jpnn.com, JAKARTA - Keputusan Mazda menambah portofolio jenis SUV bisa dibilang tak terlalu berlebihan, meski pelurunya di segmen ini sudah cukup banyak pilihan.
Hadirnya Mazda CX-30 di Indonesia, membawa tawaran berbeda dari SUV yang sudah disediakan produsen mobil yang dikenal dengan filosofi KODO itu.
BACA JUGA: Kupas Perbedaan Mazda CX-30 dan Mazda CX-3
Perlu dicatat, Mazda CX-30 dibangun dari platform Mazda3, yang diklaim sebagai produk awal dari evolusi desain KODO, sekaligus menawarkan pengalaman pengendaraan yang memiliki rasa yang menyatu antara mobil dengan sang pengendara, atau mereka sebut Jinba Ittai.
Tentu itu berbeda dengan Mazda CX-3, yang lahir lebih dahulu dan dibangun dari platform Mazda2.
BACA JUGA: All-new Mazda CX-30 Bakal Melantai di Indonesia Pekan Depan
CX-30 diyakini membawa kebaruan dan sudah melewati proses penyempurnaan hingga kini mencapai pada titik evolusi ke-7 Mazda (Generasi ke-7 Mazda). Lantas bagaimana rasa sesungguhnya?
BACA JUGA: Mazda Global Tanpa Mobil Baru Sampai 2022, Ini Kata EMI
JPNN pun mendapat kesempatan bersama para awak media nasional, lebih intim dengan Mazda CX-30 yang dibanderol beda sekitar Rp 50 jutaan dari Mazda CX-3, menjadi Rp 478,8 juta sampai Rp 522,8 juta on the road (sesuai varian).
Jalur yamg ditawarkan tidak terlalu jauh, Jakarta ke Bandung. Sekitar 70 persen ialah jalur bebas hambatan dan sisanya kemacetan Bandung.
Berkendara di jalur tol yang cukup panjang, momok yang paling tak ditakuti ialah kebosanan, mata cepat lelah dan jelas berpotensi terhadap keselamatan berkendara.
Beruntung Mazda CX-30 sudah menerjemahkan konsep Jinba Attai dengan baik, melalui fitur-fitur memanjakan. Kami menyebutnya sifat posesif (dalam artian positif) Mazda ke pengendara.
Faktor lelah atau karena keasyikan mengobrol untuk mengusir bosan, yang membuat kami kadang-kadang ke luar jalur, dijaga Mazda lewat teknologi Lane Departure Warning (LDW) dan Lane keep Assist System (LAS).
Teknologi itu membantu kami dengan peringatan untuk fokus pada setir, tak saja melalui indikator di MID dan layar dasbor, tetapi juga getaran di setir.
Pada batas tertentu, bahkan sistem secara otomotis bisa menggiring mobil kembali ke jalur awal atau mengikuti garis jalan. Terkesan sedikit posesif bukan? He.. Hal ini tak lebih untuk memberikan keamanan bagi penggunanya.
Fitur peringatan lain juga cukup efektif memastikan kami aman dengan kondisi di sekitar. Misalnya ada mobil yang mendekat, terutama yang tidak terjangkau di kaca spion (blind spot).
Pengalaman lainnya ialah tingkat kesenyapan kabin yang cukup baik. Nyaris tak terdengar suara yang bising. Sesekali hanya suara dari ban dan knalpot yang sempat terdengar.
Visibilitas pengemudi juga bagus. Penataan dasbor dan sudut kaca dan pilar A mengakomodir kami dengan tinggi badan 172 cm. Meskipun hidung CX-30 terbilang panjang dan bodi bongsor.
Keluar dari jalur tol Jakarta-Bandung, rombongan menuju Lembang. Di rute ini, jalan mulai sempit dan ramai.
Apalagi kami sempat ditantang Google Maps memasuki jalan perkampungan padat, akibat menghindari jalur utama Jl. Setia Budi yang sedang macet parah. Kesannya seru ketika harus membawa mobil berbodi bongsor melewati ujian itu.
Masuk jalur utama, tantangan lain ialah mobil angkot, pengendara motor, bus hingga truk. Mau tidak mau, pengemudi dituntut lihai bermanuver.
Posisi duduk nyaman dan setir ringan memudahkan kami mendapatkan gaya berkendara yang sesuai.
Ditambah fitur penunjang seperti G-Vectoring Control Plus, membantu menstabilkan mobil saat melewati berbagai macam kelokan. Mobil mudah dikontrol, terutama saat bermanuver atau melibas tanjakan.
Fitur G-Vectoring Control plus (GVC Plus) yang dimiliki oleh Mazda3 merupakan pengembangan fitur G-Vectoring Control (GVC) sebagai bagian dari teknologi SKYACTIV-Vehicle Dynamics milik Mazda.
GVC Plus menambahkan kendali Yaw Moment langsung melalui rem. Hal ini memungkinkan mobil untuk mengatasi manuver penghindaran darurat dengan lebih baik, dan menawarkan pengendalian yang meyakinkan di berbagai situasi, termasuk saat pengin menyalip.
Urusan tenaga, saat di jalan tol, performa yang ditawarkan mesin Skyactive-G 2.0-liter 4 silinder cukup responsif. Data 154 Hp dan torsi 200 Nm cukup untuk menjelaskan bagaimana kinerja mesin yang juga tersemat pada Mazda3 tersebut. Bedanya, di CX-30 mesin sudah dikalibrasi ulang.
Soal menyalip dengan momentum pendek, kami juga percaya diri. Mode Sport sesekali diaktifkan untuk merasakan sensasi berbeda. Wusss..wusss, tetapi jangan berlebihan dan terbawa nafsu, bahaya.
Secara umum, kami memberi catatan pada kondisi penumpang. Desain SUV masa kini ala kupe memang tengah tren, termasuk juga diadopsi SUV Eropa. Hanya saja, head room jadi terasa pendek terutama penumpang dengan postur tinggi. Pilihannya, tinggal selera masing-masing. (mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha