The Hunger Games: Jokowi 3 Periode?

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 09 Maret 2022 – 14:23 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Pada perayaan kemenangan presiden periode pertama 2014 Jokowi menggelar pesta musik besar di Jakarta yang digagas oleh personel grup musik Slank.

Pesta musik itu dinamai ‘’Konser Dua Jari’’. Jokowi muncul di panggung sambil mengacungkan salam dua jari. Salam dua jari menjadi trade mark kampanye Jokowi. Setelah kemenangan periode kedua salam itu menjadi salam kemenangan.

BACA JUGA: Jokpro Yakin Jokowi 3 Periode Bisa Terwujud, Singgung Dukungan Ketum Golkar

Sekarang muncul gagasan menjadikan Jokowi sebagai presiden tiga periode. Tiga pimpinan partai koalisi sudah mengajukan gagasan pengunduran jadwal pemilu.

Berbagai gerakan dukungan publik sudah bermunculan di berbagai daerah, mulai dari tukang bakso sampai organisasi sukarelawan. Kampanye tiga periode dengan mengacungkan tiga jari mulai berseliweran di media sosial.

BACA JUGA: HMS Center: Aneh, Tokoh Besar Soeharto Diinjak-injak, Jokowi Dinaikkan Setinggi Langit

Reaksi keras bermunculan. Netizen menyerukan pencoretan tiga partai yang dianggap berkhianat terhadap hasil reformasi. Para pendukung tiga periode membela diri dengan mengatakan tidak ada yang salah dengan gagasan itu.

Dalam sebuah sistem demokrasi gagasan itu dianggap sebagai bagian dari kebebasan berbicara dan berserikat yang dijamin oleh konstitusi.

BACA JUGA: Wacana Jokowi 3 Periode, Ernest Prakasa: Maaf, Enggak Dulu, Ibarat...

Jokowi sudah berubah pendapat. Dahulu dia menganggap gagasan itu mencari muka, sekarang dia menyebutnya sebagai bagian dari demokrasi. Perubahan ‘’tone’’ ini dinilai sebagai isyarat bahwa Jokowi bersedia ‘’tanduk’’ satu periode lagi.

Gerakan tiga periode ini tidak boleh dianggap remeh, karena gerakan ini dilakukan dengan organisasi yang baik dan dukungan logistik yang cukup. Ada kecurigaan bahwa gerakan ini adalah agenda terselubung oleh oligarki politik, gabungan kartel politisi culas dengan pengusaha rakus.

Gabungan kartel oligarkis ini sangat kuat dan dikhawatirkan bisa mendiktekan agenda politik mereka, termasuk melakukan amendemen terhadap konstitusi untuk mengubah pembatasan jabatan kepresidenan.

Pembatasan jabatan presiden dua periode termaktub dalam Pasal 7 UUD. Tujuannya adalah untuk mencegah munculnya diktator otoritarian seperti yang terjadi era Orde Baru dan Orde Lama.

Ketiadaan pembatasan jabatan kepresidenan melahirkan diktator yang akhirnya harus turun paksa karena gerakan massa.

Pembatasan dua periode adalah anak kandung reformasi 1998. Mengubah pembatasan itu sama saja dengan membunuh anak kandung reformasi. Mengubah undang-undang itu adalah kudeta terselubung terhadap demokrasi.

Di berbagai negara, gerakan terhadap kudeta bermunculan. Di Myanmar dan Thailand para aktivis demokrasi berjuang melawan kudeta yang dilakukan oleh kekuatan militer. Perjuangan melawan kudeta di Indonesia akan berbeda dengan Myanmar dan Thailand, karena di Indonesia yang dihadapi adalah oligarki.

Gerakan melawan kudeta terhadap masyarakat demokratis sedang berlangsung di Myanmar dan Thailand. Di Myanmar masyarakat demokratis menentang kudeta militer terhadap Aung San Suu Kyi pemimpin Partai Nasional Liga Demokrasi, NLD, yang memenangi pemilu secara sah dan konstitusional.

Merespons kudeta yang dilancarkan militer, masyarakat sipil Myanmar yang terdiri dari berbagai elemen, seperti buruh, pegawai negeri, pekerja kantoran, tenaga medis, pelajar, dan mahasiswa, menggelar aksi unjuk rasa di berbagai kota. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan pejabat partai NLD, serta menuntut militer mundur dari pemerintahan.

Di Thailand, masyarakat demokrasi melakukan perlawanan terhadap oligarki politik yang tersembunyi di balik sistem monarki yang dianggap otoriter dan sewenenang-wenang.

Berbagai upaya represif dilakukan untuk menghentikan gerakan itu, tetapi sampai sekarang gerakan tetap berlangsung dan bahkan berkembang makin besar.

Ada kesamaan dalam dua gerakan itu. Keduanya sama-sama digerakkan oleh civil society, masyarakat sipil, menghadapi oligarki yang terdiri dari kekuatan militer, politisi, dan pemilik modal.

Dalam menjalankan aksinya para aktivis demokrasi di dua negara itu sama-sama memakai simbol perjuangan tiga jari. Mereka melawan dengan turun ke jalan, dan melakukan perlawanan melalui media sosial.

Di media sosial, tagar #WhatsHappeningInMyanmar digunakan oleh warganet untuk memperlihatkan situasi terkini di Myanmar kepada seluruh dunia. Foto serta video yang beredar, menunjukkan ribuan orang berdemonstrasi, meneriakkan protes, dan aksi brutal aparat yang mencoba membubarkan mereka.

Dalam beberapa foto, terlihat pengunjuk rasa di Myanmar menggunakan gestur salam tiga jari, mengecup jari telunjuk, tengah, dan kelingking, lalu mengangkatnya ke udara. Salam tiga jari disebut menyimbolkan semangat perlawanan sipil, yang menuntut kebebasan serta menentang opresi dari aparat militer.

Melalui media sosial, gestur itu menyebar luas dan menjadi simbol perlawanan serta solidaritas perjuangan demokrasi, yang selalu hadir di setiap aksi unjuk rasa. Simbol tiga jari menjadi sangat populer dan menjadi salam perjuangan di kalangan aktivis dan masyarakat luas.

Salam tiga jari ini diilhami oleh gerakan demokratisasi di Thailand. Beberapa tahun sebelum pergolakan sipil melanda Myanmar, salam tiga jari sudah terlebih dulu muncul di Thailand pada demontrasi sipil 2014.

Gestur tersebut pertama kali muncul saat aksi unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan oleh militer Thailand pada Mei 2014. Setelah kudeta militer, sekelompok kecil pemuda berkumpul di depan pusat perbelanjaan untuk berunjuk rasa.

Salah satu demonstran kemudian mengangkat tangannya memamerkan tiga jari. Dalam waktu singkat salam tiga menyebar ke penjuru negeri menjadi simbol antikudeta.

Ide salam tiga jari merupakan adaptasi dari karya fiksi populer, The Hunger Games. Digambarkan bahwa salam tiga jari adalah tanda terima kasih, rasa hormat, atau tanda perpisahan seseorang yang dicintai.

Tokoh utama dalam novel dan serial film itu, Katniss Everdeen, menjadi simbol penghormatan, karena secara sukarela menggantikan adik perempuannya, yang terpilih sebagai peserta Hunger Games, perlombaan bertahan hidup dalam sebuah arena.

Warga masyarakat memberi penghormatan kepada Katniss dengan mengangkat tiga jari.

Simbol tiga jari bisa juga diasosiasikan kepada moto Revolusi Prancis, ‘’Liberte, Egalite, Fraternite’’, kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Sebagian orang lain memaknainya sebagai “kebebasan, hak memilih, dan demokrasi”.

Di Thailand, salam tiga jari dari The Hunger Games terus digunakan karena masyarakat menganggap situasi opresi dan diktatorisme yang mereka hadapi, mirip dengan yang ada di novel dan serial film tersebut.

Berhadapan dengan kekuatan militer dan oligarki, para pengunjuk rasa menyatukan harapan, perjuangan, dan tuntutan mereka, ke dalam satu bahasa universal, satu simbol. Salam tiga jari telah menjadi simbol perlawanan yang universal.

Di Indonesia, kudeta terselubung terhadap demokrasi sedang berlangsung. Beda dengan junta militer Thailand dan Myanmar yang melakukan kudeta secara represif dan terbuka, kudeta di Indonesia dilakukan secara masif, terorganisasi rapi, tetapi terselubung.

Gerakan untuk mengubah pembatasan masa kepresidenan itu merupakan bagian dari gerakan kudeta terselubung untuk menghancurkan demokrasi hasil reformasi 1998.

Para pendukung gerakan tiga periode itu sudah mulai memakai gestur ‘’Tiga Jari’’ untuk mengampanyekan gerakan mereka.

Saatnya sekarang masyarakat demokrasi Indonesia melawan dengan beramai-ramai mengacungkan ‘’Salam Tiga Jari’’ terbalik dengan menghadapkan telapak tangan ke depan. (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler