jpnn.com - Tradisi jelang lebaran di sejumlah daerah di Indonesia memiliki keunikan. Yang berbeda dengan daerah lainnya. Di Gresik, ada budaya khas yang kini hampir hilang karena perkembangan zaman.
Mesya Mohamad, Gresik
BACA JUGA: Demi Tugas Jaga Jalur Kereta Api, Tiga Kali Lebaran Tak Pulang Rumah
SELASA, 4 Juni 2019, penduduk di Desa Wedoro Anom, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, tampak sibuk. Mereka tengah bersiap-siap menyajikan menu untuk kendurian di malam menjelang lebaran Idulfitri.
Ada menu wajib yang harus disiapkan. Yaitu nasi tumpeng, ikan bandeng, kue apem, ditambah buah pisang. Menu ini wajib dimasak sendiri oleh penduduk setempat.
BACA JUGA: Shireen Sungkar Lebaran Pakai Produk Sendiri
Dulu, kata Sunyoto, 70, tokoh masyarakat Desa Wedoro Anom, tradisi ini sangat dipegang teguh. Ketika warga mulai bikin apem, masak ikan bandeng, dan tumpeng, tandanya sudah mau lebaran Idulfitri. Sayangnya, tradisi ini mulai hilang sedikit demi sedikit.
Karena perkembangan zaman, tradisi bikin kue apem tidak ada lagi. Sebagai gantinya, penduduk sekitar memilih beli kue apem di toko. Ikan bandeng, diganti dengan ayam atau lauk lainnya.
BACA JUGA: Prilly Kecewa Gagal Salat Id
Sedangkan tumpeng diganti nasi biasa yang dibungkus daun. Demikian juga pisang, diganti dengan jeruk, salak atau semangka.
Walaupun masih tetap ada kendurian, tapi yang dirasakan Sunyoto maknanya mulai berkurang. Dia khawatir, perlahan-lahan tradisi ini akan hilang.
Dia teringat saat remaja. Setiap penduduk desa, sejak pagi sudah membuat kue apem. Kue ini selain untuk kendurian, juga disajikan saat anak-anak kecil dan remaja silaturahmi pada malam lebaran.
BACA JUGA: Sinyal Demokrat Minta Izin ke Megawati
"Anak-anak ini biasanya mendahului silaturahmi sebelum lebaran besok paginya. Mereka bisa mencicipi kue lebaran," terangnya kepada JPNN, Jumat (7/6).
Silaturahmi ini menjadi ajang pamer baju lebaran anak-anak. Saat malam lebaran, mereka mengenakan baju Idulfitri tahun lalu. Kemudian besok paginya pakai baju baru lebaran tahun ini.
Sayang, tradisi ini sudah lama hilang. Tidak ada lagi anak-anak yang keliling. Begitu Ramadan berakhir dan surau-surau ramai dengan takbiran, anak-anak memilih bermain petasan dan kembang api.
Kini, budaya anak-anak keliling satu dusun mulai dibangkitkan kembali lewat pawai takbiran. Namun, anak-anak tidak datang ke rumah-rumah. Mereka hanya melewati sambil membawa obor.
Untuk merangsang anak-anak dan remaja ikut pawai takbiran, panitia sengaja menyiapkan berbagai macam hadiah. Bagi peserta yang penampilannya terbaik akan mendapatkan hadiah menarik.
BACA JUGA: Maria Goodenough
Sunyoto berharap, tradisi jelang lebaran ini tetap bertahan dan tidak akan lapuk oleh waktu.
Ayah empat anak ini yakin bila para orangtua bisa mengajarkan putra-putrinya tentang tradisi tersebut, maka tradisi akan tetap terpelihara. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Verrel Lebaran Bersama Keluarga di Rumah Baru
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad