Teror Mematikan Sang Reptilia

Rabu, 25 Desember 2019 – 06:00 WIB
Ular kobra. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Fenomena kemunculan ular masih menghantui masyarakat. Tak sedikit nyawa melayang akibat teror sang reptilia.

Di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, sekuriti Perumahan Michelia Gading Serpong bernama Iskandar harus meregang nyawa akibat gigitan hewan melata ini.

BACA JUGA: Warga Bogor Terkapar Akibat Digigit Ular

Korban tewas tergigit ular berbisa jenis weling pada Jumat (23/8/2019), di sekitar taman yang ada di perumahan tempatnya bekerja.

“(Korban) sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, tapi nyawanya tidak tertolong,” ujar Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan saat dihubungi JPNN.com.

BACA JUGA: Satpam Tewas Digigit Ular Berbisa

"Korban sempat merasa sesak napas setelah digigit ular. Kemudian dua jam setelah kejadian korban meninggal dunia," katanya.

Kemunculan ular juga meneror warga Jalan Raya Bekasi Timur KM.18 RT 007 RW 06 Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Sabtu (21/12/2019).

BACA JUGA: 24 Ekor Ular Ditangkap

Saat sedang melakukan kerja bakti, warga dikejutkan kehadiran satu ular sanca dan dua ular kobra di kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pulo Gadung.

Ular sanca sepanjang 4,5 meter dan berat sekitar 50 kilogram (kg). Sedangkan ular kobra pertama memiliki panjang 40 centimeter dan yang kedua 1,20 meter.

"Ular ditemukan di selokan di lingkungan perkantoran," kata Kepala Seksi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Timur Gatot Sulaeman.

Sabtu (21/12/2019) sore, Renaldi terpaksa dilarikan ke RSUD Kota Depok, Jawa Barat. Pria 37 tahun yang tinggal di Parung, Kabupaten Bogor, mengalami wajah pucat dan lidah mengeluarkan busa akibat digigit ular di rumahnya.

Saat itu Renaldi hendak menangkap ular berwarna hitam yang masuk ke rumahnya. Korban kemudian menangkap ular dengan tangan kiri tanpa menggunakan alat bantu apa pun. Hingga akhirnya digigit.

Menurut Balai KSDA DKI Jakarta, kemunculan ular terjadi karena siklus tahunan. Penetasan telur kobra mulai Desember hingga Februari cukup tinggi.

"Kemunculan ular terjadi karena siklus tahunan. Jangan menganggap ini sebagai sebuah teror, namun diperlukan edukasi dan pemahaman dalam hal penanganan ular khususnya kobra," kata Kepala Balai KSDA DKI Jakarta Ahmad Munawir.

Akademisi dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto IGA Ayu Ratna Puspitasari mengatakan, salah satu penyebab ular masuk rumah karena habitat asli satwa itu di alam banyak berkurang.

Ahli herpetologi Unsoed itu menjelaskan, musim hujan memang biasanya menjadi musim menetas ular kobra.

"Karena habitat alaminya banyak yang hilang, ular akan mencari habitat lain yang lebih hangat, biasanya adalah permukiman warga," katanya di Purwokerto, Rabu (18/12/2019).

Menurutnya, ular merupakan hewan berdarah dingin yang tidak dapat membuat panas tubuh sendiri, sehingga secara alami akan mencari tempat yang lebih hangat, kering, dan juga lembab.

"Karena ular alaminya suka daerah yang lembab sehingga biasanya ditemukan di semak atau tumpukan barang, sementara jika musim penghujan cenderung mencari daerah yang kering dan rumah warga biasanya lebih hangat dan kering, dan ada banyak mangsa alami ular, yaitu tikus," katanya. (cuy/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler