Tidak Meledak

Oleh Dahlan Iskan

Rabu, 17 Juni 2020 – 11:11 WIB
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Jalan-jalan sudah penuh-padat. New normal sudah normal --dengan atau tanpa new.

Jumlah penderita baru Covid-19 naik. Sudah dua hari terakhir di atas 1.000 orang/hari. Lebih tinggi dari yang lalu-lalu.

BACA JUGA: Bertahan Nol

Gawat?

Rasanya tidak. Rumah-rumah sakit di Surabaya memang penuh. Pun keluhan seliweran di medsos.

BACA JUGA: Logika Marah

Namun itu karena RS Universitas Airlangga lagi ada masalah. Lagi tidak menerima pasien Covid-19. Sejak ada dokter dan perawatnya yang terjangkit virus pandemi itu.

Sepanjang penderita baru tidak mencapai 1.500/hari tidak cukup alasan untuk menyatakan gawat. Tingkatnya di sekitar memprihatinkan. Dan harus waspada. Jangan-jangan angka itu akan tercapai.

BACA JUGA: Rumah Ghozi

Apalagi angka total Indonesia sudah melewati 40.000. Kemarin. Sudah di ranking 30 dunia.

Yang menggembirakan adalah justru di kampung-kampung. Dengan ”Gerakan Kampung Tangguh” itu. Yang diinisiasi polisi itu. Yang membuat pak RT dan pak lurah menjadi lebih berperan.

Yang kurang menggembirakan adalah: peranan teknologi. Yang tidak terasa ada revolusinya. Kemajuan penggunaan teknologi informasi seperti siput.

Orang seperti saya tidak tahu siapa komandan di bidang pemanfaatan teknologi informasi itu. Menristek? Menkominfo? Atau karep-karepmu --terserah saja?

Saya mungkin salah. Mungkin karena kurang kepo. Adakah pembaca yang tahu: teknologi apa yang akhirnya dipakai secara luas?

Ciptaan Ghozi?

Apps Ghozi itu baru dipakai di satu provinsi: Bangka Belitung. Padahal ini sudah bulan Juni --pertengahan.

Mungkin ada yang tidak suka dengan temuan itu. Saya pun bisa memaklumi. Manusiawi. Itulah kenyataan dunia.

Namun adakah pesaing yang lebih baik dari Ghozi? Tentu, semestinya ada. Kalau ada mengapa yang lebih baik itu tidak segera diluaskan pemakaiannya?

Sayang kalau bencana begini besar tidak melahirkan terobosan besar.

Demikian juga soal peningkatan kapasitas tes. Yang sudah ditemukan oleh seorang Dokter Andani di Padang (Baca juga: Nangis Tes). Mengapa begitu lambat menjadi gerakan nasional? Apakah ada yang lebih baik? Kalau ada kenapa tidak segera dinasionalkan?

Padahal penemuan itu begitu pentingnya. Kemampuan lab yang dulunya hanya bisa menangani 250 sampel per hari bisa meningkat jadi 1.570 sampel. Bahkan sejak kemarin bisa meningkat lagi jadi 2.500 sampel.

Lebaran sudah lewat dua minggu. Kekhawatiran akan meledaknya kasus baru memang tidak terbukti. PSBB ternyata sudah cukup ampuh. Tidak perlu lockdown. Ekonomi juga tidak perlu mati.

New normal pun kelihatannya membawa kita ke normal. Penderita baru ”hanya” bertambah. Bukan meledak.

Mungkin kita memang cukup puas dengan usaha kita. Ya sudah.(***)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler