jpnn.com, JAKARTA - Isu pemanasan global telah mengemuka di beberapa tahun terakhir. Salah satu dampak yang mengancam yaitu tenggelamnya pesisir utara Jaw. Termasuk Jakarta terancam tenggelam.
Menurut Eddy Hermawan, Profesor Riset pada Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer - Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, isu tenggelamnya Jakarta sudah mengemuka sejak 2008 jauh sebelum pernyataan Joe Biden.
BACA JUGA: Joe Biden Sebut Jakarta Bisa Tenggelam 10 Tahun Lagi, Begini Respons Bu Megawati
“Penyataan Joe Biden bahwa Indonesia harus memindahkan ibu kotanya, karena akan berada di berada di bawah air tentu menjadi perhatian media massa,” ujarnya di Jakarta, Rabu (6/10).
Dia mengasumsikan terdapat tiga faktor utama tenggelamnya Jakarta, yaitu meningkatnya sea level rise (SLR), menurunnya land subsidance (LS), dan adanya faktor lokal (daerah rawa/dataran rendah).
BACA JUGA: Joe Biden Sebut Jakarta Bisa Tenggelam 10 Tahun Lagi, Begini Respons Tegas Wagub DKI
Menurut Prof Eddy langkah bijak yang harus dilakukan untuk menyikapi prediksi tenggelamnya Jakarta yaitu dengan menyiapkan skenario berbasis penggabungan SLR dan LS dengan berbagai kombinasi data SLR dan LS menggunakan teknik spasial temporal analysis.
Tak hanya itu Eddy juga mengingatkan beberapa daerah di Indonesia juga terancam tengggelam.
BACA JUGA: Pencemaran Parasetamol Jadi Masalah di Teluk Jakarta, Begini Kata Peneliti
“Masyakarat harus seoptimal mungkin mencegah kerusakan lingkungan serta mempertimbangkan pembuatan bitting gesik dan hutan mangrove, karena telah terbukti cukup efektif dalam meredam laju masuknya rob ke daratan,” imbuhnya.
Selaras dengan pendapat Eddy, Robert Delinom, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrologi Air Tanah BRIN mengungkapkan penyebab amblesan tanah di Jakarta disebabkan empat faktor.
Di antaranya kompaksi batuan, pengambilan air tanah secara berlebihan, pembeban bangunan dan aktivitas tektonik.
Solusi untuk mencegah tenggelamnya Jakarta dalam periode jangka pendek dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memahami masalah ini.
Sedangkan jangka panjang dengan melakukan integrasi secara tuntas terkait penyelesaian masalah yaitu dengan kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, zero run off dan no land subsidence city.
"Pola pikir masyarakat juga harus diubah,” ujar Delinom.
Selain itu, Delinom menyarankan perlunya upaya mitigasi dengan melakukan pembangunan ‘pertahanan’ di garis pantai, pembangunan ‘pertahanan’ di sungai dan bantarannya, membuat ‘tempat parkir’ air dan mengantisipasi penyebab penurunan tanah.
Sementara Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyatakan riset bisa menjadi potensi solusi untuk menyelamatkan Pantura dan Jakarta dari laju penurunan permukaan lahan.
“Periset yang ahli di bidangnya harus terus berkontribusi aktif memberikan solusi dan pencerahan terhadap masalah yang dihadapi. Jadi tidak sekadar mengungkapkan masalah tetapi menjadi problem solver,” kata Laksana dalam Prof Riset Talk BRIN bertajuk 'Benarkah Jakarta dan Pantura akan Tenggelam?'. (esy/jpnn)
Redaktur : Natalia
Reporter : Mesya Mohamad