preferensi hewan untuk memilih pasangan. Para peneliti kemudian menjadikan tikus rumah sebagai hewan peliharaaan di penangkaran selama tiga generasi sebelum melepaskan mereka di kandang "semi-alami" yang berukuran lebih besar dengan tikus yang baru ditangkap dari alam liar. Setelah 20 minggu mereka mengambil sampel genetik dari keturunan yang dihasilkan untuk mengetahui tikus telah dikawinkan bersama-sama.Mereka menemukan sebagian besar tikus itu ternyata kawin dengan jenis mereka sendiri.
"Hanya 17% keturunan yang dihasilkan berasal dari pasangan tikus rumah yang bercampur antara yang tinggal dipenangkaran dan yang dari alam liar,”  kata Magrath.
Dampak untuk konservasi
 Magrath mengatakan preferensi pasangan yang ditemukan dalam penelitian ini bisa memiliki implikasi besar bagi keberhasilan program penangkaran. "Jika Anda memulai sebuah populasi baru dan tidak ada populasi yang ada maka itu tidak  masalah karena hewan yang  Anda perkenalkan semuanya berasal dari penangkaran," katanya. Tapi, kata Magrath, jika tujuannya adalah untuk memperkenalkan hewan penangkaran untuk meningkatkan keragaman genetik dari suatu populasi yang ada mungkin akan ada masalah - setidaknya dalam jangka pendek. "Mereka mungkin akan mau berpasangan satu sama lain dan ini akan mengurangi integrasi materi genetik mereka ke populasi liar," katanya. Magrath mengatakan jika jantan yang diperkenalkan berasal dari penangkaran kemudian dikawinkan dengan betina dari alam liar maka kemungkinan program konservasi itu akan gagal. Atau sebaliknya, jantan dan betina yang diperkenallkan dapat berkembang biak dengan satu sama lain dan membentuk sub-populasi. Tapi sub-populasi ini mungkin mengalami kerugian karena gagal untuk bercampur dengan binatang liar dan itu artinya mereka mungkin tidak  akan mewarisi atau belajar perilaku 'jalanan' yang penting seperti kesadaran predator. Magrath, yang terlibat dalam program penangkaran bandicoot timur, Leadbeater Possom dan Tasmania devil, antara lain, mengatakan langkah berikutnya diperlukan untuk memantau program guna melihat apakah pilihan pasangan mempengaruhi keberhasilan mereka. Jika ya, menurutnya akan lebih baik untuk mengetahui apa yang menyebabkan perilaku ini. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hewan hanya memilih berkembang biak dengan jenis mereka sendiri karena hewan lain memiliki bau yang berbeda mengingat pola makan dan lingkungan mereka ketika mereka dipelihara, kata Magrath.
Atau, mereka mungkin tidak kawin jika hewan penangkaran ditempatkan dilingkungan yang berbeda-beda dengan binatang liar, atau aktif diwaktu yang berbeda di dalam satu hari. Dia mengatakan penangkaran adalah alat penting untuk memulihkan beberapa spesies tetapi hanya menyelesaikan sebagian dari masalah. "Pada akhirnya,  untuk memulihkan suatu spesies kita harus benar-benar mampu mengatasi ancaman utama yang mereka hadapi di alam liar, misalnya, hilangnya habitat, penyakit dan predator liar eksotis seperti rubah dan kucing," katanya. 

 

BACA JUGA: Tak Komersil, Perusahaan Farmasi Enggan Produksi Obat Anti-Ebola

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menari dan Belajar Bahasa Asing Efektif Kurangi Resiko Demensia

Berita Terkait