Teroris Dituding Terkait dengan Tragedi Egyptair

Jumat, 20 Mei 2016 – 07:17 WIB
Ilustras. Foto: egyptair

jpnn.com - ATHENA  - Keberadaan pesawat Airbus A320 milik Egyptair yang hilang di langit Mediterania kemarin (19/5), masih belum jelas. Burung Besi yang bertolak dari Paris dan sedang dalam perjalanan menuju Kairo itu tiba-tiba lenyap dari radar sekitar pukul 03.39 waktu Mesir. 

”Pada pukul 3.39, posisi pesawat itu berada di kawasan selatan dan tenggara Pulau Kassos dan Pulau Karpathos,” kata Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos dalam jumpa pers. 

BACA JUGA: Obama Peringatkan Presiden Pendukung Hukuman Mati

Tak lama kemudian, lanjut dia, pesawat memasuki Kawasan Informasi Penerbangan (FIR) Kairo. Setelah itu, pesawat berbelok tajam dengan tiba-tiba. Dia memprediksi pesawat berbelok 90 derajat ke kiri lalu berputar 360 derajat ke kanan.

Dampak manuver tiba-tiba itu, menurut Kammenos, pesawat jatuh ke bawah. Saat itu, ketinggian pesawat antara 11.277 meter hingga 4.572 meter dari permukaan tanah. Kuat dugaan pesawat nahas itu jatuh di sisi selatan Laut Mediterania atau sekitar 448 kilometer dari pesisir pantai Mesir. Begitu mendengar insiden itu, pemerintah Yunani dan juga Mesir langsung mengerahkan tim pencari. 

BACA JUGA: Obama Peringatkan Presiden Pendukung Hukuman Mati

Kemarin, beredar kabar bahwa tim pencari Yunani menemukan serpihan pesawat yang diduga milik MS804 di dekat Pulau Krete. ”Ada beberapa penemuan di sebelah tenggara Krete. Kawasan itu masuk FIR Kairo,” kata Vassilis Beletsiotis, jubir militer Yunani. 

Bersamaan dengan itu, pesawat C-130 milik Mesir juga mendeteksi beberapa obyek mengapung di kawasan yang sama. Yunani dan Mesir langsung mengirimkan pesawat tambahan serta kapal dan tim pencari ke lokasi tersebut. Tepatnya, di titik yang berjarak sekitar 425 kilometer dari Krete atau sekitar 185 kilometer dari koordinat terakhir pesawat tersebut. ”Pencarian sedang dilakukan. Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan apapun, termasuk tentang penyebab kecelakaan,” kata Perdana Menteri (PM) Mesir Sherif Ismail.

BACA JUGA: Donald Trump Ngebet ingin Bertemu Kim Jong-un

Selain Yunani dan Mesir, Prancis pun mengulurkan tangan untuk membantu pencarian. Presiden Francois Hollande mengatakan bahwa pesawat itu hilang dari radar dan jatuh. Sebanyak 10 orang di dalam pesawat tersebut adalah kru. Sedangkan, sebanyak 56 yang lain adalah penumpang. Termasuk, seorang anak dan dua bayi. Menurut EgyptAir, ada 30 warga Mesir, 15 warga Prancis dan sisanya adalah warga sepuluh negara. 

Maraknya aksi teror di Eropa dan juga Mesir belakangan ini, membuat publik berspekulasi tentang terorisme di balik kecelakaan pesawat. Kemarin, Ismail pun menyinggung hal tersebut. ”Kami tidak bisa mengabaikan dugaan apapun, tapi juga tidak bisa mengonfirmasikan apapun. Sebab, proses pencarian dan investigasi masih berlangsung,” sambungnya dalam jumpa pers.

Dari Paris, Hollande juga menegaskan bahwa penyebab kecelakaan belum pasti. ”Tidak ada hipotesa apapun yang bisa kita simpulkan,” ujarnya. Sebagai negara yang baru saja menjadi korban terorisme, Prancis tidak bisa begitu saja menepis dugaan teror. Tapi, Hollande juga tidak mau gegabah. Maka, dia lebih memilih untuk melibatkan negerinya dalam pencarian pesawat. 

Berbeda dengan pemerintah Mesir dan Prancis yang hati-hati dalam melontarkan tudingan keterlibatan teroris, konsultan dan mantan pilot, Gerard Feldzer yakin pesawat itu celaka karena teror. Karena baru dioperasikan pada 2003, pesawat itu masih bisa dibilang sebagai pesawat baru. Maka, opsi kerusakan atau kesalahan teknis bisa diabaikan. ”Masalah teknis, seperti ledakan mesin, jelas tidak mungkin terjadi dalam kasus ini,” ujarnya. 

Biasanya, A320 bisa difungsikan sampai sekitar 40 tahun. Maka, jika pesawat nahas itu baru beroperasi sekitar 13 tahun, risiko terjadinya kerusakan mesin atau kerusakan yang bersifat teknis sangat kecil. Apalagi, menurut Feldzer, pesawat jenis itu punya catatan keselamatan terbang yang sangat baik. ”Ini pesawat medium yang paling laris. Tiap 30 detik, A320 mendarat di bandara manapun di seluruh dunia,” jelasnya.     

Terpisah, Jean-Paul Troadec, mantan direktur Biro Investigasi dan Penerbangan Prancis, juga memaparkan teorinya. ”Ini pesawat modern. Tidak mungkin terjadi insiden di tengah penerbangan saat pesawat berada dalam kondisi stabil seperti itu,” tandasnya. Dia menambahkan, kualitas pesawat dan perawatan oleh maskapai tidak perlu diragukan lagi. Pesawat baru itu, menurut dia, berada dalam performa terbaiknya. (afp/reuters/cnn/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Egyptair Rilis Negara Asal 56 Penumpang di Pesawat nan Hilang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler