Terowongan Hasidic

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 15 Januari 2024 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SENGKETA rumah ibadah ini jadi berita besar di New York. Bukan di satu gereja atau masjid, tetapi di satu rumah ibadah Yahudi: sinagoge.

Berita besar itu: telah ditemukan terowongan rahasia bawah tanah di bawah sinagoge Chabad-Lubavitch di Brooklyn, New York.

BACA JUGA: Lai Ching-te

Yang membangunnya 10 anak muda militan dari jemaat di sinagoge itu.

Beritanya kian besar karena terowongan itu dianggap membahayakan konstruksi gedung-gedung sekitarnya.

BACA JUGA: Sekolah Duduk

Pemkot New York menegaskan: pembangunan terowongan itu ilegal.

Beritanya kian besar setelah polisi menggerebek sinagoge tersebut.

BACA JUGA: Kecil Besar

Polisi mendapat perlawanan dari anak-anak muda di situ. Mereka ingin mempertahankan terowongan.

Alasan mereka: itu sesuai dengan ajaran suci dari rabbi agung mereka. Yakni Rabbi Menachem Schneerson, almarhum.

Begitu hebatnya keulamaan Menachem sampai dianggap seorang nabi yang suci. Disejajarkan dengan tuan guru.

Tentu polisi New York tidak mengenal ajaran seperti itu. Polisi ingin menegakkan hukum tanpa pandang bulu apa pun.

Anak-anak muda itu juga ngotot. Terjadilah ketegangan. Ricuh.

Akhirnya mereka diringkus. Dibawa ke kantor polisi. Ditahan.

Sinagoge Chabad-Lubavitch, Anda sudah tahu, adalah tempat ibadah golongan paling fanatik dalam agama Yahudi: kelompok Hasidic.

Aliran Yahudi Hasidic dibawa ke Amerika oleh para pengungsi Yahudi dari Eropa Timur. Khususnya dari sekitar Ukraina sekarang.

Pengikut Hasidic, di seluruh dunia, hanya sekitar 100.000 orang. Kini berpusat di New York, di sinagoge Chabad-Lubavitch tersebut.

Tuan Guru Rabbi Menachem sudah meninggal tahun 2004 lalu. Usiannya saat itu 92 tahun. Tuan Guru Menachem telah menjadi ulama Yahudi paling terkemuka di Amerika saat itu.

Pun di agama Yahudi, muncul berbagai kelompok dan aliran. Masing-masing aliran mempraktikkan ajaran agama yang berbeda.

Hasidic adalah kelompok yang ibadahnya dianggap paling murni. Paling sesuai dengan kitab suci. Tidak boleh makan babi. Daging harus dari binatang yang disembelih secara benar –dengan doa-doa yang sesuai ajaran.

Pun dalam berpakaian: kepala harus ditutup kopiah khas Yahudi.

Rupanya terjadi perbedaan pendapat di antara jemaat sinagoge tersebut. Begitulah di agama. Masing-masing merasa paling sesuai dengan ajaran agama mereka.

Perselisihan itu memuncak. Anak-anak muda di sinagoge tersebut lantas tidak diakui. Bahkan, tidak boleh masuk rumah ibadah itu.

Jadilah rebutan sinagoge. Anak-anak muda itu kalah. Lalu membangun terowongan di bawahnya. Ketika yang lain ibadah di sinagoge, mereka ibadah di bawahnya.

Informasi tersebut belum tentu benar. Masalah ini berusaha ditutupi sebagai urusan internal sinagoge.

Pengurus sinagog mengecam pemberitaan di media, khususnya yang mengaitkan terowongan itu dengan cerita-cerita fanatisme beragama.

Atau yang menghubungkannya dengan persiapan untuk menghadapi hari kiamat.

Termasuk berita yang menduga terowongan itu akan bisa tembus langsung ke wilayah Hamas di Gaza.

Ditepis juga anggapan bahwa terowongan itu akan tembus ke jalan terdekat. Lalu anak-anak muda yang dilarang masuk sinagoge dari pintu depan masih bisa beribadah di situ lewat jalan rahasia.

Terowongan Hamas dan Hisbullah di Palestina telah memberi inspirasi untuk membuat terowongan serupa di New York.

Akan tetapi di New York penuh dengan hutan gedung pencakar langit. Tentu tidak sama dengan alam padang pasir di Gaza. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Me Time


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler