jpnn.com - Tidak sedikit anggota KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) Pemilu 2019 yang meninggal dunia akibat capek menjalankan tugas. Di wilayah Jawa Barat saja, sebagaimana disebutkan Ketua KPU Jabar, ada 10 anggota KPPS yang meninggal dunia.
Sementara, personel kepolisian yang meninggal dunia saat menjalankan tugas demi suksesnya pesta demokrasi lima tahunan ini, ada 10 orang. Data ini disampaikan Mendagri Tjahjo Kumolo, Jumat (19/4).
BACA JUGA: Banteng Kian Perkasa di Pulau Dewata, Akar Beringin Tergerogoti
BACA JUGA: Daftar Nama 10 Polisi Meninggal saat Bertugas di Pemilu 2019, Pak Tjahjo Berbelasungkawa
Secara nasional, jumlah total petugas KPPS yang meninggal, belum ada data resmi. Namun, cobalah searching google dengan kata pencarian “Anggota KPPS meninggal dunia”. Di situ berderet berita yang membuat sesak dada.
BACA JUGA: Awas, Tak Akan Ada Ampun bagi Pelaku Hoaks Pemilu
Memang, tugas yang harus dijalankan KPPS dan petugas keamanan pada pemilu kali ini cukup berat. Salah satunya karena pemungutan suara dilakukan untuk memilih lima posisi berbeda sekaligus. Para petugas harus melayani pemilih memberikan suaranya dan melakukan penghitungan hingga dini hari.
Yang perlu diketahui juga, sehari sebelumnya, mereka sudah sibuk mempersiapkan lokasi TPS, pasang tenda, meja kursi, dan hal-hal teknis lainnya. Ada yang sampai malam. Selasa (16/4) malam.
BACA JUGA: Organisasi Habaib: Hasil Pemilu Penting, Tapi Persatuan Lebih Penting
Beberapa TPS juga petugasnya harus bekerja hampir 24 jam. Padahal waktu istirahatnya sudah diminimalkan hanya untuk salat. Bahkan, di beberapa TPS petugasnya tak sempat makan malam, lantaran mengejar waktu agar penghitungan surat suara bisa segera tuntas.
Penghitungan suara sendiri, dimulai dari pilpres, DPD, caleg DPR RI, caleg DPRD provinsi, caleg DPRD kabupaten.
Petugas di TPS 7 Kelurahan Bulu, Kecamatan Jepara, Lia mengatakan, penghitungan suara di TPS-nya berlangsung hingga pukul 23.00. ”Tak sampai dini hari seperti yang lainnya,” katanya.
Dia mengaku, kunci bisa cepat yakni saling bagi tugas, sehingga semua bisa sama-sama jalan dan tidak harus menunggu penghitungan selesai.
”Misalnya saya bagian menulis perolehan suara di papan, dua petugas lain nyicil nulis salinan C1. Ada juga yang bantu ketua buka surat suara dan melipat kembali. Jadi bisa cepat selesei,” ungkapnya.
Avin, petugas di TPS 20 Desa Senenan, Kecamatan Tahunan, mengatakan, penghitungan di TPS-nya termasuk cepat. Dipungkasi pukul 01.30. Hal ini lantaran saat penghitungan suara untuk DPRD baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun RI petugas tak menyebutkan partai dan nama calon secara lengkap.
”Itu untuk menghemat waktu. Jadi hanya disebut nomor partainya dan nomor calegnya. Penyebutan satu sampai 100, setelah itu dicek jumlah totalnya,” katanya.
Dia melanjutkan, petugas PPS juga dibantu linmas untuk membacakan surat suara menggunakan mikrofon dan disaksikan tujuh saksi dan satu pengawas TPS. ”Yang buka kertas tetap petugas PPS. Dua petugas PPS menyalin data-data dan surat suara. Setelah penyebutan langsung dibendel,” ujarnya.
Agar cepat selesai, petugas PPS di TPS-nya juga meminimalkan istirahat. ”Istirahat cuma 10 menit untuk salat dan makan,” terangnya.
Berbeda dengan dua TPS sebelunya, petugas KPPS di TPS 4 Desa Blimbingrejo Novita Harnaningrum mengatakan, penghitungan surat suara di TPS-nya berlangsung hingga dini hari. ”Pukul 03.00 baru setor ke balai desa,” ungkapnya.
”Yang membuat lama, membuat laporannya. Formulirnya terlalu banyak. Salinan C1 ada yang nulis sampai 14 bendel. Saya dari pukul 07.00 sampai 03.00 menulis terus,” tuturnya.
Dia menyampaikan, paling lama saat penghitungan caleg, baik tingkat kabupaten hingga DPR RI. ”Partainya banyak. Calonnya juga banyak. Penghitungannya jadi lebih rumit dan harus benar-benar teliti,” urainya.
