jpnn.com, TASIKMALAYA - RA, 16, tersangka pembunuhan dan penganiayaan kepada siswi SD, hingga kemarin (3/7) masih menjalani pemeriksaan di Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota.
Remaja putus sekolah itu sering menangis menyesali perbuatannya. Hal itu diungkapkan pengacara tersangka RA, Teten Suherlan Usudin SH.
BACA JUGA: Terduga Pembunuh WN Singapura Diproses di Indonesia
“Nangis terus anaknya (RA, Red),” ungkapnya kepada Radar Tasikmalaya (Jawa Pos Group), kemarin (3/7).
Kepada Teten, RA mengaku menyesali perbuatannya yang sudah menghilangkan nyawa Wa dan menganiaya In.
BACA JUGA: Pembunuhan Mengerikan, Sabudin Tewas Mengenaskan
Ditambah lagi ketakutannya jika kejahatannya itu sampai diketahui oleh ayahnya. “Dia takut sama bapaknya,” terangnya.
RA dikatakan Teten, memang memiliki masalah dalam kehidupannya, baik di luar maupun lingkungan keluarga.
BACA JUGA: OMG, Wanita Hamil 7 Bulan Tewas Bersimbah Darah Dibunuh Pacarnya
Pasalnya bocah berperawakan kurus ini berasal dari keluarga broken home. “Mama dan bapaknya sudah cerai,” katanya.
Kasat Reskrim Pores Tasikmalaya Kota AKP Bimo Moernanda SIK mengaku masih melakukan pendalaman terkait kasus RA.
Namun disinggung soal kemungkinan adanya motif lain, selain dendam, dia membantahnya. “Enggak ada (motif lain, Red),” singkatnya.
Dalam wawancara terpisah, Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Tasikmalaya Eki S Baehaqi MH mengatakan kondisi kesehatan In sejauh ini sudah membaik.
Namun masih perlu penanganan khusus sehingga anak tersebut masih dirawat di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.
“Kalau kondisinya, alhamdulillah semakin baik. Sekarang masih di rumah sakit,” terangnya.
Sejauh ini pihaknya belum berani untuk melakukan komunikasi intensif dengan In mengingat psikologinya harus diperhatikan.
Eki juga berharap proses hukum RA lebih diprioritaskan supaya bisa berjalan dengan lancar. “Karena kalau proses untuk anak itu kan waktunya lebih singkat dari orang dewasa,” ujarnya.
Sebelumnya, para tokoh di Kota Tasikmalaya, kemarin (2/7), mengecam pembunuhan dan penganiayaan dengan tersangka RA (16) terhadap dua siswi SD, Wa (10) dan In (10) Jumat (30/6). Perbuatan remaja residivis pencurian itu dianggap bejat.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya KH Achef Noor Mubarok menyesalkan terjadinya kasus pembunuhan dan penganiayaan itu.
KH Achef berharap aparat mampu mendalami kasus yang menggegerkan masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya itu.
Bisa saja, motif pembunuhan itu bukan sekedar dendam. Karena ada dugaan pencabulan yang dilakukan RA terhadap korban. “Kalau dikorek pasti ada factor (motif) lainnya,” terangnya.
Ketua PC NU Kota Tasikmalaya KH Didi Hudaya sangat miris dengan perbuatan pelaku. Perbuatan pelaku sudah tergolong bejat,” ungkap ulama kharismatik ini Minggu (2/7).
Menurut KH Didi, perbuatan RA, yang tega menghabisi Wa dan menganiaya In, bisa saja merupakan efek dari tontonan dan faktor pergaulan.
Hal ini mejadi instrospeksi semua pihak untuk lebih menjaga anak-anak supaya terhindar dari perilaku menyimpang.
“Tanpa ada pengaruh itu, tidak mungkin anak itu bisa melakukan kejahatan sekeji itu,” terangnya. (rga)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Juragan yang Baik Hati Itu Dibunuh, Istrinya Juga
Redaktur & Reporter : Soetomo