The Icons

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 16 Desember 2022 – 18:48 WIB
Lionel Messi menyebut Piala Dunia 2022 menjadi yang terakhir baginya. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach

jpnn.com - Lionel Messi adalah si kutu, la pulga, yang menjadi anak emas sepak bola dunia. 

Dia legenda, dan dia aset industri sepak bola yang dirawat seperti jimat.

BACA JUGA: Jadwal Final Piala Dunia 2022 Prancis vs Argentina, Mbappe 2 Messi 5, Sama-sama Merepotkan

Messi membawa Argentina ke partai puncak final Piala Dunia 2022 setelah mengalahkan Kroasia 3-0 di semifinal (15/12).

Satu langkah lagi di final melawan Prancis, dan si kutu akan menasbihkan diri sebagai The GOAT, the greatest of  all times, pemain terhebat sepanjang zaman.

BACA JUGA: Ternyata Emir Qatar Ini Sudah Lama Mengidamkan Messi & Mbappe di Final Piala Dunia 2022

Maroko membuat keajaiban dengan lolos ke semifinal sebelum dihentikan oleh Prancis.

Akan tetapi, Argentina juga membuat keajaiban.

BACA JUGA: Ronaldo Dukung Maroko Juara Piala Dunia 2022, tetapi Ada 1 Rintangan Berat

Kalah dari Arab Saudi di partai pembukaan, Argentina menapaki jalan berduri untuk sampai di partai puncak.

Maroko dianggap keajaiban, tetapi Argentina dianggap kelumrahan, karena ada Messi. Penalti kontroversial pada pertandingan melawan Kroasia banyak dipertanyakan. Tidak seharusnya insiden itu membawa penalti.

Penyerang Argentina Julian Alvares bertabrakan dengan kiper Kroasia Dominic Livakovic yang berusaha keluar menangkap bola.

Tabrakan tidak terhindarkan karena posisi yang terlalu dekat.

Tidak ada waktu untuk meghindar, malah terlihat Alvares sengaja menabrakkan diri.

Tidak ada VAR yang dirujuk, wasit langsung menunjuk titik putih.

Messi menyelesaikan tugasnya. Dia membuktikan diri sebagai si kutu dan si anak emas.

Wasit yang membuatnya tidak senang pun akan dipulangkan oleh FIFA, federasi sepak bola internasional.

Itulah yang dialami oleh wasit Antonio Lahoz asal Spanyol yang memimpin perempat final Argentina vs Belanda.

Argentina menang, tetapi Messi tidak senang, dan sang wasit pun dipulangkan.

Argentina menjadi tim paling beruntung karena punya Messi.

Argentina mendapat 4 penalti, tertinggi di antara tim mana pun.

Semuanya dieksekusi oleh Messi dan sukses, sehingga Messi menjadi top skorer bersama Kylian Mbappe dengan 5 gol.

Satu gol bola hidup dicetak Messi melawan Australia.

Messi akan bersaing dengan Mbappe untuk menjadi top scorer di partai puncak.

Inggris tersingkir dari Belanda karena Kapten Harry Kane gagal mengeksekusi penalti kedua, ketika pertandingan hanya tersisa 8 menit.

Andai penalti itu berhasil, keadaan akan imbang 2-2 dan sangat mungkin ada perpanjangan waktu. Namun, Kane bukan Messi.

Messi dan kawan-kawan membuat Inggris marah, karena setelah menang lawan Kroasia di semifinal pemain-pemain Argentina menyanyikan lagu ‘’Falklands’’ di kamar ganti.

Lagu ini adalah lagu tema perang yang mendandai pertempuran Inggris melawan Argentina memperebutkan pula Falkland pada Juni 1982.

Setelah terlibat perang selama 4 bulan pasukan Argentina dipukul mundur, dan pulau yang disengketakan itu menjadi hak Inggris.

Argentina menyerah tetapi diam-diam masih ada dendam.

Maka para pemain Argentina pun menyanyikan lagu itu untuk merayakan kemenangan sekaligus memanasi Inggris.

Pada Piala Dunia 1998 Inggris bertemu Argentina di babak 16 besar.

Inggris tersingkir secara tragis setelah David Beckham kena kartu merah karena ‘’menendang’’ Diego Simione.

Aksi teatrikal Simione yang dramatis membuat wasit langsung mencabut kartu merah dan mengusir Beckham.

Perang Malvinas menjalar ke lapangan hijau.

Andai kali ini Inggris berjumpa Argentina kenangan perang Malvinas akan muncul lagi.

Kali ini, tidak ada hujan dan tidak ada angin, pemain-pemain Argentina menyanyikan lagu Malvinas untuk meledek Inggris yang gagal melewati adangan Belanda.

Suporter Maroko menyanyikan ‘’Rajawi Filistin’’ untuk mendukung perjuangan Palestina.

Pemain Argentina menyanyikan lagu Malvinas untuk menunjukkan nasionalismenya.

Piala Dunia Qatar telah menjadi ajang pamer nasionalisme dan ideologi politik.

Messi sang superstar tidak bisa menghindar dari keterlibatan politik itu.

Dia ikut menyanyi bersama rekan-rekannya.

Sedikitnya ada 5 pemain Argentina yang bermain di Premier League, termasuk kiper Emiliano Martinez di Aston Villa, defender Lisandro Martinez di Manchester United, dan Julian Alvarez di Manvhester City.

Itulah yang membuat publik Inggris makin sebal.

Akan tetapi, Messi ialah aset berharga yang harus dilindungi.

Muncul teori konspirasi bahwa ada upaya untuk mendorong Argentina supaya bisa sampai di final.

Setelah Brasil tersisih, Piala Dunia akan menjadi hampa tanpa wakil Amerika Latin.

Argentina pun dipilih untuk menjadi wakil Latin menghadapi Prancis wakil Eropa.

Messi akan melengkapi pencapaiannya sebagai The GOAT.

Semua trofi level dewa sudah berhasil dipersembahkan kecuali Piala Dunia.

Final kali ini mungkin akan menjadi final terakhir Messi di Piala Dunia.

Dia masih bisa berlari kencang dan menginspirasi teman-temannya untuk menjadi juara dunia.

Messi mengusung misi pribadi untuk membawa negaranya menjadi juara dunia.

Misi itu sekaligus untuk menyegel persaingannya dengan Cristiano Ronaldo yang tersisih di perempat final bersama Portugal.

Ronaldo meninggalkan lapangan dengan air mata berurai. 

Dia tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya, berjalan kencang menuju kamar ganti sambil menangis.

Dia bahkan tidak menyalami pemain Maroko yang sudah mengalahkannya.

Hatinya remuk, bukan saja karena kalah dari Meskiko, tetapi gol kemenangan Maroko hasil tandukan Yusuf Al-Nasyiri membuat Ronaldo sakit hati.

Lompatan Ronaldo yang terkenal paling tinggi, kali ini kalah oleh lompatan Al-Nasyiri.

Ronaldo menyadari waktunya sudah habis. 

Dia sudah 37 tahun dan tidak mempunyai klub setelah diusir dari Manchester United.

Meski demikian, bukan Ronaldo kalau gampang menyerah. 

Dia tidak akan menggantung sepatunya. 

Dia masih menunjukkan ambisi untuk tampil di level Eropa pada perhelatan piala Eropa 2024.

Usianya bakal 39 tahun, tetapi tekadnya yang membara membuat semangatnya mampu mengalahkan usia.

Persaingan panjang antara Messi versus Ronaldo kelihatannya akan dimenangkan oleh Messi.

Final melawan Prancis bukan pertandingan yang mudah.

Sebagai juara bertahan Prancis menghadapi sejarah yang sulit untuk bisa menjadi juara back to back, dua kali berturut-turut.

Pertandingan akan ketat dan menegangkan. 

Akan tetapi, sejarah mungkin akan memihak kepada Messi.

Sepak bola tidak pernah lepas dari konspirasi dan kontroversi.

Prancis tidak punya ikon global sekelas Messi.

Prancis sedang membangun ikon global pada diri Kylian Mbappe.

Usianya baru 23 tahun, dan masih punya kesempatan untuk mengikuti piala dunia dua atau tiga kali lagi.

Kylian Mbappe ialah ‘’the icon in the making’’ ikon yang sedang membentuk dirinya.

Di usianya yang semuda itu Mbappe sudah pernah mengangkat Piala Dunia ketika Prancis juara di Rusia 2018.

Mbappe mengejar rekor untuk menyamai Pele yang dua kali mengangkat Piala Dunia bersama Brazil dalam usia 21 tahun.

Messi ialah ‘’the real icon’’, ikon yang sesungguhnya untuk saat ini.

Setelah Piala Dunia Messi dan Ronaldo akan mewariskan ikon sepak bola dunia kepada generasi yang lebih muda. Salah satu calon pewarisnya ialah Mbappe.

Dunia menunggu dengan tegang hasil pertarungan Messi the real icon melawan Mbappe the incoming icon. (**)  


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler