Menurut koordinator Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial (Laras), Ramadani menyebutkan bahwa yang menjadi persoalan yang harus dibenahi Pemkot Bontang tidak sekadar menutup lokasi itu. Ramadani menyebut, Pemkot seharusnya segera melakukan upaya jangka pendek membina para PSK di Prakla. Sebab untuk menutup Prakla sebagai tempat prostitusi bukan solusi satu-satunya.
“Begini, kalau Prakla langsung ditutup kegiatan prostitusinya apakah pemerintah menjamin kegiatan prostitusi bisa hilang. Nah, seharusnya ini yang harus dipikirkan Pemkot. Seharusnya ada pembinaan pendampingan kepada para PSK,” jelasnya.
Karena, menurut Dani, saat ini kebanyakan keberadaan perempuan untuk terjun di dunia kerja selalu dipandang sebelah mata. Hingga akhirnya, tak jarang mereka pun terpaksa menjalankan pekerjaan sebagai PSK.
Sebenarnya, upaya membina para PSK untuk bisa hidup lebih baik telah dilakukan Laras. Misalnya saja kata Dani, selama ini Laras terus berupaya untuk melakukan pembinaan pendampingan hingga pendistribusian kondom secara rutin tiap harinya.
“Untuk pembinaan kami selalu memberi mereka pelatihanan menjahit, salon. Yang mana tujuannya agar setelah mereka lepas dari pekerjaanya sebagai PSK, mereka sudah punya modal keahlian,” jelasnya.
Sedangkan upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS kepada para PSK, Laras selalu rutin untuk mendistribusikan kondom kepada para PSK. Biasanya, dalam satu minggunya, 1 PSK di Prakla bisa menghabiskan 15 kondom. Sementara itu, jumlah PSK yang saat ini ada di Prakla kata Dani ada sekitar 130 PSK. “Mereka rutin untuk datang ke Laras untuk mengambil kondom dan cek kesehatan. Dan, kami rutin selalu melakukan itu semua kepada mereka,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disosnaker) Bontang Mursyid mengatakan, jika selama ini Dinas Sosial juga telah rutin melakukan pembinaan kepada para PSK. “Tiap tahun agenda pembinaan selalu ada kok. Misalnya saja seperti pelatihan menjahit hingga bimbingan rohani juga kami lakukan,” jelasnya.
Sementara itu, Mursyid pun membantah jika para PSK didiskriminasi dalam bersaing untuk terjun ke dunia kerja. “Say rasa tidak ada begitu. Semua berjalan normal. Kalau memang, para PSK mau bekerja ya silahkan. Sama seperti yang lainnya. Mereka mau masuk dimana dan sesuai dengan kemampuannya ya itu silahkan,” pungkasnya. (bob/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Pesawat Tujuan Singapura Terpaksa Mendarat di Batam
Redaktur : Tim Redaksi