Tetangga di Kampung Cerita soal Sosok Irjen Idham Aziz, Kapolda Metro Jaya

Sabtu, 22 Juli 2017 – 00:17 WIB
Irjen Pol Idham Azis (kiri). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Irjen Pol Idham Aziz, pria asal Kampung Salo, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, ditunjuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya, menggantikan Irjen Pol M. Iriawan.

Penunjukan alumni SMP 2 Kendari ini diketahi dari Telegram Rahasia (TR) yang diterbitkan Kapolri bernomor ST/1768/VII/2017 tanggal 20 Juli 2017 berisi mutasi dan rotasi sejumlah perwira tinggi (pati) serta pamen (perwira menengah).

BACA JUGA: Irjen Pol Idham Azis Dinilai Tepat Pimpin Polda Metro Jaya, Ini Alasannya...

Dalam TR tersebut, sebanyak 51 pati dan pamen Polri dirotasi. Dalam telegram yang diteken Asisten SDM Kapolri Irjen Pol Arief Sulistyanto, nama Idham Aziz ada di deret keempat.

Tidak mudah bagi Idham untuk sampai ke posisi itu. Lelaki kelahiran Kendari, 30 Januari 1963 ini adalah sosok yang pantang menyerah. Ia tiga kali tes Akademi Kepolisian (Akpol) untuk bisa berseragam polisi yang jadi kebanggaannya.

BACA JUGA: Djarot: Selamat Irjen Idham, Terima Kasih Pak Iriawan

“Beliau lulus Akpol 1988, setelah tiga kali ikut seleksi, dan pertama tugas di Bandung,” kata Fitri Handari, istri jenderal bintang dua ini.

Idham Aziz menuntaskan pendidikan mulai dari SD di Kampung Salo, lalu di SMP 2 dan SMA 1 Kendari. Ia lalu mencoba ikut seleksi Akpol tapi belum beruntung.

BACA JUGA: Pak Iwan Bule Orang Kuat, tapi Lalai Atasi Kemacetan Jakarta

Sembari menunggu seleksi tahun berikutnya, Idham muda mendaftarkan diri jadi mahasiswa di Unhalu-kini UHO-di Fakultas Pertanian. Tahun berikutnya, ia tes kembali dan lagi-lagi gagal.

“Tapi beliau tetap menyimpan impiannya. Kali ketiga, tahun 1988 beliau lulus,” tambah sang istri yang dihubungi semalam.

Idham Aziz adalah anak dari pasangan Tuti Pertiwi dan H Abdul Azis Halik. Kedua orang tuanya bahkan sampai kini masih tinggal di Kampung Salo, menikmati masa tuanya.

Sayang, mereka menolak bicara dengan wartawan saat ditemui di rumahnya, kemarin dengan alasan sedang tidak sehat.

Yang jelas, Idham, saat masa kecil, oleh kawan termasuk di sekitar rumah, punya panggilan akrab yakni Calli.

“Idham itu saya akui pintar. Sering ranking di sekolah dulu," kata seorang saudara Idham bernama Iksan Asti Azis, yang kini bermukim di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.

Lelaki yang akrab disapa Buyung ini mengatakan bahwa saudaranya itu di dalam kelurga dikenal sebagai sosok yang sangat berbakti. “Kami lima bersaudara, Pak Idham kedua. Saya ketiga,” kata Buyung.

Ia bercerita, Idham terakhir kali pulang ke Kendari, Februari 2017 lalu saat bersama Kapolri Jenderal Tito berkunjung ke Sultra. “Dia sempat ke rumah di Kampung Salo, ketemu orang tua,” katanya.

Di kalangan tetangganya di Kampung Salo, Idham dikenal sebagai pribadi yang ramah. Seorang warga bernama Wiliyanto (57) mengaku sejak bertugas di Jakarta, Idham memang sudah jarang pulang. Sesekali saat Idham pulang, dia menyempatkan diri untuk menyapa, masyarakat sekitar.

“Kalau pulang hanya dua kali setahun, kali yah. Itupun hanya menjenguk orang tuanya. Orangnya baik," katanya mengingat saat-saat Idham pulang ke Kampung Salo.

Sementara itu, seorang ibu rumah tangga yang tinggal tepat di depan rumah Idham, bercerita bahwa mantan Kapolda Sulawesi Tengah itu adalah sosok yang baik.

Sejak menduduki jabatan penting di kepolisian, secara rutin membantu pembangunan empat masjid. Ada yang di Soropia, dan di Kecamatan Kendari.

“Uh, Calli itu, main-mainnya di sini, di rumahku. Lahir di sini dia itu. Anaknya baik dan sopan," katanya.(ade)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa sih Irjen Idham Azis Itu?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler