Test Drive Mitsubishi Xpander Cross: Low SUV Kaki Jangkung

Minggu, 09 Februari 2020 – 03:29 WIB
Test drive Xpander Cross di Bali. Foto: dok pribadi for jpnn

jpnn.com, BALI - Mitsubishi Xpander Cross digadang sebagai kekuatan baru PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), melakukan penetrasi di segmen low SUV tanah air.

Bermodal bodykit khas ala tunggangan Crossover, serta sejumlah sentuhan baru di kaki-kaki, Xpander Cross mewujud paduan karakter SUV dan MPV.

BACA JUGA: Suzuki XL7 Segera Dirilis, Xpander Cross Merasa Senang

Ground clereance setinggi 225 mm menjadi ciri khasnya (Lebih tinggi 20 mm dari Xpander varian standar). Artinya, Xpander Cross siap ditantang di trek terjal.

Melalui program Ayo Gas Terus Media Adventure 2020, (4-6/2), JPNN berkesempatan lebih intim dengan Xpander Cross di pulau Dewata.

BACA JUGA: Respons Masyarakat Terhadap Mitsubishi Xpander Cross

Setelah mencicipi Eclipse Cross dari Tabanan menuju Buleleng melalui jalur pegunungan ke arah Utara Bali. Giliran kami mendapat tunggangan Xpander Cross bertransmisi manual (tipe terendah).

BACA JUGA: Sebaran Xpander Cross di Indonesia

Sebelum mengakhiri perjalanan pada hari pertama, (4/2), dari Kebun Raya Bedugul ke tempat peristirahatan di Seres Spring Resort, Ubud, sedikit jalur berbukit masih bisa dirasakan. Sebelum eksplorasi ke kawasan selatan Bali.

Memiliki kaki-kaki jangkung serta tambahan komponen rebound spring membuat Xpander Cross dengan santai melewati jalan rusak atau bergelombang, kecuali setelan peredaman suspensinya terasa sedikit keras.

Namun, hal itu wajar untuk karakter SUV. Seperti disampaikan pereli nasional yang juga ambassador Mitsubishi, Rifat Sunkar, "Bahwa setelan kompresi dan rebound di Xpander Cross masih dalam batas kekerasan yang wajar dan nyaman. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek limbung dari kaki-kaki yang jangkung."

Catatan lain, dengan kaki-kaki jangkung membuat kami harus tetap menjaga handling atau manuver ekstrem saat melewati jalan berkelok. Ini terkait center gravity di mobil dengan ground clereance tinggi.

Memasuki jalur menanjak, mesin 1.5 L MIVEC (Mitsubishi Innovative Valve Timing Electronic Control System) DOHC 16 valve, mendapat pengujiannya.

Yang kami rasakan, tenaga sedikit boyo, sehingga kami harus selalu memanfaatkan gigi paling rendah saat tanjakan. Namun, kasus ini tentu dipengaruhi banyak faktor, antara lain momentum, bobot, dan gaya pengemudi.

Adapun ketika memasuki rute perkotaan, Xpander Cross cukup lincah dan asyik dikendalikan. Transfer tenaganya juga halus, setidaknya untuk transmisi manual.

Rute keramaian kota terasa melintasi daerah pegunungan yang hening. Setidaknya itu yang kami nikmati selama di dalam kabin Xpander Cross. Kesenyapan interiornya terbilang mumpuni.

Kompartemen penyimpanan banyak, juga menjadi keunggulannya untuk penumpang yang ribet dengan bawaannya, apalagi saat bepergian jauh. Ditambah kelapangan baris kedua.

Pada hari kedua (5/2), kami lebih banyak menghabiskan jalur perkotaan, jalan sempit dan stop n go, ketika menuju Pantai Geger hingga Kota Denpasar.

Sayangnya, di jalur perkotaan kami sudah berpisah dengan Xpander Cross, dan justru dapat kesempatan mengendarai truk pikap New Triton, yang sejatinya bukan habitat aslinya.

Menariknya, walaupun menunggangi truk pikap kabin ganda, bahasa desain baru yang diawali dari Xpander, yakni dynamic shield, sontak membuat New Triton jadi perhatian warga bahkan wisatawan asing. Sedangkan kami sudah menjadi penumpang, maklum harus bergantian dengan teman yang lain. (mg8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler