Ajakan Fauzi yang bersifat mengkampanyekan dirinya selaku incumbent itu disampaikan dalam bentuk pantun, saat memberikan arahan kepada peserta acara tersebut. “Bawa air di dalam gelas, taruhlah di atas batu. Bulan Juli tanggal sebelas, jangan lupa pilih...," ujar Foke tak melanjutkan kalimat pantun tersebut.
Namun para guru yang hadir secara serentak bersorak menyambut pantun Fauzi. "Nomor satu," teriak serentak para guru. Lalu Fauzi pun menikmati teriakan serentak para guru tersebut. “Nah itu yang benar, menjadikan yang terbaik nomor satu," celetuk dia.
Akan tetapi, Fauzi menyatakan, kedatangan dirinya selaku gubernur, bukan calon gubernur. Apalagi dirinya menggunakan seragam cokelat yang merupakan seragam PNS. “Saya datang dengan baju seragam saya sebagai gubernur. Kalau ada orang yang mengawasi belum paham juga, saya sarankan untuk sekolah lagi pada guru-guru di sini. Saya tidak mungkin keluar dari pakem yang ada," tuturnya.
Tindakan Fauzi yang melantunkan pantun bernuansa ajakan itu mengingatkan pada kasus Yahya selaku lurah Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat yang mengajak warga sekitar untuk memilih pasangan nomor satu. Tindakan lurah itu tentunya bisa dimaklumi, sebab Fauzi selaku gubernur pun tidak bisa memberikan contoh sikap netral PNS dalam Pilkada DKI.
Padahal beberapa waktu silam, Gubernur Fauzi Bowo telah memerintahkan Sekda Provinsi DKI untuk membuat surat edaran agar PNS bersikap netral. Dengan demikian, jika ada oknum PNS yang melanggar harus ditindak tegas. Akan tetapi, sikap keberadaan Fauzi dalam acara seminar PGRI itu dianggap Praktisi Pendidikan Arief Rahman bukan sebagai tindakan kampanye. Dirinya menilai seluruh pesan yang disampaikan oleh Foke bukanlah kalimat kampanye. Dia pun memberi nilai 99,9 untuk pesan yang disampaikan Foke.
"Tetapi memang secara batiniah pertemuan ini adalah kampanye, pertemuan untuk mengkampanyekan pendidikan, bukan kampanye politik," kata Arief. (rul)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ical Tegaskan Belum Ada Usulan soal Ibas
Redaktur : Tim Redaksi