BANGKOK - Pemerintah Thailand dikabarkan tengah melakukan pembicaraan damai dengan beberapa gerilyawan Muslim yang menguasai wilayah selatan negara tersebut. Langkah tersebut terbilang cukup mengejutkan karena terjadi pada saat para militan sedang gencar-gencarnya melancarkan serangan terhadap warga dan pemerintah Thailand.
Wakil perdana menteri Thailand, Yutthasak Sasiprapa mengungkapkan, pembicaraan informal saat ini sedang berlangsung antara Pusat Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan sebagai insititusi pemerintah yang berwenang di daerah tersebut, dengan beberapa kelompok militan sempalan.
“Jangan sebut hal ini negosiasi resmi, yang kami lakukan adalah melakukan pembicaraan-pembicaraan untuk mencapai perdamaian, yang merupakan kebijakan penting pemerintah,” kata Yutthasak seperti dikutip AFP, Kamis (16/8).
Pria yang bertanggung jawab atas urusan keamanan nasional tersebut menambahkan, pemerintah telah memberi Pusat Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan tanggung jawab dalam negosiasi itu. "Karena merekalah yang tahu pasti siapa yang harus diajak bicara,” imbuhnya.
Sebagaimana dilaporkan AFP, pembicaraan yang dimaksud berlangsung antara pemerintah dengan kelompok sempilan dari Runda Kumpulan Kecil (RKK). Kelompok itu merupakan 1 dari sekian banyak jariangan organisasi pemberontakan yang diduga berada di balik serangan-serangan tersebut.
“Kami berbicara dengan beberapa kelompok pemuda yang baru memisahkan diri dari RKK,” kata Yutthasak. Menurutnya, hampir 9.000 pemberontak beroperasi di wilayah Thailand selatan yang berbatasan dengan Malaysia tersebut.
Bulan April lalu Yutthasak sempat menolak usulan pembicaraan damai dengan para militan setelah terjadinya insiden peledakan sebuah bom besar di wilayah tersebut. Pemboman itu dianggap sebagai insiden terbesar dalam sejarah Thailand.
Aksi pemberontakan militan Islam yang oleh pemerintah dikatakan tidak didasari tujuan yang jelas, telah berkecamuk sejak 2004 di 3 provinsi paling selatan Thailand, yakni Pattani, Narathiwat dan Yala.
Serangan bom atau penembakan yang terjadi hampir setiap hari telah menewaskan lebih dari 5000 jiwa dalam kurun waktu delapan tahun. Korban berjatuhan baik dari pihak tentara atau sipil beragama Budha dan Islam.
Aksi kekerasan yang dilancarkan para militan diduga bukanlah merupakan bagian dari pergerakan jihad global, melainkan merupakan bentuk perlawanan atas diskriminasi pemerintah terhadap etnis Melayu Muslim yang menjadi penduduk mayoritas di wilayah tersebut.Serangan-serangan para militan bersenjata sedang berada dalam tren meningkat selama bulan Ramadhan yang berakhir akhir minggu ini.
Menjelang datangnya Hari Raya Idul Fitri, Yuthasak pun kembali memperingatkan bahaya terjadinya serangan terror yang lebih dahsyat lagi. “Para militan telah mencemari ajaran Islam dan menganggap siapa punyang melakukan serangan selama bulan Ramadhan akan mendapat pahala dan akan bisa bertemu Allah,” katanya.(AFP/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2013 India Luncurkan Wahana Jelajahi Mars
Redaktur : Tim Redaksi