Puluhan buruh ini sudah sering mendatangi kantor perusahaan tersebut di Tembesi Center, tetapi tidak mendapatkan hasil. Mereka kemudian mengadu ke Disnaker, tetapi pihak disnaker hanya menyurati pihak perusahaan dan belum mengambil tindakan tegas terhadap pihak perusahaan.
Safrudin, perwakilan buruh mengaku gaji mereka sudah tidak dibayar sejak April lalu. Saat itu, pihak perusahaan berjanji kepada mereka akan membayarkan gaji mereka di Bulan Mei. Ditunggu-tunggu ternyata gaji mereka tak kunjung dicairkan.
"Kami butuh pekerjaan saat itu, dan kami tidak menduga bahwa perusahaan akan mempermainkan kami," katanya.
Safrudin mengaku dalam tiga bulan ini hanya bisa memakan mie instant. Bahkan banyak anak-anak mereka yang tidak bisa terpenuhi kebutuhan sekolahnya karena tidak ada biaya.
"Yang bisa kami harapkan hanya gaji saja. Kalau itu tidak ada maka kami tidak bisa makan," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Matius, 40, juga dari kalangan buruh. Ayah dua orang anak ini mengaku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghidupi keluarga mereka.
"Dalam tiga bulan ini kami hanya bisa makan mie. Gaji saya pas-pasan, kalau itu tidak di bayar maka kami tidak akan bisa makan," katanya.
Wakil Ketua I DPRD Kota Batam Ruslan Kasbulatov saat menjumpai para buruh mengaku masih banyaknya sistem perbudakan di Batam. Ia meminta kepada pihak Disnaker Kota Batam bidang pengawasan untuk serius mengatasi masalah tersebut. Ia berharap pihak Disnaker untuk bertanggungjawab akan hal tersebut.
"Saya heran dengan bagian pengawasan ini, kenapa sampai tiga bulan gaji mereka tidak dibayar. Lalu kerja mereka apa saja," katanya.
Ruslan mengatakan akan segera menjadwalkan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait hal tersebut. Ia juga dengan tegas mengaku akan terus memantau perkembangan tersebut. Ia meminta kepada Disnaker untuk segera melakukan pengawasan dan harus berperan agar pimpinan perusahaan tidak melarikan diri dan tidak membayar gaji karyawan. (ian)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Merpati Celaka Di Kupang
Redaktur : Tim Redaksi