Dia melanjutkan, padahal petugas PPS sudah meminimalkan waktu istirahat. ”Istirahat saat Salat Zuhur dan Maghrib. Malam sampai tak makan, makanan untuk petugas KPPS tak tersentuh sama sekali. Masih utuh hingga selesei,” ujarnya.
Selesei bertugas di TPS, dia mengaku sangat kelelahan. Esok harinya tak bisa bekerja sebagaimana biasanya. ”Pagi ini (kemarin, Red) saya izin kerja. Badan tidak kuat,” imbuhnya.
BACA JUGA: Tjahjo Kumolo: Anggota KPPS Meninggal Dunia Adalah Syuhada Kusuma Bangsa
Di Kudus, penghitungan suara bahkan ada yang hingga pukul 03.00. Seperti yang terjadi di Perumahan Kudus Permai, Bae. Yakni di TPS 24. Hal ini dilatarbelakangi beberapa petugas dan KPPS yang sudah berusia lanjut.
Menurut KPPS TPS 22 Kudus Permai Tunjung Eko Wibowo, kendala penghitungan suara di antaranya banyaknya jumlah pemilih dengan rentang usia lanjut. Selain itu, faktor bingungnya pemilih dalam menentukan pilihannya. ”Satu TPS diisi 240 pemilih,” ujarnya.
”Petugas pengaman TPS sempat mengeluh lamanya proses ini. Mereka mengeluhkan tak ada uang lembur,” imbuhnya.
Di Desa Menawan, Gebog, proses perhitungan suara selesai Rabu pukul 21.00. Namun, petugas baru bisa memfotokopi berita acara kamis pukul 06.00. Sebab, fotokopi dilakukan di Kecamatan Bae dan mesinya sempat macet.
Proses penghitunga suara hingga subuh juga terjadi di Pati. Salah satu PPS di Pati Muhni mengaku bingung dalam menghadapai surat suara. Dia sudah nerveous terlebih dahulu menghadapi kertas yang begitu banyak. Satu kertas harus dikumpulkan sesuai jenisnya. Belum lagi membedakan kertas yang berhologram dan tidak.
”Kebetulan saya baru kali pertama menjadi petugas PPS. Penghitungan suara saja selesai pukul 02.00. Menjelang subuh baru selesai semuanya,” keluhnya.
Berdasarkan pantauan pemungutan suara di salah satu TPS Wedarijaska, satu pemilih membutuhkan sekitar 5 menit berada di bilik suara. Selain kebingungan memilih nama-nama caleg yang begitu banyak, warga juga kesulitan melipat kertas suara yang lebar.
Salah satu warga, Suwaningsih mengaku ke TPS ditemani putrinya. Sebab, kawatir kebingungan ketika di bilik suara. Apalagi ia tak bisa baca tulis. ”Punya jagoan caleg. Paham orangnya, tapi tidak bisa membaca namanya. Makanya itu saya hanya mengingat-ingat partai dan nomor caleg,” imbuhnya.
Lamanya proses pemungutan suara hingga menyebabkan salah satu petugas tertidur di TPS. Hal ini terjadi di TPS 01, Desa Polandak, Pancur. Salah satu KPPS Shofi Ahmad Husnan mengaku, pencoblosan sendiri relatif mudah. Namun proses penghitungan dan rekap suara yang lama.
”Untuk penghitungan suara ada selisih. Ini karena ada yang memasukan surat suara ke kotak suara yang salah,” ungkapnya.
Untuk penghitungan rata-rata mulai pukul 23.00-24.00. Lamanya dalam hal administrasinya bisa memakan waktu sampai pukul 03.00. ”Kalau kita pulang sampai menjelang subuh. Itupun ada separo desa di Kecamatan Pancur yang belum mengirimkan rekap penghitungan suara ke kecamatan. Jadi, kalau satu TPS belum rampung berpengaruh ke yang lain,” paparnya.
Disinggung ada petugas yang mengeluh capek hingga tertidur itu dirasa manusiawi. Mungkin kurang terbiasa melekan. Namun tetap tanggung jawab.
Ketua Bawaslu Rembang Totok Suparyanto mengaku, rata-rata proses pemugutan suara berakhir pukul 02.00 sampai 03.00. Paling lamanya karena melengkapi administrasi.
”Kalau ada keluhan kecapekan atau tertidur di TPS itu wajar. Namun mereka harus tanggung jawab,” katanya. (emy/vga/put/noe/lin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemantau Temukan Kecurangan di Pemilu, Ini Saran untuk KPU dan Bawaslu
Redaktur & Reporter : Soetomo